Kapal Selam Type 212A Jerman Mengalami Kebocoran, Penyebab Diduga Berasal dari Tabung Torpedo
|Sebuah kapal selam milik AL Jerman dilaporkan baru-baru ini mengalami insiden kebocoran, kapal selam yang dimaksud adalah U-33 (S183) dari 1st Submarine Squadron yang bermarkas di Eckernförde. U-33 adalah bagian dari Type 212A Class yang diproduksi oleh Howaldtswerke-Deutsche Werft GmbH (HDW), yaitu galangan yang juga memproduksi kapal selam Type 209 Cakra Class TNI AL.
Dikutip dari Shephardmedia.com (29/4/2020), disebutkan bahwa insiden kebocoran tersebut terjadi pada awal April lalu. Meski penyebab pasti masih dalam penyelidikan, dugaan awal sumber kebocoran berasal dari tabung torpedo, kru kapal selam sendiri belum berhasil menemukan penyebab pasti kebocoran dan masih bertahan di dalam kapal selam. Tidak ada korban atas kejadian itu, namun kapal selam diesel listrik modern ini telah memasuki dok kering (dry dock) di Kiel pada 28 April lalu untuk serangkaian pemeriksaan.
Sebelum kapal selam masuk ke dok kering, sebagai prosedur keamanan, torpedo-torpedo di kapal selam U-33 telah diturunkan dan dikirim ke gudang munisi di Laboe, guna pemeriksaan kondisi. Disebut perbaikan kapal selam paling lambat akan tuntas pada 11 Mei mendatang, dan U-33 diharapkan segera dapat beroperasi kembali secara normal.
Type 212A selain dioperasikan Jerman, juga dioperasikan Italia dengan label Todaro Class. Sebagai kapal selam modern yang sarat fitur canggih, Type 212A mengusung propulsi diesel dan air-independent propulsion (AIP) yang menggunakan teknologi Siemens proton exchange membrane (PEM) dengan sel bahan bakar hidrogen. Dengan sokongan AIP, menjadikan Type 212A sanggup menyelam terus-menerus selama tiga minggu lamanya tanpa snorkeling.
Dari sejarahnya, HDW menciptakan Type 212A sebagai pengganti kapal selam Type 206, ada juga yang menyebut Type 212A sebagai varian penyempurnaan dari Type 209 Class yang dilengkapi AIP.
Type 212A punya bobot 1.524 ton di permukaan dan 1.830 ton saat menyelam. Kapal selam ini punya panjang 57,2 meter dan lebar 6,8 meter. Type 212A dapat melesat 12 knots di permukaan dan 22 knots saat menyelam. Jarak jelajahnya bisa mencapai 15.000 km pada kecepatan ekonomis 8 knots.
Baca juga: Belum Ada Tandingan, Armada Kapal Selam Singapura Adopsi 2 Teknologi AIP
Diawaki oleh 5 perwira dan 22 anak buah kapal, Type 212A dipersenjatai enam tabung peluncur torpedo 533 mm. Sejauh ini AL Jerman mengoperasikan enam unit Type 212A dan AL Italia dengan empat unit Todaro Class. Tentang U-33 yang mengalami indisen, kapal selam ini diluncurkan dari galangan pada September 2004 dan masuk kedinasan pada 13 Juni 2006. (Bayu Pamungkas)
Bismillah bagaimana kita sandingkan saja su.35 dan F.16 V sebanyak 6 unit,jenis Grippen menjadi 6 unit dahulu,sesudah itu kita adopsi rudal rudal seperti buk m.3,rudal neptune,rudal tzircon,rudal pantsir,rudal brahmos,rudal agni IV selain ada shorad,mungkin kita tambah rudal yang kita punya milik industri LAPAN jadi kekuatan kita kombinasi,selain kita tambah radar terahertz,radar aesa coba kita rakit dengan besutan industri karoseri truk dalam negeri,mungkin dari PINDAD bisa minat mengembang radar aesa tersebut,di angkut oleh truk industri PINDAD,tidak hanya pakai humvee.
Soal voting pengganti SU-35 dibawah saya kok kurang setuju dengan F-35 malah mending rafale. Alasannya maintance pesawat gen-5 mahal, F-35 memerlukan dukungan tanker untuk operasi jarak jauh, dan terakhir kenapa kita harus beli barang yang sama dengan Singapura dan Australia dengan spesifikasi dan jumlah yang lebih rendah jika terjadi konflik kawasan pun F-35 kita gak sanggup ngadepin F-35 Singapura dan Australia yang lebih siap dan canggih ini fakta.
Makanya suara hati fans boy militer disini itu tidak bisa diperdaya dng promosi hoax dan propaganda para fans boy barat Amatiran dek saif. Dr voting saja sdh terlihat bahwa fans boy militer sejati disini lebih memilih rafale yg sdh betel prupen di timur tengah. Bahkan F-16 viper aja jg tdk dipandang, hanya menduduki urutan 4 setelah Gripen. Itu artinya fans boy disini sadar bahwa jika jatuhkan pilihan pd produk AS akan sering tersandung masalah nantinya, dan kemampuan tdk akan sehebat yg dimiliki Aussy atau Singapore.
Kita jg blom menyiapkan sarana NWC sbg penunjang agar kinerja pespur Gen.5 bisa maksimal.
Kalo soal biaya perawatan itu sifatnya relatif dek, krn kedepannya pertempuran udara akan didominasi minimal Gen.5. jd kita hrs siap utk mengoperasikan pespur Gen.5 tp tentu saja bukan F-35. Krn yg dibutuhkan TNI dimasa depan pedpur Gen.5 yg double engine.
Tp jng lupa dek itukan hanya voting, yg berarti menunjukan suara hati para fans boy militer sejati yg tulus dek. Sementara yg beli maunya kan beda lg, sesuai selera mereka.
Biaya operasional :
F35 : $21.000 / jam
F16 : $7000 / jam
Gripen : $4500 / jam
Indonesia bisa ikutin langkah brazil membeli gripen dengan upgrade radar aesa PLUS gripen menawarkan ToT..
Tapi pemerintah Indonesia terlalu banyak mengkaji&mikir sampe2 tawaran emas depan mata gk diliat
Bung ini selalu panasan bicara ttg australia dan singapur, lah lawan malaysia dulu ajah mesti sembunyi2 gmna mau lawan secara langsung bisa2 bung sendiri tnggl nama doang
memangnya kita bisa menghadapi singapura dan australia ? ingat dibelakang mereka ada sekutunya, mereka diserang dalam sekejab indonesia dikepung ribuan pesawat dan kapal disegala penjuru. berfikir dewasalah.
mudah2n gak memakan korban jiwa
LIAT2 dalemnya U-BOOT BUNDESMARINE
https://youtu.be/MNTqk_tCqRw
https://youtu.be/1wvCwEeDOJo
https://youtu.be/4vlT1PoplYI
https://youtu.be/ApvHVDuERIo