KRI Nagapasa 403 Laksanakan Uji Tembak Torpedo Black Shark di Perairan Utara Bali
|Bagi Satuan Kapal Selam, senjata pamungkas untuk menghadapi lawan adalah torpedo. Dan terkait torpedo yang digunakan armada kapal selam TNI AL, sudah tersebut nama Black Shark buatan Whitehead Sistemi Subacquei (WASS), Finmeccanica Company, Italia, yang diketahui sebagai torpedo jenis baru dan modern untuk kapal selam Nagapasa Class. Seolah menyambut rencana peluncuran keluarga terbaru Nagapasa Class (KRI Alugoro 405), diwartakan TNI AL telah melakukan uji tembak Black Shark.
Baca juga: Torpedo Black Shark Untuk Kapal Selam Nagapasa Class TNI AL
Seperti dikutip dari tnial.mil.id (29/3), disebutkan pada 30 Maret 2019, unsur Koarmada II akan melangsungkan uji tembak torpedo Black Shark dari KRI Nagapasa 403. Momen uji tembak torpedo dengan bobot 1,5 ton ini langsung disaksikan oleh Pangkoarmada II Laksda TNI Mintoro Yulianto yang memonitor dari atas KRI Sultan Iskandar Muda 367. Masih dari sumber yang sama, rombongan petinggi Koarmada II telah bertolak dari Dermaha Ujung pada Kamis sore (28/3).
Untuk lokasi uji tembak mengambil area di sekitaran utara Bali. Sementara jenis sasaran Black Shark belum diinformasikan lebih lanjut. Selain KRI Sultan Iskandar Muda 367, elemen internal TNI AL yang ikut mengawal uji tembak torpedo adalah KRI I Gusti Ngurah Rai 332, KRI Spica dari Pushidrosal, Tim dari Dislambair, Satkopaska, Labinlek, serta Dispen Koarmada II.
Merujuk ke informasi yang dirilis Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI). Kontrak pengadaan Black Shark telah dilakukan pada tahun 2013 untuk 24 unit torpedo. SIPRI menyebut periode pengiriman torpedo dari Italia tersebut ada di periode 2017 – 2018.
Black Shark punya kemampuan long range dengan jarak luncur hingga 50 km dengan kecepatan maksimum 50 knots. Namun, sesuai kebutuhan operasi dan jenis sasaran yang ingin dihantam, Black Shark dapat di setting meluncur hingga kecepatan 52 knots untuk jarak luncur 22 km.
Sementara bila dibutuhkan, jarak luncur bisa di setting sampai 90 km, namun kecepatan melorot jadi 12 knots. Black Shark dibekali dua bilah propeller yang masing-masing bergerak secara berlawanan, pola gerakan propeller ini menghasilkan tingkat kesenyapan yang tinggi, selain laju kecepatan tinggi pada torpedo.
Baca juga: Aselsan Pasok Torpedo Jammer dan Decoy untuk Kapal Selam TNI AL
Black Shark dibekali dibekali hulu ledak powerful explosive charge, meski pihak pabrikan merahasiakan berat hulu ledaknya. Pada prinsipnya, hulu ledak dapat diaktifkan oleh pengaruh dari gelombang akustik dan efek tabrakan. Amunisi yang diusung bersifat sensitif dengan standar STANAG 4439 dan MURAT-2. Sumber pasokan tenaga Black Shark berasal dari desain baru advanced lithium polymer rechargeable battery. (Gilang Perdana)
TNI AU. AL, AD sebagai user pasti punya kriteria teknis…KemHan yang ngurusin nego, anggaran, logistik, ToT, aspek non teknisnya dsb…Kalupun ada keputusan soal pilihan pasti sudah melewati banyak pertimbangan…Yang penting bisa dirawat dan optimal tingkat kesiapannya…
justru faktor terpenting dalam pemilihan alutsista yang akan dibeli lebih diutamakan pada kebutuhan, doktrin & tentunya kantong alias dompet ditambah faktor lain yaitu ToT. Efek deteren, bebas embargo & tekanan dengan persyaratan ini itu dan sejarah masa lalu nyatanya tidak terpakai sama sekali
menurut saya kemandirian adalah yg terbaik untuk pengadaan alutsista kita dan smua butuh proses.Semoga pemerintah dapat meningkatkan dana riset plus realisasinya biar tdk mentok di prototipe.
hasilnya gmn?..ada beritanya ngga?…hit target atau miss?…
Belum ada info lebih lanjut 🙂
2009 tni ad mengincar 5 batere osa tapi yang datang starsreak
2010 tni au mengincar pantsyr & buk buat point defense tapi yang datang skyshield + chiron + nasams 2
2011 tni al mengincar 2 streguschy class tapi yang datang justru nakhoda ragam class ex Brunei
2009 tni au punya rencana skuadron udara 16 bakal diisi su30mk2 + su27 tapi lobi anak menteng bikin luluh berganti menjadi falcon gurun
2012 sudah kontrak 5 kapal selam kilo class bekas tapi akhirnya batal berganti menjadi changbogo class
2017 Rusia dikasih angin surga tni al bakal membeli 2 unit project 636 tapi yang dapat kontrak changbogo lagi
2015 titah presiden butuh pesawat amfibi dengan be200 sebagai kandidat terkuat tapi yang datang bombardier cl415
sudah sangat jelas TNI paling hobi kasih angin surga ke Rusia tapi tetap saja alutsista Rusia tidak dibeli karena kemahalan, tidak ada ToT dan doktrin yang tidak cocok. Rusia saja tidak ribut
pantsyr s1 di syiria ga berkutik kena rudal israel apa bagusnya mainan rusia itu cuma bagus di browsur nya doang
ada yang pas target lo,S200 hantam Ilyushin – 20 di suriah,battle proven itu
Achhhhhh….itumah lagi beruntung aja @vladimir 😂😂😂
sejak era sby s/d sekarang produk barat byk mendominasi drpd timur, waduh indonesia jd Non-blok Pro Barat kayak Swedia, mungkin utk cara mendominasi produk rusia & china bisa yaitu fansboys rusia hrs membentuk Partai Komunis Indonesia Perjuangan & undang semua pemuka agama & TNI-Polri lalu, daftar ke KPU setelah itu kirim anak bangsa indonesia ke rusia & china pelajari ilmu militer & doktrin komunis utk menghasilkan jendral komunis kyk vietnam yg sebentar lg mengakuisisi SU-57 & Brahmos krn kedekatan emosional komunis
betul itu produk eropa memang bagus
saatnya tinggalkan produk usa gendeng
uda mahal banyak syaratnya
kan tiggal pilih
yg murah ada,cina
yg bebas pakainya dan juga sakti ada,rusia
yg bagus ada eropa,kacung usa
yg mahal,gak bebas pakainya,ada usa.. kok yg ini gak butuh.
Masalahnya bukan battle proven atau tidak
Masalahnya boleh dipakai apa tidak dalam perang. Lawan China mungkin Ya, lawan anngota FPDA pasti tidak.
Bisa nembak kelas virginia ga ya tu torpedo
tdk salah TNI AL mengakuisi Torpedo NATO krn sdh battle proven, Jalesveva Jayamahe
Di Lautan Kita Jaya