Lockheed Martin A-4AR Fightinghawk – Jet Tempur Skyhawk ‘Reborn’ dengan Avionik F-16 Fighting Falcon
|Ada dua negara yang bisa dikata “cinta mati” pada sosok jet tempur legendaris A-4 Skyhawk. Yang pertama adalah Selandia Baru, meski telah memensiunkan A-4K Skyhawk pada tahun 2001, Negeri Kiwi sampai saat ini tak pernah mempunyai jet tempur lain pasca A-4K Skyhawk, padahal serangkaian upgrade telah dikuncurkan dengan dana besar untuk A-4K lewat project Kahu. Dan negara kedua yang setia pada Skyhawk adalah Argentina, dimana sejak era Perang Malvinas sampai saat ini, ibarat kata, Skyhawk selalu di hati.
Baca juga: Douglas A-4 Skyhawk – Pesawat Tempur Pertama TNI AU dengan Kemampuan Air Refueling
Wujud cinta mati Argentina pada jet tempur yang telah dipensiunkan TNI AU pada tahun 2003 ini, yaitu dengan dioperasikannya varian A-4AR. Namun, tunggu dulu, jangan keburu mencibir atas pilihan hati Argentina yang unik ini. A-4AR tak lagi menyandang nama keluarga Skyhawk, lantaran telah di-upgrade besar-besaran oleh Lockheed Martin, maka label yang disematkan kini adalah A-4AR Fightinghawk.
A-4AR Fightinghawk aslinya adalah varian A-4M Skyhawk yang di-upgarde oleh Lockheed Martin dengan mengacu pada avionik standar yang ada pada F-16 Fighting Falcon, itu sebabnya kemudian diberi label “Fightinghawk.”
Merujuk ke sejarahnya, AS menawari 36 unit armada A-4M bekas pakai milik USMC (Marinir AS) pada tahun 1994. Dengan nilai US$282 juta, kontrak digawangi oleh Lockheed Martin Aircraft Argentina SA yang akan melakukan upgrade pada 32 unit A-4M dan 4 unit TA-4M (tandem seat).
Sebagai catatan, Argentina sejak beberapa lama kesulitan untuk mendatangkan jet tempur baru, tekanan ekonomi menjadi salah satu masalah yang mengemuka. Meski perekonomian sempat membaik, namun anggaran untuk mendatangkan jet tempur pilihan (Mirage-2000) tetap tidak tersedia. Sampai kemudian muncul opsi dari AS pada tahun 1994 untuk membeli plus modifikasi jet tempur bekas nan lawas, lantaran A-4M Skyhawk yang adalah hasil produksi pada rentang 1970 – 1976.
Saat menjelma sebagai A-4AR Fightinghawk, jet tempur jawara Perang Vietnam ini sudah dilengkapi perangkat elektronik yang terbilang modern. Beberapa item yang dipasang oleh Lockheed Martin mencakup instalasi Douglas Escapac 1-G3 ejection seats, HOTAS controls, Litton/Northrop Grumman LN-100G inertial navigation system, MIL-STD-1553B data bus, Two General Dynamics Information Systems AN/AYK-14 mission computers, Northrop Grumman AN/ALR-93 (V)1 Radar warning receiver, TV and laser spot tracker Hughes AN/ASB-19 Angle Rate Bombing System, AN/ALQ-126B jammer, AN/ALQ-162 jammer, ALR-47 chaff/flare dispenser dan AN/APX-72 IFF (Identification Friend or Foe).
Untuk kinerja penerbang, digunakan sistem HGU-55/P helmets dan Honeywell Normal Air-Garrett’s OBOGS (On Board Oxygen Generation System). Dan bicara tentang radar, A-4AR Fightinghawk mengadopsi Northrop Grumman AN/APG-66V2 (ARG-1). Lain dari itu, Lockheed Martin disebut juga telah melakukan overhaul secara total pada airframe, wiring looms dan tentunya pada mesin Pratt & Whitney J52P-408A.
Unit perdana yang berhasil dikonversi sebagai A-4AR Fightinghawk terbang perdana pada Desember 1997 dan program upgrade tuntas keseluruhan pada tahun 1999. Ciri khas yang tetap dipertahankan pada jet tempur ini adalah antena probe yang memungkinkan A-4AR untuk melakukan air refueling.
Dari aspek persenjataan, sebagai jet tempur ringan, A-4AR Fightinghawk mengandalkan kanon organik 2x Colt M12 kaliber 20 mm, dimana tiap laras disiapkan dengan 100 munisi. Sementara itu, rudal yang bisa dibawa adalah 2 unit AIM-9M Sidewinder dan 4,5 ton bom dalam lima hard point.
