Leonardo Marlin 40 – Meriam Utama yang Bakal Dipasang di Korvet KRI Bung Karno 369
|Seperti dirilis pada artikel terdahulu, pembangunan korvet yang menyandang nama besar sang proklamator, yakni KRI Bung Karno 369 telah dikumandangkan dalam sebuah seremoni di Gedung Balai Samudera, Jakarta Utara pada 20 Juni 2022. Menyandang label kapal kepresidenan dengan senjata di kelas OPV (offshore patrol vessel), KRI Bung Karno dibangun oleh galangan swasta nasional PT Karimun Anugerah Sejati yang fasilitasnya berada di Tanjung Uncang, Batam, Kepulauan Riau.
Baca juga: KRI Bung Karno 369 – Kapal Kepresidenan RI, Korvet Rasa OPV
Sebagai kapal perang yang akan bergabung di Satuan Kapal Eskorta (Satkor), tentu menarik untuk mencermati jenis senjata yang akan dipasang di KRI Bung Karno 369. Dari beberapa media nasional disebut bahwa KRI Bung Karno akan dipersenjatai meriam kaliber 40 mm buatan Leonardo pada haluan dan dua pucuk kanon penangkis serangan udara (PSU) kaliber 20 mm. Sementara untuk jenis rudal, belum disebutkan apakah itu rudal hanud atau rudal anti kapal.
Dari keterangan di atas, maka yang baru jelas saat ini adalah jenis senjata pada haluan, yakni meriam Leonardo 40 mm Marlin WS (Modular Advanced Remotely controlled Lightweight Naval Weapon Station. Bila nantinya Leonardo 40 mm telah terpasang di KRI Bung Karno, maka otomatis menjadi kapal perang pertama TNI AL yang dipasangi jenis meriam ini. Sementara Leonardo, manufaktur dari Italia, sejauh ini sudah dikenal sebagai pemasok kanon Marlin WS kaliber 30 mm di beberapa kapal patroli terbaru TNI AL.
Dari situs resminya, Leonardo mengklaim Marlin 40 mm dipersiapkan untuk menjalankan misi Anti-Surface Warfare (ASuW) dan Anti-Air Warfare (AAW). Marlin 40 memiliki bobot yang ringan dan ringkas, dengan keunggulan dimensinya, menjadikan meriam itu mudah diinstal pada berbagai macam kapal permukaan sebagai persenjataan primer atau sekunder.
Sebagai meriam canggih, Leonardo Marlin 40 mudah diintegrasikan dengan combat management system pada kapal. Secara umum, meriam ini dapat menembakan semua munisi 40L70, termasuk munisi dengan programmable fuzes.
Marlin 40 dilengkapi dengan servo sistem, yang memberikan kestabilan di kedua azimuth dan elevasi. Punya desain yang futuristik, Leoardo 40 dilengkapi stealth shield untuk meminimalkan RCS (radar cross section).
Leonardo dapat beroperasi dengan dua pilihan sistem, yaitu secara Remotely Controlled (RC) dan Independent Line Of Sight (ILOS). Dengan RC, maka meriam sepenuhnya dikendalikan oleh sistem Kontrol Penembakan eksternal dengan menerima koordinat penembakan yang stabil. Sebuah moncong radar kecepatan dapat diintegrasikan untuk mengoptimalkan perhitungan balistik.
Sementara dengan ILOS, meriam beroperasi dalam mode otonom dengan menghitung koordinat balistik dan lintasan target berdasarkan data target yang diterima oleh Independent Electro-Optical Director atau external Firing Control System.
Independent Electro-Optical Director dapat berputar secara independen dari Line Of Fire untuk pengawasan panorama melalui rangkaian sensor yang sangat akurat (dengan otomatis fungsi pelacakan) terdiri dari kamera siang hari, kamera infrared dan laser range finder. Sebuah moncong radar kecepatan dapat diintegrasikan untuk mengoptimalkan perhitungan balistik.
Baca juga: KRI Albakora 867 Meluncur, Langsung Diperkuat Kanon Marlin WS
Leonardo Marlin 40 dapat melakukan tembakan tunggal, tembakan dengan kecepatan 100 proyektil per menit dan tembakan 300 proyektil per menit. Dalam kondisi siap tempur, jumlah munisi yang siap untuk ditembakan berjumlah 80 butir. Bobot meriam tanpa munisi adalah 2.100 kg. Bicara tentang jarak tembak, meriam yang pertama kali diperkenalkan dalam ajang International Maritime Defence Exhibition & Conference (DIMDEX) 2018 di Qatar, punya jarak tembak efektif 4.500 meter. (Gilang Perdana)
Nama KRI Bung Karno harusnya untuk kelas destroyer…masa cuma corvet
ada TOT munisinya tidak min?
Kalau belinya banyak bisa dapat
Kenapa hanya pakai meriam 40 mm ya?
Kapal ini panjangnya 72-73 meter kok pakai meriam utama 40 mm sedangkan KCR 60 meter saja pakai meriam utama 57 mm.
Admin,
Saya mau tanya :
Meriam Marlin 40 mm dari Leonardo ini kalo dibandingkan dengan Rapid Fire Nexter 40 mm unggul mana?
Belum tahu, nanti dibahas
Di artikel korvet Bung Karno, bung Agato pernah bilang opininya tentang pertahanan udara dititikberatkan 30 kapal fregat besar berkemampuan AAW dan 8-12 fregat berkemampuan ASW.
