Kesulitan Suku Cadang, Argentina Resmi Pensiunkan Jet Tempur Legendaris Super Etendard

Meski sejak tahun 1990 Angkatan Laut Argentina tidak lagi mengoperasikan kapal induk ARA Veinticinco de Mayo (V-2), namun, AL Argentina masih terus menggunakan jet tempur single seat legendaris buatan Perancis, Super Etendard. Bahkan, di tahun 2018/2019, Argentina kembali membeli lima unit Super Etendard bekas pakai AL Perancis yang telah dipensiunkan.

Baca juga: Masih Eksis di Argentina, Super Etendard Ternyata Pernah Ditawarkan Serius ke Indonesia

Tapi ada kabar terbaru dari Negeri Lionel Messi, yakni Menteri Pertahanan Argentina Jorge Taiana secara resmi mengumumkan pensiunnya jet tempur Super Étendard terakhir, baik seri asli yang dibeli pada tahun 1979, maupun seri bekas yang diperoleh dari Perancis pada tahun 2018.

Pangkal dari keputusan pensiunnya Super Etendard dilatarbelakangi kesulitan pasokan suku cadang. Argentina memiliki total 14 unit Super Etendard, tiga di antaranya hilang dan Angkatan Laut Argentina hanya mengoperasikan sisanya 11 unit. Namun, kesebelas Super Etendard belum terbang dalam beberapa tahun terakhir.

Super Etendard dan AM-39 Exocet.

Termasuk lima unit yang baru dikirim pada tahun 2019 dari Perancis, nyatanya tidak pernah terbang dengan lambang kebesaran AL Argentina. Kelima Super Etendard yang tiba di Argentina tanpa komponen utama, dimulai dari kursi lontar Martin Baker Mk 4A, yang tunduk pada hak veto Inggris, lantaran Martin Baker adalah perusahaan asal Inggris.

Padahal, Super Etendard yang dikirim dari Perancis merupakan unit terakhir yang masih serviceable, dan telah menjalani serangkaian upgrade sistem avionik. Pengiriman kelima unit Super Etendard ini disebut-sebut molor enam bulan dari jadwal yang seharusnya,

Masalah kursi lontar kemudian dapat diatasi, yakni dengan mengadopsi kursi lontar buatan Task Aerospace. Perusahaan tersebut memproduksi tanpa komponen Inggris. Tapi itu tidak menyelesaikan masalah suku cadang selain Perancis. Menurut Jorge Taiana, suku cadang dan komponen tidak lagi dapat dipasok karena tidak lagi diproduksi.

Super Etendard punya kesan mendalam bagi militer Argetina, khususnya selama Perang Malvinas (Falkland). Pasalnta Super Etendard dengan rudal anti kapal AM-39 Exocet berhasil menenggelamkan dua kapal perang Angkatan Laut Inggris.

Pada pagi hari tanggal 4 Mei 1982, dua Super Etendard Argentina menyerang kapal perusak berpeluru kendali HMS Sheffield [D80] Type 42. Kedua pesawat Argentina itu menembakkan rudal anti kapal AM39 Exocet. Mereka gagal menghancurkannya, tetapi mereka merusaknya. Namun, kerusakannya sangat parah, karena enam hari kemudian, pada 10 Mei, kapal tersebut tenggelam saat ditarik. 20 pelaut Inggris tewas dalam serangan itu.

HMS Sheffield korban hantaman AM-39 Exocet Argentina.

Situasi terulang sepuluh hari setelah tenggelamnya HMS Sheffield. Pada 21 Mei 1982, HMS Ardent [F184] diserang oleh setidaknya tiga Super Etendard. Mereka menembaki kapal dengan rudal anti-kapal AM39 Exocet. 22 pelaut Inggris tewas saat itu.

AL Perancis sendiri telah memensiunkan Super Etendard pada tahun 2016, dan menggantinya dengan jet tempur Rafale untuk operasional di kapal induk. Sejak resmi diluncurkan pada Juni 1978 sampai produksi terakhir pada 1983, tercatat 85 unit Super Etendard telah diproduksi. 71 unit digunakan oleh Perancis dan 14 unit di ekspor ke Argentina pada awal 1980-an.

Uniknya, Irak pernah menyewa lima jet tempur ini dari Perancis, dan digunakan dalam Perang Iran – Irak pada tahun 1983 – 1985, yang kesemuanya dikembalikan ke Perancis pada tahun 1985.

Baca juga: SS Atlantic Conveyor – Kisah Tragis Kapal Kontainer yang Diubah Menjadi ‘Kapal Induk’

Super Etendard hanya dibuat dalam versi single seat. Dimensi Super Etendard – panjang 14,31 meter, lebar bentang sayap 9,6 meter dan tinggi 3,86 meter. Bobot maksimum saat lepas landas Super Etendard adalah 12 ton dan mampu melesat 1.205 km per jam. Selain dapat menggotong aneka bom, roket dan rudal, senjata organik Super Etendard adalah 2 kanon internal DEFA 552 kaliber 30 mm. (Haryo Adjie)