Perkuat Kemampuan Intai dan Intelijen, Filipina Akuisisi Drone MALE Hermes 900/Hermes 450
|Tak kunjung diputuskannya pengadaan drone intai berkualifikasi MALE (Medium Altitude Long Endurance) oleh Kementerian Pertahanan RI, berpotensi membuat Indonesia tertinggal dari Filipina dalam operasional drone MALE. Filipina yang ibarat pelan tapi pasti, dalam beberapa tahun ini terus menggenjot modernisasi di sektor alutsista. Di segmen drone, Filipina malahan sudah menerima enam unit drone intai maritim ScanEagle buatan Boeing Insitu. Jenis drone serupa yang akan diterima Indonesia, Vietnam dan Malaysia. Dan kini ada loncatan berupa rencana Filipina untuk mendapatkan drone Hermes 900 dan Hermes 450.
Baca juga: Bila Akhirnya Drone Tempur MALE TNI Berasal dari Cina
Hermes 900 dan Hermes 450 merupakan produksi Elbit Systems, yaitu manufaktur drone dan alat pertahanan kampiun asal Israel. Dari keduanya, yang secara khusus menyandang gelar MALE adalah Hermes 900. Dengan mesin propeller Rotax 914 berkekuatan 86 kW (115 hp), Hermes 900 mampu mengudara terus-menerus selama 36 jam pada ketinggian 9.100 meter. Dengan bobot penuh 1.100 kg, Hermes 900 dapat dimuati beragam perangkat sensor intai dan komunikasi seberat 350 kg.
Sementara Hermes 450 yang di Asia Tenggara telah digunakan oleh Singapura, diketahui punya flight endurance 20 – 30 jam, meski pihak AU Singapura menyebut endurance dikisaran 14 jam. Hermes 450 punya kecepatan maksimum 176 km per jam, dan kecepatan jelajah 130 km per jam. Bicara payload, muatan yang bisa dibawa adalah 150 kg.
Baca juga: Hermes 450 – Drone Pengintai Lapis Kedua AU Singapura
Kabar rencana akuisisi Hermes 900 dan Hermes 450 berasal dari situs globes.co.il (13/6/2019), disebutkan saat ini tengah dilakukan deal akhir untuk akuisisi drone dengan nilai US$180 juta. Nilai tersebut tak hanya untuk Hermes 900 dan Hermes 450, ternyata AD Filipina juga akan mendapatkan drone intai mini dari jenis Skylark 1 dan Skylark 2. Drone untuk mendukung pergerakan pasukan infanteri ini dapat diterbangkan dengan dilontarkan oleh seorang prajurit.
Bagi Filipina nampaknya tak akan ada kendala dalam mendapatkan pasokan alutsista dari Israel, mengingat Elbit System sebelumnya telah terlibat dalam proyek modernisasi kubah kanon pada ranpur M113. Musim panas lalu, media Filipina melaporkan kesepakatan penting lain senilai US$160 juta antara tentara Filipina dan Elbit untuk pengadaan Hermes 450. Menyusul penyelesaian kesepakatan dalam beberapa bulan terakhir, Kemhan Filipina memutuskan untuk memperluas penyebaran intelijennya di udara untuk pasukann dan memperbarui sistem yang sudah dimilikinya, antara lain melalui kualifikasi drone intai strategis Hermes 900.
Pihak Kemhan Filipina menyebut bahwa semua drone intai yang dipasok Elbit System akan digunakan untuk pengumpulan informasi intelijen, patroli, dan misi pertahanan perbatasan.
Masih dari sumber yang sama, ada dugaan bahwa drone yang akan dipasok ke Filipina tidak diproduksi di Israel. Pasalnya 18 bulan lalu, Elbit Systems dan perusahaan India Adani Defense and Aerospace membuka pabrik di wilayah India selatan untuk produksi komponen drone seri Hermes. Dengan dimulainya produksi UAV di India, sumber-sumber Elbit Systems mengatakan bahwa perusahaan akan menggunakan jalur produksi drone ini untuk memasok pelanggannya di seluruh dunia.
Baca juga: Aerostar TUAV – Drone Intai Andalan Skadron Udara 51 TNI AU
Kilas balik ke pengadaan drone TUV (Tactitcal Unmanned Aerial Vehicle) Aerostar yang saat ini dioperasikan Skadron Udara 51, diketahui lewat perantara Philippine Kital Corp, ini lantaran Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan dagang diplomatik. (Bayu Pamungkas)
Kata ahlinya Ahli, core of the core, INA tdk akan perang dg negara manapun. Jdi ya sabar utk alutsista tdk prioritas. Yg lbh penting impor bawang, beras, garam, gandum, gula dll utk rakyat sejahtera.
Mana ada drone bisa nembak dari ketinggian 27.000 kaki.. Harus turun dulu ke 5000 kaki. Lagian klo bisa lolos dari Mica msh ada kanon reaksi cepat Rheinmetall.
@bambang
bisa aja dilepaskan dulu itu rudal,begitu uda jatuh tinggal wus wus buam gubreak,seperti rudal anti permukaan kan dilepaskan dulu baru wus wus wus.
menembak rudal kalau jaraknya uda sangat dekat ibarat meratapi nasip,yg banyak hutang.
dalam peperangan sungguhan kita harus tau spek alutsista kita dan juga spek alutsista musuh,kalau hanya modal nekat ya sama aja bohong,kan mubajir pkr mahal tapi gak bisa nembak atau lawan ini drone iya gak?
Makin ngalor-ngidul jawabannya, kayak yg lagi bersidang di mk 🤦
pkr lawan ini drone gak mampu
karna mica hanya mentok di 9000m
sementara ini drone punya ketinggian terbang di 9100m
kalau drone ini bawa dua rudal anti tank,dan dilepaskan pas dari atas pkr ya uda tinggal mrnunggu nasip.
pkr vs drone male= ngeri coi…perbandingannya 1 untuk pkr dan 3 untuk drone ini.
Ni orang ☝️🏻 kerjanya cuma ngotak-atik spek, tanpa tau kondisi realnya….emang ada ya pesawat atau drone meluncurkan rudal anti tank dari ketinggian 9100 m atawa >27.000 kaki 🤔
Tembak rudalnya dong
DRONE Male, gantung…Sukhoi gantung…PKR VLS nya gk kunjung di install bahkan Sigma class vs fregate singapura yg mau pensiun saja bukan lawan sebanding biar mau pensiun tapi armament nya jauh lbh unggul…kasian TNI, pemerintah nya masih lbh produktif era sebelum nya
Katanya anti Israel kok belinya dari Israel
Aerostar kan pembelian jaman pak Purnomo Yusgiantoro.