Korea Selatan Berencana Ganti Ratusan Helikopter Black Hawk dengan KUH-1 Surion
Sebagai sekutu Amerika Serikat, wajar bila Korea Selatan dominan menggunakan alutsista lansiran Negeri Paman Sam, termasuk untuk urusan helikopter angkut multiguna, Korea Selatan (Korsel) menjadi salah satu operator terbesar keluarga helikopter Sikorsky UH-60 Black Hawk. Nah, terkait populasi Black Hawk yang mencapai ratusan unit di Negeri Ginseng, ada kabar bahwa Korsel berencana untuk mengganti seluruh armada Black Hawk.
Baca juga: Indonesia Jadi Target Pasar KUH-1E? Inilah Helikopter Angkut Serbu ‘Cita Rasa’ Super Puma
Dikutip dari Defensenews.com (10/10/2020), disebutkan ada rencana untuk mengganti armada Black Hawk yang saat ini dioperasikan oleh AD Korsel. Sebagai pengganti, digadang adalah helikopter produksi dalam negeri, KUH-1 Surion buatan Korea Aerospace Industrie (KAI). Kabar tersebut disampaikan pertama kali oleh Han Ki-ho, seorang anggotan parlemen dari oposisi utama Partai Kekuatan Rakyat yang menyingkapkan rencana itu menjelang audit parlemen pada Defense Acquisition Program Administration (DAPA), badan di bawah Kementerian Pertahanan Korsel, pada minggu depan.
Menurut anggota parlemen tersebut, DAPA telah memutuskan untuk menghentikan secara bertahap operasional 103 unit UH-60P Black Hawk, yaitu dengan membatalkan rencana untuk melakukan upgrade pada Black Hawk. Berdasarkan informasi, usia armada helikopter Black Hawk di AD Korsel baru berkisar dua dekade, belum terlalu tua sebenarnya. “Rencana upgrade pada UH-60 tiba-tiba dicabut pada Mei tahun lalu. Sebaliknya, otoritas pertahanan memilih untuk menambah produksi helikopter Surion.” kata Han, yang juga pensiunan jenderal Angkatan Darat bintang tiga.
Korea Institute for Defense Analyses memperkirakan, dibutuhkan biaya sekitar 3,3 triliun won (US$2,9 miliar) untuk memproduksi 130 unit helikopter Surion, yang artinya biaya itu lima kali lebih tinggi daripada biaya upgrade pada UH-60 Black Hawk. “Dibandingkan dengan UH-60 Black Hawk, KUH-1 Surion memiliki level waktu terbang 84 persen dan jarak terbang 83 persen. Surion memiliki kapasitas tempat duduk sembilan tentara, sedangkan UH-60 dapat membawa 11 pasukan.” kata Han.
KUH-1 Surion masuk dalam kelas medium transport helicopter. Singkat cerita, KUH-1 adalah varian keluarga helikoper Super Puma dan H225M Caracal yang diproduksi secara lisensi oleh Airbus Helicopters.
KUH-1 disokong dua mesin turboshaft Samsung Techwin T700-ST-701K yang tiap mesin punya kekuatan 1.950 hp. Mesin ini dibangun dari platform mesin buatan AS, General Electric T700-GE701C. Kecepatan maksimum KUH-1 Surion mencapai 290 km per jam dengan kecepatan jelajah 279 km per jam.
Meskipun ada kesenjangan dalam kinerja dan biaya, DAPA telah memprioritaskan keuntungan ekonomi dari produksi lokal Surion. Mengabaikan hasil studi kelayakan yang kredibel, DAPA mencoba membatalkan rencana upgrade UH-60 yang telah berjalan sesuai rencana selama delapan tahun terakhir, yaitu sejak 2013.
Sebelum kabar ini, KAI dijadwalkan untuk memasok Angkatan Darat dan Korps Marinir Korea Selatan dengan sekitar 220 unit Surion pada tahun 2023 di bawah kontrak dengan DAPA. KAI juga mengembangkan versi ringan dan bersenjata Surion – Light Armed Helicopter (LAH) – berdasarkan basis Airbus H155.
