Meski Beda Fleksibilitas, Vendor Jet Tempur Kompak Tak Berikan Akses Full Source Code

Meski tengah menjadi sorotan karena diduga beberapa unit ditembak jatuh dalam perang udara di Kashmir, dan ada kerja sama industri pertahanan yang erat antara Perancis dan India, namun, Perancis tetap pada pendirian untuk tidak memberikan apa yang diminta oleh India terkait akuisisi jet tempur Rafale produksi Dassault Aviation.

Baca juga: Mahathir Mohamad: F/A-18D Hornet Hanya ‘Bebas’ Diterbangkan Saat Parade Udara

Pada tahun 2012, India memilih Dassault Rafale sebagai pemenang tender MMRCA (Medium Multi-Role Combat Aircraft) untuk 126 pesawat. Salah satu permintaan utama India adalah transfer teknologi penuh, termasuk akses ke source code avionik dan sistem misi, tujuannya agar India mampu mengintegrasikan senjata lokal (seperti rudal Astra), melakukan pemeliharaan mandiri dan menjaga kedaulatan operasional tanpa bergantung ke vendor asing.

Namun, Dassault Aviation dan Pemerintah Perancis menolak memberikan full source code dengan alasan keamanan dan perlindungan teknologi. Sebagai gantinya, Perancis hanya bersedia memberikan transfer teknologi terbatas, seperti produksi komponen dan perakitan lokal, serta kemampuan integrasi senjata non-standar dalam batas yang dikontrol.

Setelah negosiasi panjang dan kegagalan kesepakatan awal, pada tahun 2016 India akhirnya memutuskan membeli langsung 36 Rafale dalam kontrak antar pemerintah (G2G), tanpa syarat produksi lokal atau source code. Meski begitu, India masih diberi ruang untuk menambahkan beberapa sistem buatan India dan Israel, tetapi melalui bantuan dari Dassault, bukan lewat akses langsung ke source code.

Sukhoi Su-30MKI (India)

Selain Perancis, beberapa negara dikenal sangat ketat dalam menolak memberikan source code jet tempur mereka kepada negara pembeli, seperti Amerika Serikat, Rusia dan Swedia.

Amerika Serikat
AS dikenal paling keras dalam menjaga source code, bahkan sekutu dekat seperti Inggris dan Israel hanya diberi akses terbatas Semua pembaruan software dilakukan melalui Lockheed Martin atau entitas yang disetujui AS. Alasannya untuk melindungi keunggulan teknologi militer, mencegah modifikasi tanpa persetujuan, yang bisa menyebabkan kerentanan keamanan dan menghindari reverse engineering oleh negara lain (misalnya agar teknologi tidak jatuh ke Cina atau Rusia).

Makin Mandiri, F-16 Turki Tuntaskan Uji Coba EDPOD – Sistem Pendeteksi Sinyal Radar Lawan

Rusia
Meski tidak memberikan source code, tapi Rusia bisa lebih fleksibel dalam memberi dokumentasi teknis atau integrasi senjata asing (misalnya pada Su-30MKI India), dalam hal ini Rusia kerap menawarkan produksi lokal atau modifikasi bersama, tapi dengan batasan keras pada software. Selain kekhawatiran pada kebocoran ke negara Barat, Rusia menyebut nanyak komponen avionik dan radar dibuat oleh pemasok berbeda, sehingga koordinasi untuk membuka source code kompleks.

India membeli Su-30MKI dari Rusia pada akhir 1990-an, dan kemudian membuat kesepakatan lisensi produksi lokal dengan Hindustan Aeronautics Limited (HAL). Ini bukan sekadar pembelian, tetapi termasuk local manufacturing dari ratusan unit di India.

India Order 240 Mesin Sukhoi Su-30MKI dari HAL, Kandungan Lokal Digenjot Hingga 63 Persen

Swedia
Seperti dalam kasus penawaran Gripen E/F, Swedia lebih terbuka dibanding negara lain, terutama dalam hal integrasi senjata dan avionik pihak ketiga. Tapi source code penuh tetap tidak diberikan, hanya dokumentasi API (application programming interface) atau interface control documents. Swedia berusaha menjaga ekosistem industri pertahanan dalam negeri, dan Swedia masih tergantung pada beberapa komponen AS (radar, engine), jadi tidak bisa sepenuhnya membuka akses.

Cina
Pakistan menerima teknologi dari Ciina saat mengembangkan jet tempur JF-17 Thunder, hasil kerja sama Pakistan-China. Pakistan diberi akses cukup dalam ke desain avionik dan integrasi senjata, bahkan bisa memodifikasi sendiri. Tapi tetap tidak jelas apakah source code penuh diberikan atau hanya dokumentasi teknis dan SDK (software development kit).

Cina Turun Tangan, Bantu Pakistan Genjot Produksi Jet Tempur JF-17 Thunder

Korea Selatan
Dalam konteks program jet tempur KF-21 Boramae, yang mana Indonesia ikut membiayai program KF-21, maka Indonesia dijanjikan akses ke teknologi dan source code tertentu sebagai bagian dari kerja sama. Namun, masih ada negosiasi dan batasan—akses penuh mungkin tidak langsung diberikan atau terbatas hanya pada subsistem tertentu. (Gilang Perdana)

Tanpa Source Code dari AS, F-16 Turki Gunakan Konsol Tablet Untuk Luncurkan Rudal Jelajah Buatan Lokal

2 Comments