Norinco VT4 – Main Battle Tank Canggih dengan Harga ‘Bersahabat’
|Tak melulu alutsista berharga ‘murah’ identik dengan kualitas rendah, ada beragam faktor yang menyebabkan murahnya suatu barang. Seperti bicara tentang Main Battle Tank (MBT), Cina mampu menjual MBT Norinco VT4 dengan harga per unit US$3 juta. Sebagai perbandingan, harga Medium Tank Pindad Harimau, per unitya bisa mencapai US$7 juta. Lantas apa yang menyebabkan harga MBT keluaran terbaru dengan teknologi tinggi bisa dijual relatif murah?
Baca juga: Norinco VT5 – Bakal Menjadi Pesaing Berat Tank “Harimau” di Pasar Ekspor
Ada beberapa hal yang perlu dicermati, lepas dari skala produksi yang terkenal ekonomis, rantai pasokan bahan baku, material, sistem propulsi, sensor dan persenjataan, Cina mampu memenuhi kesemuanya secara mandiri oleh industri dalam negeri. Tentu hal yang berbeda bila dibandingkan dengan tank Harimau yang dibuat patungan antara Indonesia dan Turki, lantaran komponen utama seperti mesin dan persenjataan masih mengandalkan pasokan dari Caterpillar (untuk mesin) dan John Cockerill (untuk meriam).
Kembali ke VT4, China North Industries Corporation (Norinco) sedari awal menyasar rancangan MBT ini untuk pasar ekspor. VT4 yang saat diperkenalkan diberi label MBT-3000, adalah MBT generasi ketiga yang dirancang Norinco. Dalam model skala, MBT-3000 pertama kali diperlihatkan ke publik saat Eurosatory 2012 di Paris, Prancis. Baru kemudian, prototipe tank ini diperlihatkan saat China International Aviation & Aerospace Exhibition 2014 di Zhuhai, Cina. Dari sejarahnya, proyek MBT-3000 mulai digagas sejak 2009, dimana Norinco menggandeng First Inner Mongolia Machinery Factory dan beberapa perusahaan lain.
Rancangan VT4 aslinya mengacu pada MBT milik AD Cina Type 99A yang juga buatan Norinco, bedanya Type 99A tidak untuk pasar ekspor. Menggunakan konstruksi baja yang dilas, bobot kotor MBT ini mencapai 52 ton. Bekal senjata yang dibawa VT4 utamanya adalah meriam 125mm smoothbore. Meriam ini sanggup melepaskan munisi APFSDS, HESH, HEAT, HE sampai rudal anti tank yang punya jarak tembak 5 km. Pada bagian atas kubah, disiapkan satu pucuk senapan mesin berat 12,7 mm yang dikendalikan secara remote (RCWS). Menyertai pergerakan laras 125 mm, ada satu pucuk senapan mesin sedang coaxial kaliber 7,62 mm.
Sistem komunikasi antar kru sudah serba digital dan pada sistem kendali penembakan dilengkapi kapablitas hunter killer, laser rangefinder, panoramic sight, dan third generation thermal imaging system. Yang menarik, VT4 sudah dibekali fitur GL5 active protection system (APS), dimana empat unit fire control radar disetiap sudut tank dapat mendeteksi area 100 meter di sekitaran tank. APS digadang sebagai teknologi perlindungan tingkat tinggi terhadap awak tank, terutama dari ancaman senjata anti tank yang dipanggul. Tentunya juga sudah tersedia smoke grenade launchers dan nuclear, biological and chemical (NBC) protection system.
VT4 diawaki oleh tiga personel – komandan, pengemudi dan penembak. Kursi pengemudi terletak di tengah lambung depan dengan satu palka tunggal. Komandan duduk di sebelah kanan kubah, sementara penembak duduk di sisi kiri. Tank ini pun sudah mengadopsi fire extinguisher dan explosion suppression system.
Dapur pacu VT4 disokong mesin diesel turbocharged 1.200 hp yang dipasang di bagian belakang yang didukung sistem penggerak hidro-mekanis. VT4 dapat melaju di jalan mulus hingga 70 km per jam dan 50 km per jam dalam kondisi jalan yang tidak mulus. Dalam kondisi bahan bakar penuh, jarak jelajah VT4 sampai 500 km.