Baca juga: Masih Eksis di Argentina, Super Etendard Ternyata Pernah Ditawarkan Serius ke Indonesia
Oleh karena beberapa sebab, sampai saat ini sudah terjadi empat kali insiden kecelakaan yang mengakibatkan total lost. Yang terakhir dan belum lama ini terjadi pada 5 Agustus 2020, A-4AR dengan nomer registrasi C-925 jatuh di dekat Villa Reynolds. Pilot diwartakan berhasil melontarkan diri saat kejadian, namun sayangnya pilot Kapten Gonzalo Fabián Britos Venturini tewas atas luka-luka yang dideritanya. (Gilang Perdana)
Spesifikasi A-4AR Fightinghawk:
– Berat maksimum saat take-off: 11.136 kg
– Powerplant: 1 × Pratt & Whitney J52-P-408A turbojet
– Kecepatan maksimum: 1.080 km per jam
– Jarak jangkau: 3.220 km
– Ketinggian terbang maksimum: 12.880 meter
– Kecepatan menanjak: 43 meter per detik
Eurofighter Thypoon Tranche 1 ex Austria untuk Skadron Udara 14 .. SETUJU .. !
Setuju asal harganya cucok.
Kelamaan klo ngurusi KFX trus, sdh biaya joint pngembangn mahal eh masih lg biaya beli lg tu pun tdk semi stealth lo, mlh bs d deteksi radar musuh, beda dgn nanti yg dimiliki korea adl semi stealth, klo d itung² mlh rugi, lbh baik beli gripen spt yg d tawarkan SAAB d suruh belajar n liat d pabriknya trs bs merakit sendiri spt kasel changbogo, biaya lbh murah skaligus pengadaannya lbh cepat, klo beli SU-35 yg susah pihak rusia tdk mau ToT 75, mainya cm d ksi 30%, klo cm 30% bs merakit yg ecek², jg rugi, tu spt India buat SU-30 MKI mlh msh byr lisensinya k rusia mahal jg, spare partnya sbgian besar dr rusia, jd klo rusia blm membuat spare partnya ato kosong, pesawatnya ga bs terbg alias ngelamun d hanggar pabrik, lgian spare partnya Sukhoi ckup mahal sdh gtu umur pemakaiannya lbh pendek dr spare partnya barat, ujungnya biaya oprasional Sukhoi jd sangat mahal, sdg gripen lbh murah, mungkin byr lisensinya msh bs d tekan, lgian klo dlu d tawari SAAB lgsg mau, paling cepat awal taun depan bbrp pesawat gripen sdh pd berdatangn, skrg klo nunggu SU-35 dtg, bs nunggu kucing jd bertapa dlu, baru dtg, krn rusia jg alot mslh ToT blm lg imbal dagangnya jg alot, tu msh d tambah ancaman amrik klo brani beli SU-35 mk spare part F-16 bs d blokir, blm lg spare part smua peralatan tempur yg dlu beli dr amrik jg kna blokir, alamat bs jd barang rongsokn, ya nanti kita liat Mesir, smua peralatan tempur amerika yg dlu d beli olh Mesir dr amerika, kna blokir ngga spare partnya, klo kna blokir. ujungnya cm ngandalin senjata dr rusia doank, klo beli rafale hrgnya jg lbh mahal dr gripen pa lg typhoon, skrg dunia ngadepi resesi, klo user TNI AU tetep ngotot hrs SU-35 dtg nanti mlh nda terbang² stlh sampe sni, la cost nya sangat mahal, blm lg kita indo kna krismon, suka tdk suka anggaran militer jg hrs d kurangi klo ekonomi indonesia mau bertahan
Percaya aja sama pemerintah IFX itu sudah terencana sebagai bagian dari kemandirian negara dalam membuat senjata terus SU-35 itu sudah deal yang mengganjal hanyalah CATSA doang
Aku lebih percaya pemerintah sekarang daripada dulu…lebih baik batalkan saja atau nego ulang proyek tak beres kfx.
Kalau untuk kemandirian..lebih bagus Gripen seperti yang dilakukan Brazil.
Su-35 bermasalah di barternya juga, karena masih mengganjal di Menteri Perdagangan..Rusia minta murah.
S400 g akan bisa jatuhin tu pesawat saya yakin radarnya bakal buta
INI sama F5 nggak ada MATINYA. MEREKA BERDUA kecil2 cabe rawit !!!!! Semua kembali pada DUIT perawatan.
