Update Drone KamikazeKlik di Atas

Kisruh Pembatalan Kontrak Pengadaan Kapal Selam, Perancis Akan Kirim ‘Tagihan’ Ganti Rugi Kepada Australia

Ada dua poin besar kerugian yang dialami Perancis atas pembatalan sepihak order kapal selam diesel listrik Attack Class oleh Australia. Yang pertama raibnya kontrak jumbo senilai Aus$90 miliar untuk 12 unit kapal selam, dan yang kedua adalah citra teknologi Perancis yang ‘dilecehkan’ akibat keputusan dadakan yang diambil Canberra. Lewet lobi Gedung Putih, bekalangan sikap Perancis mulai melunak, ditandai dengan pengembalian Duta Besarnya ke Amerika Serikat.

Baca juga: Buka Sejumlah Paradoks, Jubir Menteri Pertahanan Perancis Ungkap “Australian Submarine Affair”

Namun, apakah masalah ‘talak’ pengadaan kapal selam oleh Australia sudah selesai? Jawabannya ternyata belum, dikutip dari South China Morning Post (23/9/2021), disebutkan pada Rabu lalu, bahwa pihak prinsipal, dalam hal ini Naval Group akan mengirimkan proposal kepada Pemerintah Austalia yang berisi rincian tentang biaya yang harus dibayarkan atas pembatakan kontrak secara sepihak. CEO Naval Group Pierre Eric Pommellet mengatakan kepada surat kabar Perancis Le Figaro bahwa tagihan akan dikirim ke Australia dalam beberapa minggu ini. “Australia mengakhiri kontrak sepihak, yang berarti disini kami tidak bersalah,” katanya.

Meski publik masih menunggu apa rincian dari tagihan yang akan dikirimkan ke pihak Australia, sekilas Eric Pommellet menyebut biaya-biaya tersebut berfokus pada pembayaran atas biaya yang akan dikeluarkan Naval Group, seperti demobilisasi infrastruktur dan sistem teknologi informasi serta pemindahan karyawan. “Kami akan menuntut yang menjadi hak kami,” kata Eric Pommellet.

Dalam kesempatan terpisah, Kementerian Pertahanan Perancis mengatakan Naval Group telah memulai pembicaraan tentang penyelesaian masalah keuangan dengan Canberra. Sejauh ini Naval Group telah menyelesaikan €900 juta (US$1,1 miliar) dalam pekerjaan kapal selam, namun biaya itu tidak dihitung sebagai kerugian karena pekerjaan itu ditutupi oleh pembayaran Australia yang sudah dilakukan. Paris menyebut keputusan pembatalan proyek kapal selam sebagai sebuah “pengkhianatan,” terlebih pembatalan kontrak diumumkan tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Disisi lain, gejala tak akurnya Perancis dan Australia dalam proyek kapal selam sudah terendus sejak beberapa tahun lalu. Sebagai pangkal musabab adalah meroketnya nilai kontrak, dari yang disepakati pada awalnya 12 unit kapal selam akan dibangun dengan nilai Aus$50 miliar, kemudian meroket menjadi Aus$90 miliar atau setara US$70 miliar.

USS Jefferson City (Los Angeles Class)

Pemerintah Australia awalnya bersikukuh bahwa kenaikan nilai kontrak terjadi karena inflasi dan perubahan nilai tukar mata uang yang diperhitungkan. Hugh White Profesor Kajian Strategis di Australian National University di situs abc.net.au (20/1/2021) menyebut, bahwa dengan nilai Aus$50 miliar harganya sudah terlalu tinggi. “Ini artinya harga satu unit kapal selam mencapai lebih dari Aus$4 miliar,” kata White.

Rupanya masalah bukan soal kenaikan harga saja, seperti diketahui, Pemerintah Australia sangat concern untuk memberdayakan industri dalam negeri di setiap program pengadaan alutsista. Nah, dalam kontrak Attack Class, pihak Australia ingin adanya kesepakatan bahwa 60 persen produksi atas komponen kapal selam tersebut dilakukan oleh perusahaan dalam negeri. Ini artinya, Australia ingin agar alokasi dana sebagian besar dapat berputar untuk menggerakan industri lokal.

Baca juga: Nasib Perancis atas Pembatalan Proyek Kapal Selam dari Australia, Ibarat ‘Kena Karma’ dari Rusia

ebagai informasi, kapal selam Attack Class dibangun menggunakan teknologi dari Naval Group, Perancis, sementara proses pembangunan kapal selam dilakukan di Australia. Merujuk ke sejarahnya, lewat kompetisi yang ketat, AL Australia resmi memilih Naval Group pada tahun 2016. (Gilang Perdana)

16 Comments