Update Drone KamikazeKlik di Atas

Media Ukraina: Indonesia Telah Sepakati Pengadaan Rudal Anti Kapal RK-360MC Neptune, Inilah Profilnya

Di liburan Natal ini ada kabar yang mengejutkan dalam jagad alutsista di Indonesia, yang dimaksud justru keputusan atas pembelian Rafale atau Eurofighter, melainkan atas sesuatu yang lain, bahkan sesuatu yang belum pernah disebut-sebut sebelumnya. Persisnya situs asal Ukraina, Defense Express – defence-ua.com pada 24 Desember 2020, mewartakan bahwa Indonesia telah menandatangani kesepakatan (MoU) pembelian rudal anti kapal Neptune.

Baca juga: Tanpa Banyak Publikasi, Vietnam Tampilkan Rudal Anti Kapal Anyar Produksi Dalam Negeri

Neptune jelas nama yang asing, lantaran tak pernah masuk dalam ranah pembicaraan para pemerhati alutsista di Tanah Air. Meski didapuk sebagai rudal anti kapal (anti-ship cruise missile), namun Neptune bukan sistem rudal yang diluncurkan dari kapal permukaan, melainkan rudal dengan kemampuan over the horizon ini diluncurkan dari platform kendaraan di darat (land based). Singkat kata, Neptune digadang-gadang sebagai bagian dari sistem senjata pertahanan pantai.

Label resminya adalah RK-360MC Neptun (Neptune) yang dikembangkan oleh Luch design bureau. Bila klaim dari Ukraina benar adanya, maka Indonesia bakal menjadi pengguna perdana rudal jelajah ini di luar Ukraina. Bahkan, Neptune masih terbilang baru, lantaran militer Ukraina baru resmi mengoperasikannya pada 23 Agustus 2020.

Masih dari sumber yang sama, jika penjualan Neptune ke Indonesia berhasil, maka industri pertahanan Ukraina akan menerima dana yang dapat digunakan untuk melaksanakan proyek lain yang diperlukan untuk memperkuat kemampuan pertahanan, seperti pengembangan drone pengintai Sokil-300 dan varian rudal R-360 yang diluncurkan dari udara. Dana yang dibutuhkan untuk pengembangan kedua proyek tersebut ditaksir mencapai US$30-50 juta.

Dari spesifikasi, RK-360MC Neptune dengan panjang 5,5 meter (termasuk booster) dapat menjangkau sasara sejauh 280 km. Untuk sistem navigasi mengandalkan active radar homing pada terminal stage. Rudal ini akan bergerak 10-15 meter di atas permukaan laut. Pada terminal stage rudal akan turun hingga 3-10 meter di atas permukaan untuk mengatasi sistem pertahanan musuh.

Dengan bobot 870 kg, termasuk hulu ledak High Explosive Fragmentation (HE-FRAG) seberat 145 kg, Neptune dipercaya dapat mengkaramkan kapal perang dengan tonase 5.000 ton. Meski begitu kecepatan rudal ini masih dalam koridor subsonic, yang otomatis menjadi tantangan untuk menghadapi kanon reaksi cepat (Close In Weapon System/CIWS) di kapal perang lawan.

Namun, RK-360MC Neptune sejatinya bukan rancangan orisinil dari Ukraina, rudal anti kapal ini sejatinya adalah varian dari rudal besutan Rusia, Kh-35U. Di Asia Tenggara, Kh-35U telah dioperasikan oleh Vietnam sebagai land based platform. Bahkan Vietnam telah memperoleh lisensi dari Rusia, dimana Kh-35U telah diproduksi di dalam negeri dengan label KCT-15.

Kh-35U land based platform.

Rudal ini disokong mesin turbofan berbahan bakar kerosin dengan kekuatan 360 kgf. Rudal melesat dalam koridor subsonic dengan maksimum Mach 0.8 atau setara 1.164 km per jam. Jarak jelajahnya mencapai 130 km, meski ada varian upgrade hingga menjangkau 300 km. Selama mengudara, rudal berada pada ketinggian 10 – 15 meter di atas permukaan laut, dan pada fase terminal ketinggian terbang hanya 4 meter di atas permukaan laut (sea skimming).

Baca juga: Blue Spear – Program Rudal Anti Kapal Hasil Kolaborasi Singapura dan Israel

Nah, jika benar kabar Indonesia mengakuisisi Neptune, semestinya kita harus mendapatkan manfaat transfer of technology, seperti halnya yang diperoleh Vietnam dari Rusia. (Gilang Perdana)

78 Comments