LUFTWAFFE ngontrak SKYHAWK buat latihan dog fightnya EUROFIGHTER.
http://airsoc.com/articles/view/id/5606140f3139440f498b4594/discovery-air-defence-a-4-skyhawks-at-wittmund-germany
https://youtu.be/8avaFICd-So
$282 utk 36 unit, murah meriah lumayan sakti….bs buat nambal area yg bolong2 d timur…..bs d pakai 20 tahun smbl nunggu gen.6 hadir…..tangguh & battle provent.
Indonesia sdh merasakan ketangguhan pswt ini dlm operasi senyap d natuna, Papua, Timor & sulawesi utara d tahun 80an.
Wadoooh, ini dulu Argentina ngambil ini soalnya ngak ada pilihan, mau yg canggih ngak ada duit, ngak bakal dikasih juga, soalnya Inggris bakalan protes, akhirnya dikasih pesawat bosok dg harga rongsok, itu operasional tahun 2000 tapi teknologinya dari era 80an (F-16 versi awal).
Kalau ngga salah sebenarnya Argentina juga ingin menggantikannya dengan Gripen… tapi di veto sama Inggris…
Setidaknya argentina masih punya pespur buatan dlm negeri yaitu pucara.
Pilot Pucara takut pak..gembong narkoba sekarang sudah pegang manpad dan RPG..duit mereka banyak..bisa beli 1 lusin manpad semisal SA-7 atu SA-16 yang dipasar gelap banyak
Mantap ! Segera terbangkan lagi Skyhawk kita ke Israel, mnt upgrade-kan menjadi Skyhawk Drone. Tempatkan di Natuna sbg unsur penggentar bagi pencuri ikan dan perampas kedaulatan. Laksanakan ! Bravo !
…jangan mimpi ketinggian klw bangun jadi linglung, ……poject habibi mulai dr yg kecil aja bisa komersial menghidupi diri sendiri dgn pesawat kecil turboprop yg ekonomis…..kadang maunya gede bikin rantis militer tapi ngk siap perang prototipe sekali masal malah cuma offroad? Bagaimana ngahadapin saparatis bersenjata bisa pd tewas …..
Untuk selamanya bila melakukan pengadaan pesawat bekas pakai negara lain, indonesia tidak akan pernah bisa memproduksi pesawat tempur sendiri. Lanjutkan project IFX dan atau produksi bersama pesawat baru seperti pesawat raffale atau SU35 seperti yg dilakukan pada pengadaan Kapal dan kasel.
Kemandirian itu mahal,cth IFX ya share development kita ke korsel itu cm 20% saja sdh $2M (sm dgn mesir & rrc dgn 24 su 35nya) itu blm infra utk membangunnya didlm negeri dan berdmpk harga pesawat satuannya yg mahal sekitar $100jt an perbuah,dan pswtnya tersedia plg cpt thn 2026 ,tinggal komit dr pemerintah saja apa siap beli banyak pespur seharga segitu? utk mendrg industri dlm negeri atau beli pespur di LN yang barunya aja dpt segitu apalagi bekas,semua berpulang pada komitmen pemerintah
20% itu bukannya sdh termasuk 50 unit pesawat KFX
Bukan, 20 persen adalah saweran untuk biaya pengembangan 🙂
Ov 10 bronco seharusnya msih bisa terbang bisa di upgrade lgi
Duh paling cepat 6 tahun lagi baru sampai ke TNI-AU.
Aku yakin mundur lagi 2030 karena Covid-19
Berapa umur PILOT Skadron Skadron 14, keburu pensiun, kasihan nunggu terlalu lama
Beli Typhoon bekas tapi bagus adalah keputusan tepat untuk mengisi menunggu pesawat baru
Nah ini baru oke bener @indomiliter…hanya saweran
IFX itu hanya sekedar nama untuk membuat rakyat senang, yang bener itu KFX, karena hak cipta masih dipegang korea selatan. Indonesia hanya lisensi
Sama seperti Panser Kobra pindad yang aslinya lisensi dari Pandur II
Sama juga seperti Sanca pindad yang aslinya lisensi Bushmaster Australia
Itulah alasan kita ragu untuk melanjutkan, karena kita hanya dapat Lisensi
Ifx memang ada fan variant utk indonesia. Indonesia berhak produksi tapi hanya kandungan lokal (bs produksi sendiri) hanya 20% sisanya diambil dr Korsel sebagai pemilik keseluruhan. Makanya belajar lagi.
