Kapal Perang Australia, HMAS Ballarat dan HMAS Sirius Bergabung dalam Operasi SAR KRI Nanggala 402
|
Sesuai dengan komitmen Pemerintah Australia untuk membantu proses SAR kapal selam KRI Nanggala 402, maka dua kapal perang milik Angkatan Laut Australia (Royal Australian Navy) telah diperintahkan untuk merapat ke Perairan Bali. Dua kapal perang itu, yakni HMAS Ballarat dan HMAS Sirius, dilaporkan berlayar dengan kecepatan penuh menuju lokasi.
Dikutip dari news.defence.gov.au (23/4/2021), kedua kapal perang Australia yang ditugaskan, masing-masing berjarak cukup jauh dan dalam regional operasi yang berbeda. HMAS Ballarat yang merupakan kapal perang jenis frigat sudah tiba lebih dulu di Perairan Bali, pasalnya pada 23 April, posisinya sudah berada di Selat Lombok. Sedangkan HMAS Sirius yang merupakan kapal jenis tanker dan logistik, baru akan tiba di Perairan Bali pada 27 April, lantaran baru bertolak dari Brunei Darussalam.
Meski kedua kapal tidak punya kemampuan rescue atau penyelamatan bawah air, namun, seperti HMAS Ballarat yang masuk dalam frigat ANZAC Class, mempunyai perlengkapan sonar canggih untuk mendeteksi keberadan kapal selam. Sementara HMAS Sirius, dapat menyediakan suplai bahan bakar dan logistik yang sangat diperlukan dalam mendukung operasi SAR di lautan.

HMAS Ballarat adalah satu dari delapan frigat ANZAC Class yang dioperasikan AL Australia, dengan bekal satu unit helikopter anti kapal selam MH-60R Seahawk yang dibawanya, maka diharapkan misi SAR pada KRI Nanggala 402 dapat berjalan lebih optimal.
Sekilas tentang HMAS Ballarat yang bernomer lambung 155 ini, punya bobot 3.600 ton dan dibangun dari desain MEKO200 oleh Tenix Defence Systems. Senjata andalan frigat ini adalah meriam MK45 kaliber 127 mm pada haluan, rudal anti kapal Harpoon 2×4 dan rudal hanud Sea Sparrow dan Evolved Sea Sparrow dalam peluncur VLS.
Sementara bekal senjata aspek bawah lautnya dua triple tube torpedo MK32 kaliber 324 mm. Dalam setiap pelayaran, HMAS Ballarat dipastikan membawa satu unit helikopter anti kapal selam mutakhir Sikorsky MH-60R Seahawk.
Kecepatan maksimum frigat ini mencapai 27 kntos, sementara jarak jelajahnya sampai 11.000 km pada kecepatan ekonomis 18 knots. Dari spesifikasi, frigat dengan 170 awak ini punya panjang 118 meter dan lebar 15 meter.
Kemudian tentang HMAS Sirius, kapal ini punya bobot 46.775 ton. Dengan panjang 191,3 meter, lebar 32 meter, dan draught 11 meter, HMAS Sirius dapat membawa 34.806 meter kubik (34.806.000 liter) bahan bakar solar dan 5.486 meter kubik (4.486.000 liter) bahan bakar avtur.
Baca juga: HMAS Sirius – Kapal Tanker Militer Terbesar di Kawasan Pasifik
Tidak itu saja, kapal tanker ini dapat membawa 240 ton bekal logistik kering yang ditempatkan ke 12 unit kontainer ukuran 6,1 meter. Dengan kapasitas bahan bakar yang besar, HMAS Sirius mampu ‘menyusui’ beberapa kapal perang dalam operasi jarak jauh. (Gilang Perdana)
Setelah sekian puluh tahun mengoperasikan kapal selam baru sekarang Indonesia mengalami kecelakaan fatal sekaligus menjadi negara pertama di dunia pengguna kasel type 209 yg mengalami kecelakaan mematikan.kalau dipikirkan ini juga menjadi kecelakaan kasel terburuk pertama dikawasan Asia tenggara.
Sblmnya ada Argentina dgn kasel 209 San juan jg mengalami kecelakaan serupa
ARA San Juan bukan kapal selam type 209
Nanggala 402 kehilangan kontak sesaat setelah menembakkan torpedo latih pada lambung torpedo no 8.
Kuatir sya ini malah seperti kasus Kasel nuklir Kursk Rusia yg meleduk akibat gagal meluncurkan Torpedo dan cacatnya Torpedo latih meski yg ini tidak terdeteksi ledakan bawah air.
Keseringan dipake gegara harganya mahal ya.
Coba update berita dulu ya dek EW. Diberita sudah jelas penyebabnya masalah kelistrikan (batrey), bukan krn terpedo meleduk.