Pengembangan LAH adalah upaya paralel dengan Light Civil Helicopter (LCH). KAI berencana mengembangkan LCH 4,5-metrik-ton pada tahun 2021 dan kemudian memodifikasinya menjadi LAH pada tahun 2023. KAI meluncurkan prototipe LAH pada Desember 2019. LAH dipersenjatai dengan kanon Gatling 20 mm di bawah hidungnya. Helikopter ini juga dilengkapi dengan roket 70 mm dan sistem peringatan dini dari rudal.
KAI berencana untuk membangun sekitar 200 unit LAH untuk menggantikan Bell AH-1 Cobra dan helikopter MD 500 yang kini dioperasikan AD Korsel.
Baca juga: Korea Selatan Kembangkan Surion MAH, Helikopter Serbu untuk Korps Marinir
Bila kelak UH-60 Black Hawk jadi digantikan KUH-1 Surion, maka bakal ada stock Black Hawk dengan usia pakai muda dalam jumlah besar. Dan jika Korsel berniat menjualnya, rasanya bakal banyak negara yang tertarik membeli Black Hawk bekas pakai tersebut. (Gilang Perdana)
Nunggu hibahnya saja 🙂
Itulah yg patut dicontoh dari negeri ginseng. Mengutamakan produk lokal, lha kita, sdh bisa bikin ranpur sendiri, msh aja demen import. Padahal speknya sama.
Kyk filiphina dong beli 2 fregat korsel dapat bonus 1 pohang class…. ayo pak menhan… fregat korsel canggih paak hehehe… lagi juga klo kita beli fregat korsel kan memuluskan program KFX… bener ora?
Beli Second dari Korsel mesti ada kewajiban beli Alutsista juga ke Uncle Sam….monggo di hitung
Ada beberapa fakta menarik yg luput dilihat oleh banyak orang yg baca artikel ini. Heli Surion itu adalah LISENSI dari heli Superpuma/Caracal Airbus dan dari sana Korsel mulai mengembangkan konsep buatannya sendiri.
Jika Korsel aja bisa mandiri dari LISENSI Alutsista luar negeri, kenapa banyak pengemar militer di Indonesia yg gak mau menerima kalo Indonesia hanya ambil lisensi dari KFX?? Lupakan join produksi atau apapun, lupakan dulu soal bisa ekspor IFX atau bagaimana. Bahwa dari lisensi IFX sendiri kita bisa punya kesempatan untuk mengembangkan sendiri IFX blok 2 seperti yg kita lakukan di LPD. Toh hasilnya sama saja akhirnya bisa ekspor LPD ke Filipina juga. Harusnya pemerintah lebih serius untuk menggarap proyek ini entah apapun sebutannya mau joint production atau lisensi tujuan akhirnya tetap sama saja.
Ide bagus bung,
Hanya biasanya lisensi br bs setelah suatu product msk k fase mass production, utk KFX stlh 2026 (kalau sesuai schedule), setelah itu msk fase preparation line production, training, testing, approval dsb yg biasanya makan wkt 2-3 tahun smp mass production d sini. Spt Brazil dlm project gripen.
Yah itu semua cuman istilah yg penting tujuan tercapai.
Ribet dik Sugik, kemungkinan besar projects IFX akan dibatalkan oleh Menhan Prabowo karena kurang menguntungkan Indonesia.. gitu dik Sugik..
Boleh tuh Black Hawk nya dihibahin kesini..
Biar ditampung..
103 unit?
Cukup untuk bikin 2 brigade tempur udara (combat aviation brigade). Tinggal ditambah Apache 32 unit dan Chinook 24 unit. Udah jadi 2 light combat aviation brigade!!!
Lumayan buat isi stop gap sampai Bell 412 penerbad kita jadi 100 unit barulah blackhawk digeser untuk bnpb, bakamla dan ambulance udara untuk antar pasien dari daerah terpencil ke rumah sakit terdekat.
Borong!!!
Kenapa TNI AD tdk pakai Caracal ya? Jd lbh mudah utk maintenance krn dipakai jg oleh TNI AU. Kalo bisa hanya takut suatu saat diembargo oleh negara produsennya, ya buat sendiri spt Korsel ini.
Surion itu juga lisensi sama kayak yg diproduksi di Indonesia Dhek.