Menteri Pertahanan Jerman Putuskan Kirim Sistem Hanud Flakpanzer Gepard ke Ukraina

Jerman merubah posisinya dalam program bantuan persenjataan ke Ukraina, bila sebelumnya Negeri Bavaria hanya mengirimkan senjata perorangan – roket anti tank dan rudal MANPADS, kabar terbaru dari Pertemuan para menteri pertahanan di pangkalan militer Ramstein di Jerman telah memaksa Jerman mengambil besar dalam pasokan senjata ke Ukraina.

Baca juga: Jerman Tolak Permintaan Ukraina untuk Kirim 100 Unit IFV Marder

Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht dalam lewat akun Twitter resmi Kementerian Pertahanan Jerman – Verteidigungsministerium @BMVg_Bundeswehr (26/4/2022), mengumumkan akan memasok sistem hanud mobile Gepard (Flakpanzer Gepard) ke Ukraina.

Christine Lambrecht juga mengatakan Jerman akan menggandakan dukungan militer ke Ukraina menjadi 2 miliar euro (US$2,1 miliar). Pada pertemuan tersebut, para menteri pertahanan Amerika Serikat, Ukraina dan sejumlah negara Uni Eropa (Total 40 negara) membahas kebutuhan senjata Ukraina untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Ukraina dalam menghadapi militer Rusia.

Tidak dilaporkan secara pasti berapa banyak sistem Gepard yang akan ditransfer Jerman ke Ukraina. Namun, sumber dari Defense Express menyebut, bahwa saat ini di gudang pertahanan Jerman ada sekitar 50 unit Gepard yang kemungkinan akan ditransfer.

Flakpanzer Gepard bukan barang baru, dan masuk ke dalam kelompok self propelled anti aircraft gun (SPAAG) yang mampu beroperasi di segala kondisi cuaca. Dengan plaform MBT Leopard 1, Gepard dikembangkan pada 1960-an oleh Jerman Barat, mulai digunakan pada 1970-an, dan telah ditingkatkan beberapa kali dengan perangkat elektronik terbaru. Di Jerman, Gepard telah dihapus secara bertahap pada akhir 2010 dan digantikan oleh Wiesel 2 Ozelot Leichtes Flugabwehrsystem (LeFlaSys) dengan empat peluncur rudal FIM-92 Stinger atau LFK NG.

Gepard mengandalkan kubah yang berisikan dua laras kanon otomatis Oerlikon KDA 35 mm dan dua piringan general search radar (radar pencari umum) S band – jangkauan 15 km di bagian belakang kubah dan sebuah tracking radar Ku band (radar pelacak) – jangkauan 15 km di bagian belakang kubah, dan laser rangefinder di depan di antara laras senjata.

Bicara kinerja, setiap laras kanon memiliki kecepatan tembak 550 proyektil per menit, yang memberikan waktu tembakan terus menerus selama 37 detik sebelum kehabisan amunisi (terdapat 680 munisi untuk kedua laras). Kanon Oerlikon KDA 35 mm punya kecepatan luncur proyektil 1.440 meter per detik dengan munisi (FAPDS—Frangible Armor Piercing Discarding Sabot rounds), dimana jarak tembak efektifnya mencapai 5.500 meter.

Kanon Oerlikon KDA 35 mm dapat mengadopsi dua jenis munisi yang berbeda; pemuatan biasa adalah campuran antara 320 munisi AA (anti aircraft) dan 20 munisi AP (armor piercing) untuk per laras. Laju tembakan gabungan adalah 1.100 proyektil per menit.

Kubah Gepard secara elektronik mengandalkan tenaga dari Mercedes-Benz OM 314 multi-fuel engine 4 silinder. Sementara plaform Leopard 1 disokong tenaga dari MTU multi-fuel engine, yang menjadikan Gepard dapat melaju dengan kecepatan maksimum 65 km per jam dan dapat menjelajah hingga 550 km.

Baca juga: Derivatsiya-PVO 57mm SPAAG – VSHORAD Terbaru Rusia dengan Platform BMP-3

Saat ini, Gepard masih dioperasikan oleh Angkatan Darat Brasil (36 unit), Yordania (60 unit) dan Rumania (43 unit). Kesemuanya berstatus sebagai bekas pakai AD Jerman. Pemertintah Qatar berencana untuk mengakuisisi Gepard untuk melindungi hajatan World Cup 2022, yakni digunakan untuk melakukan counter terhadap ancaman serangan dari drone kamikaze. (Gilang Perdana)

7 Comments