Baca juga: T-90M – MBT Terbaru Rusia dengan Proteksi Maksimal dari Ancaman Senjata Anti Tank
Untuk pasar ekspor VT4, Cina lebih mengandalkan jalur ‘kedekatan’ yang sudah ada, dimana pembeli terbesar VT4 adalah Thailand. Negeri Gajah Putih kini sudah mengoperasikan 28 unit VT4, dan ada potensi pesanan tambahan 153 unit. Nigeria juga diwartakan baru saja menerima batch pertama VT4 pada awal April 2020. Pakistan sebagai mitra aliansi Cina juga telah menerima batch pertama VT4 pada April 2020. Sementara Peru tengah didekati Cina untuk akuisisi 100 unit VT4. (Bayu Pamungkas)
Bisa nggak yah, TURRETnya HARIMAU di re disain dgn sisi-sisinya MIRING/ ANGLE untuk mengurangi penetrasi.
Sebaiknya jangan membeli Alutsista dari negara dengan populasi padat. karena secara naluriah mereka menganut doktrin “disposable human” yang biasanya berimbas pada qualitas produk tsb. diatas kertas mungkin memiliki spec yang baik, tapi tetap saja acuan mereka adalah “Mass Produce” (produksi massal)
liat berapa banyak T-34 soviet yang dibutuhkan untuk membunuh sebuah Tiger MK1 Jerman!
Ya gak juga sih, ada kok teknologi dari China dan India yg bagus dan dibeberapa sektor lebih unggul dari barat. Kuantitas melampaui kualitas memang bisa dilakukan dalam kondisi tertentu yaitu bila dilakukan secara cepat, itulah kenapa faktanya armada T-36 mampu melumat Tiger di Kursi. Kalo dilakukan dalam jangka waktu yang lama, kualitas lah yg akan mengalahkan kuantitas.
APS nya kl kena nuklir kira2 tahan ga. Kalau g tahan g usa d beli
Gak usah beli saja
APS melindungi dr ATGM tp kl d hajar gatling 30mm 6000RPM ga bakal bisa melindungi. D salvo MLRS 10 truk x 6 roket 300mm = 60 roket pasti hancur cur
Bung @ayam jago
Baru nongol lagi nih. Mau nanya nih bung bagaimana dengan proyek Kartika data Centre kita (maaf lupa namanya) apakah masih jalan?
Menurut bung Ayam Jago bagaimana dengan progres Medium Tank Harimau kita dengan harga skala keekonomiam masih mahal apakah progressnya masih akan tetap berjalan untuk pembelian batch selanjutnya?
Saya dengar kabar Pussenkav AD kurang begitu puasa dengan performa dari Tank ini?
Belum lagi diluar negeri klo tidak salah di Bangladesh, Medium Tank Pindad/FNSS juga kalah tender..
Hehehe
Tactical datalink Kartika
Progres fisik / hardware sudah diatas 90%. Bbrp yg jadi kerjaan kita mah sudah kelar tahun lalu
Kalau progres software ane tak tahu
Jika lancar Insya Allah 2021 sudah full operational
Black tiger tetap jalan bagaimanapun gengsi dalam negeri dipertaruhkan
Hanya untuk menekan harga 1/3 dari total 400-500 unit memakai basis Marder
Alhamdulillah klo sudah berjalan..
Semoga aja matra yang lain juga sudah mulai mengikuti yah bung.
Oh jadi untuk menekan cost basis hullnya akan mengambil dari Marder gitu bung @ayam jago ??
Kok saya jadi penasaran yah. Ini apa akan mengkonversi/upgrade 50an Marder yang ada di Indonesia dgn Turret Dari Belgia ini atau nanti Indonesia akan membeli Marder bekas/refubished lagi nih bu?
Saya kira kita akan ada pengadaan MBT lagi untuk menambah armada Leo kita heheh
Lalu bung gimana Kabar Nasams?
Saya baru dengar katanya untuk platform sudah ditempatin di Teluk Naga yah? (Dulu pernah kesana tempatnya keliatan biasa aja)
Rudal Amraamnya yg belum kedengaran. Kapan jadinya itu Nasams “Operational Ready”?