Itu namanya ‘Lisensi’ , berhak produksi tapi harus seijin Korea Selatan, sama seperti Kobra dan Sanca, kalau nama silahkan buat, mau IFX, XXX, BMX, XFX terserah, atau kecoak, kadal, uler keket juga terserah, belajar lagi sono
Bukan lisensi dek @bonbon
Salah cara berpiir anda klo itu sekedar buat rakyat senang. Sangat miris banget pola pikirnya jika yg berhubungan dng pertahanan negara bukan yg benar2 punya efek deteren sebagai pertimbangan tp hanya utk rakyat senang.
Coba baca lagi aturan mainnya. Itu pespur joint produk, makanya banyak tenaga ahli PT DI jg dilibatkan disana sebagai rancang bangun dan sebagian lg utk pelajari proses pembuatan. Hanya saja kesepakatan para pihak yg alot terkait suku cadang dan pemasarannya.
Dalam hal suku cadang, Indonesia maunya ada suku cadang vital spt hardware yg jg diproduksi di Indonesia tp korsel keberatan dan hanya mengijinkan suku cadang yg remeh temeh aja.
Dan indonesia tdk memiliki hak jual ke negara lain, ini jg point keberatan RI.
Tdk spt tank medium harimau pindad yg jg sama2 joint produksi namun pindad berbagi wilayah penjualan dng turkey.
Keberatan Korsel jika Indonesia terlibat penjualan, harga akan sedikit lebih murah krn berkaitan dng labor cost. Sementara incaran pasar kedua negara sama, yaitu negara2 berkembang di kawasan asia pasifik dan Amerika latin serta Afrika.
Tank pindad bisa berbagi pasar krn nilai barang tdk mahal, dan order oleh satu negara bisa puluhan jumlahnya.
Sementara utk pespur paling banyak 1 squadron ordernya. Utk dpt order ditahun selanjutnya dr negara lain sedikit sulit sebab banyak negara yg wait n see dr pengalaman user yg telah membeli utk mengetahuai kemampuan operasionalnya. Itu sebabnya yg mendasari keberatan korsel. Contoh saja F-50, setelah RI menjadi usernya brp negara lain baru mau membeli.
Lihat saja kesulitan yg dialami Gripen dlm penjualan keluar negeri. Sementara ini yg sdh menggunakan baru Thailand dan Brazil. Jd anda bisa bayangkan klo hrs berbagi pasar antara korsel dan Indonesia. Bakal bisa membalikan posisi jika RI jual lebih murah, pabrik di korsel yg malah jd support suku cadang. Bukan sebaliknya sebagaimana yg dimaukan korsel.
Jd alotnya IFX bukan krn itu produk lisensi, sebab memang bukan produk lisensi.
Begitu logika berpikirnya dek @bonbon
Tulisanmu terlalu panjang. terlalu cerewet mbak Ruskami, tak ambil intinya saja, tulisanmu itu sama saja dengan LISENSI. Logikamu tak manuk akal.
Sama saja, Lisensi juga ada ToT, dikirim belajar dulu, baru bisa produksi sendiri, sama persis dengan Gripen E/F Brazil, bisa diubah konfigurasinya disesuaikan dengan Brazil, lokal konten beberapa persen. jadi sama persis
Indonesia kalau mau merubah dan memproduksi harus ijin Korea Selatan, makanya kita harus negosiasi ulang, Indonesia tak mau kalau hanya sekedar LISENSI, gitu lho mbak Ruskami.
Joint produksi kok dibilang lisensi. Emangnya barangnya sdh jadi dek.? Klo lisensi itu barang sudah jadi, sdh operasional.
Wong barang masih dirancang kok dibilang lisensi.
Gak paham tp ngeyel terus.
Ini pasti anak asuhnya mbah gatol ini. Biar gak paham yg penting nyeruduk aja.
Joint produksi kok 80% – 20%…ngaco amat…itu namanya Saweran (kata bung admin)…hahaha
Nama/bendera Indonesia dan nama PT. DI aja tidak ada di mock-up Pameran…itu namanya Indonesia hanya dapat LISENSI.
https://www.indomiliter.com/tanpa-identitas-indonesia-full-mockup-kfx-diperlihatkan-di-seoul-adex-2019/
Kalau kerjasama pasti di tempelkan identitas Indonesia seperti di TANK KAPLAN/HARIMAU
https://www.indomiliter.com/fnss-resmi-perlihatkan-kaplan-mt-prototipe-medium-tank-garapan-bersama-pt-pindad/
Ngeyel aja mbak Ruskami
Kesalahan pemerintah yang lalu…ditipu mau aja..pak Habibi saja protes dan tidak setuju proyek ini.