Lockheed Martin Telah Kirim 800 Unit F-35 Lightning II, Masalah Cacat Produksi Belum Teratasi
|Sebagai jet tempur stealth terlaris, Lockheed Martin sampai saat ini telah mengirimkan 800 unit beragam varian F-35 Lightning II kepada pelanggannya, baik untuk kebutuhan militer Amerika Serikat dan sekutunya. Diproyeksikan, dengan banjir order dari negara-negara Eropa Barat, Asia Timur dan Skandinavia, angka produksi F-35 bisa menembus 3.300 unit. Namun, sejumlah masalah serius masih dihadapi Lockheed Martin.
Baca juga: (Lagi) Ada Masalah Pada Kanon di Jet Tempur F-35, Kali ini Berakibat Fatal
Dikutip dari Bloomberg.com (5/8/2022), meski telah menggelontorkan lot produksi pertama F-35 hingga batch ke-14 saat ini, masih “terlalu banyak cacat jaminan kualitas” yang berpotesi menjadi masalah bagi komunitas pengguna dan perhatian utama yang berdampak negatif pada kesiapan tempur armada Hal tersebut dinyatakan oleh Defense Contract Management Agency yang bermarkas di Pentagon.
Meskipun dikethaui sudah ada beberapa perbaikan, risiko kinerja Lockheed Martin yang akan berpengaruh pada jadwal pengiriman secara substansial masih ada. Sejauh ini, ‘pengerjaan ulang’ atau perbaikan suku cadang pada komponen F-35 telah berkurang secara signifikan.
“Subkontraktor F-35, seperti Northrop Grummandan BAE Systems juga disebut memiliki banyak ketidakpatuhan manufaktur,” kata Defense Contract Management Agency. Masalah yang masih tersisa pada jalur produksi pesawat adalah kekurangan modul mesin, fasilitas depot yang tidak memadai dan kenaikan biaya untuk prosesor perangkat keras yang diperlukan untuk peningkatan perangkat lunak utama.
Lain dari itu, biaya retrofit akan sangat mahal jika masalah besar ditemukan selama latihan simulasi yang sering tertunda, sementara ancaman dari jet tempur stealth Rusia dan Cina sangat terbuka di masa depan.
Defense Contract Management Agency mengatakan beberapa masalah kualitas yang terus-menerus ditemukan setelah penerimaan resmi pesawat. Untuk saat ini dikatakan mereka sedang bekerja dengan Pentagon Joint Program Office untuk mengidentifikasi dari mana masalah kualitas ini berasal, siklus produksi dan membuat perubahan yang diperlukan dalam pengawasan untuk mengurangi masalah ini juga sangat diperlukan.
Sementara itu, Kantor Program F-35 di Pentagon mengatakan tidak dapat mengomentari cacat spesifik yang memengaruhi “kesiapan armada untuk alasan keamanan operasional. Lockheed Martin dalam sebuah pernyataan menyebut bahwa pihaknya berkomitmen untuk memberikan produk berkualitas tepat waktu.
“Selama dan pasca-Covid, kami merekrut dan melatih lebih dari 500 karyawan lini produksi baru tentang proses manufaktur dan kualitas, kami secara aktif bekerja terus meningkatkan dan mempresentasikan rencana ini ke kantor F-35 Pentagon dan Defense Contract Management Agency”, kata Lockheed.
“Kualitas lolos” – cacat yang tidak terdeteksi sebelum pengiriman akhir – untuk tahun ini adalah 0,28 per jet, “ada peningkatan 45 persen dari tahun 2021,” kata perusahaan itu. (Gilang Perdana)
Waduh, kok banyak yg ngelantur gini komennya. Masak iya pespur masa depan dibandingkan dg pespur analog dari Rusia dan China. Hhhhhhhhhh
F-35 itu ibarat Smartphone Android. Pada awalnya hp dg sistem android banyak masalah hingga seiring berjalannya waktu akhirnya sukses mengambil alih pasaran dunia. Sama halnya dg F-35, pespur ini adalah Pespur dg kemampuan open architecture yg memungkinkan F-35 diupgrade baik sistem, sensor, senjata dan teknologi lainnya dimasa depan. Wajar saja banyak masalah karena kebanyakan masalah yg timbul berasal dari software layaknya Android yg juga berasal dari software open architecture Linux. F-35 memiliki banyak kemampuan yg bahkan banyak pespur generasi kelima belum memiliki seperti kemampuan untuk terbang secara autonom, bergerak dg drone loyal wingman, dipersenjatai dg laser/senjata energi, kemampuan memfusi seluruh informasi dan data dari berbagai platform alutsista yg ada untuk kemudian diambil keputusan taktis hingga skala teater perang. Bayangkan, 1 pilot F-35 akan mampu mengontrol hingga 2 skuadron F-35 lain yg terbang tanpa awak, kesemuanya dipersenjatai dg laser dan ada yg membawa senjata untuk beragam misi dan masing-masing pesawat bahkan bisa membawa drone loyal wingman mereka sendiri. 1 pilot bisa mengerahkan begitu banyak pesawat dan drone jelas akan menjadi ancaman yg nyata bahkan bagi satu negara sekalipun. Itulah ngerinya F-35, jadi jangan samakan F-35 dgn pespur negara lain yg belum bisa produksi massal ya. Hhhhhhhhhh
@pro revolution… maksudnya 35 thn yang akan datang mungkin ni pesawat sudah masuk museum dan kita mungkin melakukan hal yang sama lagi begitu juga lik Sam dan begitulah seterusnya jika kita malas mandiri.
Mungkin kebanyakan member disini pro amerika.. Tp sbenarnya mayoritas org indo itu suka sm produk dan kebijakan rusia
Sudah benar lik Sam tolak kita beli ni pespur 35 thn yang akan datang baru benar2 siap ni pesawat. Misal sekarang kita bentrok dengan Cina dan kalah karena kita kekurangan pespur akibat Catsa atau apapun itupun bukan salah lik Sam, salah kita sendiri kenapa tak mampu buat persenjataan sendiri dan puluhan tahun hanya mampu buat prototype melulu seperti mahasiswa pasca sarjana yang susun tesis.
*joint venture dengan banyak negara
@WK, bisa jadi iya, terlebih untuk rusia dan china bukan joint venture
Dari awal hingga sekarang selalu ada kendala…
Mungkin ini diakibatkan oleh terlalu banyak negara yang ikut andil.
Berbanding terbalik dengan Raptor…
Apakah milik China dan Rusia bernasib sama seperti F-35?
koreksi nih ye buat yang biasa jatuh jatuhin rusky, biar ngga usah ada pihak yang terlalu fanatik antara amrik maupun rusky atau lainnya (tetep aja masing masing pihak terdapat banyak produk yang sukses maupun cacat)
Tuh khan biar bagaimana pun masih lebih bagus beli F16 block 70/72 Viper. F35 itu nanti saja kalo pesawatnya sudah benar2 siap.
SU57 nangis denger F35 sdh di kirim sebanyak 800 unit. Prototype yg di test AU Rusia sebanyak 9 ekor masih sering bermasalah, boro2 mau jual ke pelanggan asing. J20 malah bakalan lebih laris drpd SU57