Lakukan Sea Trial RHIB dan LCVP, Pembangunan KRI Dr. Wahidin Sudirohusodo 991 Mencapai 96 Persen

Setelah diluncurkan PT PAL Indonesia pada 7 Januari 2021, tentu masih ada beberapa tahap hingga KRI Dr. Wahidin Sudirohusodo 991 pada akhirnya dapat diserahterimakan kepada Kementerian Pertahanan untuk kebutuhan TNI AL. Dan ada kabar terbaru dari PT PAL Indonesia, bahwa Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) tersebut telah menyelesaikan tahapan final docking dan akan berlanjut ke tahapan Harbour Acceptance Test.

Baca juga: Mengadopsi Rancangan Strategic Sealift Vessel, PT PAL Luncurkan KRI dr. Wahidin Sudirohusodo 991

Dari siaran pers yang diterima Indomiliter.com, humas PT PAL Indonesia menyebut sebelum Harbour Acceptance Test (HAT) dilakukan, dilakukan sea trial pada Rigid Hull Inflatable Boat (RHIB) dan Landing Craft Vehicle Personnel (LCVP) yang ada di KRI dr. Wahidin Sudirohusodo. RHIB dan LCVP merupakan bagian dari kapal BRS dr. Wahidin Sudirohusodo. Uji coba pada 25 Oktober tersebut menandai salah satu pencapaian proyek sebelum pelaksanaan HAT.

Sea Trial pada RHIB dan LCVP kapal BRS dr. Wahidin Sudirohusodo diklaim telah memenuhi parameter keberhasilan dengan tercapainya maximum speed 31,9 knots dan 30,7 knots pada LCVP ke-1 dan ke-2 dengan kondisi full load. Angka tersebut melebihi persyaratan minimum yang diamanatkan kontrak antara PAL dengan Mabes TNI AL yaitu sebesar 30 knots. Pada uji coba RHIB, maximun speed yang tercapai adalah 27,6 knots dengan persyaratan minimum 27 knots.

(RHIB)

RHIB dan LCVP memiliki fungsi sebagai sarana angkut personil, relawan medis, atau peralatan dari darat ke kapal ataupun sebaliknya. Kapal BRS memiliki ukuran yang besar dan tidak bisa merapat ke daratan dalam kondisi tertentu atau diperlukan Tug Boat untuk menarik kapal ke dermaga, sehingga akan memakan waktu yang cukup lama. Hal ini membuat RHIB dan LCVP sangat diperlukan dalam mobilitas evakuasi medis dengan estimasi waktu lebih singkat, terutama dalam kondisi darurat.

Setelah dilakukan uji coba pada LCVP dan RHIB, akan dilanjutkan dengan final docking. Proses tersebut meliputi penyiapan peralatan pendukung di atas kapal untuk kelanjutan pekerjaan outstanding kapal, perbaikan lampu penerangan kapal yang berfungsi untuk pergeseran, open sea chest yang dilakukan pembersihan di dalamnya, pemeriksaan cat bawah garis air (BGA), penyempurnaan pengecatan di bagian kapal bawah garis air, pemeriksaan propeler dan daun kemudi (rudder blade), dan pembersihan bow thruster.

(LCVP)

Setelah final docking, akan dilakukan inclining test untuk memenuhi persyaratan HAT (Harbour Acceptance Test) dilanjutkan dengan SAT, dan serah-terima kapal.

Baca juga: Meski Mirip, Desain Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) dan Landing Platform Dock (LPD) Ternyata Berbeda

Kemajuan proses pembangunan kapal Bantu Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo secara keseluruhan telah mencapai sebesar 96,259 persen, dengan semua block sudah terpasang 100 persen. Sementara alat kesehatan yang telah siap beroperasi meliputi: X-Ray, CT-Scan, Mortuary Refrigerator, CSSD dan Ruang Isolasi untuk penanggulangan wabah menular seperti Covid-19. (Gilang Perdana)

4 Comments