Minal aidin wal faidzin mohon maaf lahit dan bathin yah bung hehehe
Soal NASAMS pengadaan pake cara FBNW. Berkaca dari pengadaan alutsista lain dengan cara sama dibutuhkan 4-5 tahun baru bisa komplit
Buat Marder batch baru tapi modifikasi penggantian turret dilakukan Pindad
Bung maksudnya pengadaan marder batch baru… maksudnya tni sekarang lgi pemesanan kembali marder untuk TNI AD atau gimana tadi saya liat komen masalah upgrade dan batch marder terbaru… bisa di jelaskan maksudnya gimana bung
Yang dipakai sendiri saja (Type 99) roda bisa copot…..tak kebayang untuk yang Ekspor Version…mungkin larasnya bisa copot sendiri…atau nembak sendiri…ngeriiii.
Canggih tidak melulu handal.
Sdh terbukti handal alutsista buatan cina. Meriam giant bow aja bisa nembak sendiri tnpa penembak nya, rudal c-705 tombol sdh di tekan… Nembaknya belakangan. Ngga kebayang klo lg kondisi perang beneran. Pesawat musuh ngga usah khawatir di tembak Meriam anti serangan udara, toh operatornya akan tertembak sendiri oleh Meriam nya sendiri. Kapal perang musuh akan lebih santuy deketin kapal perang kita, toh rudal nya jg santuy, ngga tergesa-gesa meluncur…
Itulah gunanya membeli produk yg udah paten seperti produk Alutsista dari Barat khususnya USA. Jangan beli Alutsista yg analog ya. Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh
Layak untuk dibeli oleh Indonesia. Tapi kalo nisa di produksi di Indonesia demgan baja dr Indonesia dengan ketebalan sesuai kebutuhan Indonesia. Powerpack buatan Indonesia, dan semua komponen yg bisa di buat di Indonesia. Selebihnya bisa buatan cina dengan syarat ada ToT nya.
Produk yg terlalu mencurigakan untuk dibeli.
Secara kasat mata mungkin menggiurkan. Tapi, kita tidak tahu bagaimana dng bagian inti tank itu sendiri. Cukup sudah coba-coba beli barag murah yg g jelas kualitas nya.
Apa sudah lupa dengan tragedi produk cina kepada tentara kita ?
Cocok bung, nanti tank VT4 dibekali engine ESEMKA bisa jdi ploduk2 nasional.
Tetep pilih Harimau Hitam yg sudah diuji dlm negeri, wajar kalau perlu perbaikan Namanya jg product baru. Scr engine CAT sdh terbukti handal, dealer lebih dari 60 diseluruh Indonesia. Cari aja Trakindo
Yg versi ekspor mesinnya di nerf jdi 1200 hp wkwk.. yg versi cinanya malah pke mesin diesel yg lbh kuat 1500 hp wkwkwk
Connecting rod antara hull dan turret cuma 7 setara T72B2 & T90 bandingkan dengan Type 99A, T72B3 & Armata yang sudah 11 jelas terasa kurang kokoh. Ditangan prajurit handal dengan sudut tembakan tepat turret terbang kena ATGM masih bisa terjadi
USD 3 juta untuk VT4 sejatinya lebih mahal tapi justru lebih laku daripada T90 seharga USD 2,8 juta.
Gengsi karena fresh brand new langsung dari pabrik lebih disukai daripada yang cuma sekedar retrofit dan upgrade dari T72 ex Sovyet
Kita sudah sangat tepat memilih Leo 2 Revo yang cuma USD 1,7 juta dan ada ToT pula baik sparepart dan munisi
Laris karena terpaksa. Bantuan militer, bantuan sosial, subsidi pembangunan dll mau gak mau akhirnya balas budi beli alutsista dari Cina
Maaf bung, gak karena terpaksa juga x. Ada duid ada barang. Gak ada duid, ya beli yg murah. Simple aja.
Berat sekali lawannya Pindad. Harga tank vt4 sangat bersahabat sekali buat negara berkembang
Produk FNSS memang mahal. Tanpa mark-up saja AV8 Gempita lebih mahal dari Stryker, Terrex, Pandur dll
Lebih mahal dari MBT M1 ABRAMS