Saya nggak setuju.
Semakin besar kapal dan semakin banyak senjatanya akan semakin jadi High Value target dari kapal selam. Jadi kapal AAW yang banyak rudalnya kalo keluyuran sendirian di saat perang akan jadi sasaran empuk kapal selam.
Kapal AAW hanya akan berguna AAW nya untuk melindungi gugus tugas / fleet kapal, makanya kapal AAW hanya ditugaskan sebagai senjata kelompok saja.
Pertahanan udara utama tidak akan ditempatkan di laut tetapi di darat dan walau bisa ditempatkan di atas kendaraan tidak perlu mobile jauh-jauh ke sana kemari tanpa tujuan.
Pertahanan udara utama hanya akan ditempatkan untuk melindungi very important high value target yang sifatnya static tidak berpindah, misal ibukota, pusat pemerintahan, pusat pertahanan misal seperti pentagon atau kawasan metropolitan atau kawasan industri pertahanan atau gabungan dari beberapa tempat tadi sepanjang masih dalam lingkup jangkauan efektif rudal yang digunakan.
Dalam dokumen jakhanneg kalo nggak salah bahkan disebut tentang pertahanan udara jarak menengah dan jarak jauh untuk melindungi 3 pulau yaitu Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Artinya Pulau-pulau lain untuk sementara cukup rudal shorad. Itu pula berarti sistem rudal arhanudnya bakal ditaruh di darat dan bukan di kapal. Maka jangan heran kalo misal AH140, FREMM jadi nanti hanya akan ditaruh rudal sejenis MICA saja paling mentok MICA NG.
indonesia kayaknya beneran darurat amunisi ya, rudal terutama 😅😅
note: setidaknya beberapa jenis bisa dibilang sudah aman tapi untuk rudal terutama, masih perlu dibenahi
Kalo keunggulan menurut saya lebih unggul Rapid Fire 40mm buatan Thales Nexter Prancis.. Karna RapidFire mampu menggunakan 6jenis peluru.. Lalu juga memakai peluru aerial burst ammunition yang dmana peluru itu akan menyebar bola gotri untuk menjatuhkan drone ato menembak rudal ancaman musuh. Terlepas itu belum ada klaim secara real. Tetapi untuk demonstrasi Rapid Fire 40mm buatan Nexter mampu menembak jatuh drone.. Swarm drone adalah ancaman di masa mendatang. Sehingga perlunya meriam dengan fleksibilitas tinggi. Lalu RapidFire 40mm Thales Nexter cocok untuk digunakan atau dipasang di kapal TNI AL apabila mengakuisisi OPV AMAZONAS CLASS.. Kapal patroli yg ideal dimiliki TNI AL sebanyak 45Unit.. Dikarenakan perairan luas wilayah Indonesia,dan mampu melindungi nelayan2 kita.. AMAZONAS CLASS mampu berpatroli jarak sangat jauh kemampuan data jelajah hampir seperti Frigate. Mengingat kemampuan OPV kita masih dibawah rata2.. Daya jelajah yg masih rendah karena wilayah laut kita yg sangat luas. Mungkin ada yg bertanya. “Kapal Patroli kok dipasang Rapidfire 40mm ? Bukan kapal tempur boss… Ga masuk akal” Justru ingat kawan … Elu yg ga masuk akal.. ibaratkan elu itu lagi jaga wilayah di kampung lu,elu ngeronda.. Pasti nya bawa pentungan untuk jaga2 kalo ada maling, malingnya bawa sajam.. Apalagi perang modern sekarang sudah memakai drone.. Ancaman di udara lebih tinggi.
Cocok di pasangkan di kaprang, Kenapa gk beli banyak meriam Merlin 40mm? buat kapal perang FAC-60M. Corvette sigma class, light frigat sigma, LPD TNI-AL perlu di upgrade senjata meriam pertahanan kedua 20mm di ganti meriam Merlin 40mm
@tukang_ngitung
Secara fitur hampir sama, bedanya tipe amo yg bisa ditembakkan lebih banyak rapid fire.
Tapi sekaligus dia (rapid fire) juga menyimpan kelemahan yg FATAL !!!…..umur larasnya hanya tahan sampai 600 tembakkan 😭😭😭
@wuuuu, kalau anggaran pertahanan indonesia buanyak buangetttt sih bisa aja, kalau cuma asal beli kapal karena kepincut iklan atau gengsi sih enak diawal susah diakhir, karena harus ngeluarin biaya tinggi buat perawatan, yang indonesia perluin sekarang adalah, kalau menurut ane sih, tot meriam/senjata yang sudah ada biar enteng juga soal suku cadang + amunisinya biar ngga ada cerita amunisi habis saat dibutuhkan karena stok terlalu dikit, kalau masalah kapal patroli sih, indonesia dah bisa produksi sendiri jadi ngga perlu beli-beli lagi, efisiensi anggaran juga harus di prioritaskan, biar rencana modernisasi TNI bisa berjalan dengan lancar
@periskop,
Nah itu dia. Saya heran kok banyak banget jenis ukuran kaliber meriamnya. Mestinya fokus saja misal oerlikon millenium langsung beli sekian puluh atau sekian ratus unit supaya bisa lisensi dibuat di sini baik meriam maupun amunisi sehingga kandungan lokalnya bisa tinggi dan menyerap sekian ribu pekerja.