RPG-26 Aglen – Roket Anti Tank Disposable Rancangan Soviet yang Berlaga di Perang Ukraina
|Di segmen senjata anti tank, jenis roket anti tank dengan peluncur sekali pakai (disposable) lebih banyak diproduksi Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat, sebaliknya sedikit terdengar senjata anti tank disposable dirilis oleh Rusia (Uni Soviet) atau negara-negara eks Pakta Warsawa.
Baca juga: TNI AD Uji Coba Instalaza Alcotan-100 (M2), Senjata Lawan Tank Disposable Kaliber 100mm
Ada kecenderungan, Soviet (Rusia) cs lebih senang menggunakan granat berpeluncur roket RPG-7 yang legendaris dengan peluncur yang dapat digunakan berkali-kali (reusable). Namun, dari laga peperangan di Ukraina, terangkat secara tak langsung sosok roket anti tank disposable rancangan era Uni Soviet. Yang dimaksud adalah RPG-26 Aglen.
Dalam video pendek yang diposting akun Twitter @CalibreObscura, nampak RPG-26 Aglen digunakan pasukan khusus Ukraina saat menyerang konvoi tank Rusia. Tidak diperlihatkan efektivitas dari RPG-26, lantaran jarak tembak yang cukup jauh. Meski begitu menarik untuk dikupas tentang RPG-26 Aglen. Dari sejarahnya, RPG-26 dirancang oleh NPO Bazalt – manufaktur senjata milik pemerintah Rusia – pada tahun 1980 dan diproduksi juga oleh NPO Bazalt pada tahun 1985. Pengguna utama RPG sekali buang ini tak lain adalah Angkatan Darat Rusia.
Roket pada RPG-26 Aglen membawa hulu ledak single shaped charge dengan kaliber 72,5 mm yang mampu menembus lapisan baja 440 milimeter, atau beton bertulang dengan ketebalan satu meter, atau batu bata dengan ketebalan 1,5 meter.
RPG-26 memiliki jangkauan efektif maksimum sekitar 250 meter dengan kecepatan luncur proyektil 144 meter per detik. Roket berukuran serupa memiliki hulu ledak HEAT yang sedikit lebih berat dan lebih kuat serta mesin roket yang lebih bertenaga. Proyektil roket RPG-26 punya berat 1,8 kg dan berat senjata keseluruhan berikut peluncur 2,9 kg. RPG-26 punya panjang 77 cm.
Rusia secara khusus mengembangkan varian lanjutan dari RPG-26 yang disebut RShG-2 (Reaktivnaya Shturmovaya Granata/ Rocket-propelled Assault Grenade) Aglen-2, ini tak lain adalah RPG-26 dengan hulu ledak termobarik. RShG-2 lebih berat dari RPG-26 dengan berat 3,5 kg, dan memiliki jarak tembak langsung hanya 115 meter. Senjata ini lebih dimaksudkan untuk digunakan untuk melawan infanteri dan struktur daripada kendaraan lapis baja.
Hulu ledak yang berisi 1,16 kg campuran termobarik maka dapat menghasilkan ledakan kira-kira sama dengan 3 kg TNT. Pendorong roket padat hulu ledak yang dimaksud diambil dari RPG-26 dan sekring diambil dari hulu ledak TBG-7 yang digunakan RPG-7. Hulu ledak memiliki kemampuan penetrasi yang dapat menembus beton setebal 300 mm dan batu bata setebal 500 mm.
Baca juga: Swedia Dobrak Tradisi Netral, Kirim 5.000 Roket Anti Tank AT-4 Ke Ukraina
#Ukraine: Finally, some video of UA SoF ambushing Russian tanks, feat. the invaluable RPG-26. pic.twitter.com/v4nFVURqll
— Cᴀʟɪʙʀᴇ Oʙsᴄᴜʀᴀ (@CalibreObscura) February 28, 2022
Dikutip dari wikipedia.org, pengguna RPG-26 Aglen saat ini adalah Rusia, Ukrania, Suriah, Venezuela, Armenia, Belaruia, Azerbaijan, Cina, Yordania dan Georgia. Pengoperasian RPG-26 masih terbilang minim, dimana baru digunakan pada perang sipil di Suriah, konflik di Donbass dan saat ini perang di Ukraina. (Gilang Perdana)
Taktik perang dunia kedua kok masih dipake di abad 21, pantesan banyak tank Rusia yg kena hajar. Baru kali ini ada analisis konyol yg sekonyol serbuan pasukan Rusia ke Ukraina. Tapi orang bodoh juga berbahaya karena gak dipikir dalem-dalem apa yg jadi sasarannya Ampe PLTN juga diserang, kan Dungu. Hhhhhhhhhh
Hemm kalo diliat” Taktik yg digunakan oleh Rusia pada perang di Ukraina di bagi menjadi 3 fase.
fase pertama melumpuhkan pertahanan udara musuh dengan rudal”berpresisi tinggi kemudian mencoba merebut superioritas udara atas langit Ukraina setelah itu membuat zona aman untuk logistik dengan merebut kota/wilayah terdekat secepat mungkin, seperti dalam kasus ini Chernobyl yg telah jatuh ke tangan pasukan Rusia lalu membuat pos”pengisian bahan bakar dan logistik di sepanjang rute yg akan dilewati konvoi pasukan yg lebih besar setidaknya konvoi harus berhenti setelah 12jam berkendara untuk mengisi perbekalan seperti yg di lakukan rusia selama 6 hari pasca awal invasi di mulai.
Fase ke dua mecoba melakukan manuver untuk mengelilingi target utama(Kyiv) mengunakan pasukan kaveleri dan infanteri mekanik yg didukung kekuatan Kaveleri udara untuk memutuskan logistik dan batuan kemudian memborbardir target utama dengan tembakan artileri berat dan MLRS untuk memaksa pasukan di kota tsb untuk meyerah atau setidaknya melunakkan pertahanan lawan,sekaligus secara bersamaan merebut lapangan udara terdekat dari objek utama untuk memindahkan pasukan terbaik Rusia langsung ke garis depan tanpa harus memindahkan pasukan terbaik Rusia menggunakan konvoi yg cukup memakan waktu dan tenaga,di fase ini juga akan banyak korban yg cukup besar terhadap warga sipil yg di akibatkan pemboman sekala besar yg di lakukan rusia.
Di fase ke tiga setengah pertahanan sudah cukup melemah seluruh pasukan akan mulai memasuki kota dan melakukan pertempuran jarak dekat untuk merebut target utama.
Taktik yg sama seperti yg di lakukan uni Soviet untuk mengalah kan Jerman di front timur pada perang dunia kedua…
@Dimas: semakin dekat keruntuhan Rusia seperti Uni Soviet abis nyerang Afghanistan ya. Hhhhhhhhhh
Semakin lama Moskow berperang di Ukraina, selama itu pula Russia semakin mendekati jejak langkah sang Pendahulunya (USSR)…
T 14 takut kena tu RPG makanya ngumpet
Belajar dari peperangan moderen, infanteri perlu dilengkapi senjata panggul krn sangat berguna dalam suatu operasi militer,baik lawan personel maupun lawan kendaraan tempur krn memiliki berbagai amunisi sebagai pilihan. TNI di papua perlu dilengkapi alat komunikasi satelit dan senjata panggl dgn amunisi anti personel. Krn medan tempur disana tidak mendukung tembakan bantuan dari artileri