Blue Spear – Program Rudal Anti Kapal Hasil Kolaborasi Singapura dan Israel
|Sebagai negara maritim, keberadaan rudal anti kapal tak pelak menjadi alutsista yang sangat strategis, oleh karenanya Indonesia menyadari betul peran vital dari rudal anti kapal. Meski tak terdengar lagi kelanjutannya, proyek rudal anti kapal nasional telah dicanangkan sejak lama, salah satunya dengan rencana memproduksi rudal anti kapal C-705 di Indonesia. Pasalnya pencapaian teknologi rudal tanpa transfer of technology nyaris sulit dilakukan, dan ketika rencana produksi C-705 dahulu didengungkan, maka mitra Indonesia tak lain adalah Cina.
Baca juga: C-705 – Rudal Pamungkas Andalan Kapal Cepat TNI AL
Dan, hanya bersebelahan dengan Indonesia, ada kabar terbaru bahwa Singapura telah memantapkan kerjasama dengan Israel dalam wujud perusahaan patungan (joint venture) guna memuluskan proyek pengembangan dan produksi rudal anti kapal.
Mengutip dari Defensenews.com (29/7/2020), disebutkan perusahaan hasil patungan tersebut adalah Proteus Advanced Systems, dimana ada dua perusahaan raksasa yang terlibat sebagai motornya, dari Singapura disokong ST (Singapore Technologies) Engineering dan dari Israel oleh Israel Aerospace Industries (IAI). Kepemilikan saham Proteus Advanced Systems masing-masing 50 persen dipegang oleh ST Engineering dan IAI.
Dari beragam sistem senjata yang akan dikembangkan oleh Proteus Advanced Systems, program rudal anti kapal untuk kebutuhan AL Singapura adalah yang menjadi prioritas. Juru bicaca Proteus Advanced Systems telah mengungkapkan, bahwa program rudal anti kapal yang akan dijalankan diberi label Blue Spear atau disebut juga 5G SSM.
Peran ST Engineering dalam program rudal Blue Spear mencakup desain, pengembangan, dan produksi subsistem utama seperti motor penguat dan hulu ledak. Khusus untuk menangani hulu ledak, ST Engineering mempercayakan penggarapannya pada divisi perusahaan, ST Engineering Land Systems, yang telah punya pengalaman dalam produksi amunisi konvensional selama bertahun-tahun.
ST Engineering Land System selama ini telah memproduksi amunisi standar-NATO untuk senjata kecil dan sistem artileri, dan telah terlibat dalam produksi lisensi rudal anti-tank Rafael Spike dan rudal darat ke-udara Igla Rusia 9K38 yang digunakan oleh arhanud Singapura.
Tentang rudal Blue Spear, sayangnya belum ada detail informasi yang bisa disampaikan. Dalam program Blue Spear, IAI akan membawa pengalamannya dalam pengembangan rudal anti kapal Gabriel 5.
Pasar untuk memasok rudal anti kapal bagi AL Singapura memang terbuka di masa depan, pasalnya sampai saat ini Singapura dominan menggunakan Boeing RGM-84C Harpoon, yang teknologinya sudah diperkenalkan pada awal 1980-an. Harpoon digunakan oleh enam frigat multi-peran Formidable Class Singapura dan korvet Victory Class. Sementara ada AGM-84C yang diluncurkan di udara dari pesawat patroli maritim Fokker F50 dan jet tempur F-16C/D.
Baca juga: Korvet Victory Class Singapura, Terbilang Canggih Tapi Siap Dipensiunkan Bertahap
Singapura dan Israel telah menjalin hubungan pertahanan yang dekat selama beberapa dekade. Israel adalah negara yang memberikan bantuan luas dalam fase awal pembangunan militer Singapura ketika mendapat kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1965. Hubungan tersebut meluas ke industri pertahanan kedua negara, dan Singapura adalah pengguna utama peralatan pertahanan Israel, meski begitu kerja sama pertahanan antar kedua negara dapat dijalankan secara low profile. (Bayu Pamungkas)