Kemaren sdh ngawur buat analisa harwat, skrng malah buat analisa sendiri yg melenceng. Ginilah jadinya jika malas update berita…😄😄
Ya. Salaamm…🤣🤣🤣
Jam berapa komen dan jam berapa berita itu turun? Masalah kelistrikan dan komen sya bukan kesimpulan yg bisa kamu plintir jadi fakta. Butuh berbulan2 investigasi menyeluruh. Sekali lagi Dugaan sementara jgn diplintir jadi fakta.
ini yang kemarin saya katakan…bahkan mencari pun sulit apa lagi untuk menyelamatkan….jadi bukan berarti kita punya kapal penyelamat itu akan bisa menyelamatkan kapal selam tersebut…!!!
semua pakar dunia tau kalou kasel dibuat dan dirancang untuk payah terdeteksi bukan seperti angkutan umum sipil lainya semisal pesawat atau kapal permukaan yang memang dirancang mengutamakan savety….baik alat tambahan seperti kotak hitam yang memancarkan signal maupun matrerial dasar nya yang mudah untuk dilacak dan dideteksi…!!!
belum lagi operasional kasel memang rahasia…ini kejadian karna latihan dan diwilayah kita sendiri…lantas bagai mana kalou diluar wilayah kita atau bahkan diwilayah orang lain…????
ada dua kemungkinanya….satu tutup mata dua perang terbuka…!!!
jadi dipahami lagi bagi pansboy militer dadakan untuk lebih memahami masalah jangan asal sekedar protes dan marah marah…tanpa tau duduk perkara nya…!!!
assuky
1. there is 2 different but related issues,
a. searching for the distress submarine
b. rescuing the distress submarine
2. right now even the searching part is not good. that also shows that TNI-AL ASW capability is not good.
3. Training decisions.
a) who decided and approved to do training in sea area of 800m deep? indonesia sea is so large, why did not do training at depths of 200m or less? Daewoo said the max crush depth after 2012 overhaul, probably due to age fatigue and also many times cut and welding the hull, is around 200m depth only.
b) who decided and approved to overload the ship? 20 extra people equals to at least 1.5 ton extra load! If there is problem or emergency can the submarine quickly surface with 1.5 ton extra load?
c) why do the training at 3am morning? this is just training, not real operational mission.
4. if indonesia has submarine rescue ship, the training done at sea depths of less than 200m, and TNI-AL ASW capability is good, the submarine rescue could be attempted. If say indonesia has submarine rescue ship, the rescue could be done in less than 48 hours, rather than have to wait for singapore or malaysian submarine rescue ship.
wah ribet ini orang…dah tau saya tuh lulusan ausy sekolahnya malahan pakek bahasa amerika lagi…😒😅
gini dek intinya kedalaman latihan sesuai scanario….dan 800m itu tengelamnya kapal bukan saat latihan…oke…
jadi kita engak tau persis masalah yang dihadapi kru dan awak kapal…jadi cuma sekedar dugaan semata dengan banyak teori nya…
masalah dengan alat deteksi asw dan apa lah istilahnya…perlu dipahami dulu…satu mahal nya tehnologi tersebut…kedua tidak semua negara mempunyai akses ketehnologi cangih dan rahasia seperti angota nato bahkan sekutu usa sendiri…!!!
jadi banyak hal yang memang kita sulit untuk capai atau mengikuti perkembangan tehnogi saat ini…kalou masalah kapal resque diatas sudah saya sampai kan panjang × lebar jadi engak perlu lagi saya kemukakan…🤓😔
assuky
i mean sea area depth of 800m, not the submarine diving 800m.
the submarine cannot dive to 800m.
banyak lagi area laut dangkal diindonesia, mengapa pilih latihan dilaut 800m dalamnya?
kamu ini aneh dek…dengan bahasa ameriaka malah sulit dipahami….😅
latihan kok milih milih…namnya juga latihan harus disesuaikan scenario latihan tersebut…kalou mau aman diempang ikan apa kolam renang…😅
sedang kecelakaan kan engak ada yang tau kalau musibah mau datang…kalou tau jelas engak ada yang mau naiki tuh kasel…kan gitu dek…😅
Saya paham, mungkin mas @rescue ini biasa berinteraksi dalam bahasa internasional….jadi walopun grothal-gratul saya capet-capet paham maksut yg disampaikan nya.
Beberapa hal saya sependapat dg mas @rescue, utamanya pada poin 3 (walaupun tidak seluruhnya).
Sudah ada preseden sebelumnya bahwa kadang kita terlalu keras dalam merancang suatu latihan 👉👉👉 terutama dalam pemilihan lokasi/medan latihan….padahal “alam” adalah salah satu faktor yg tidak bisa dikendalikan☝️
Kalo ingat jatuhnya hercules ketika sedang approach di bandara wamena adalah salah satu contoh pemilihan medan operasi yg terlalu berat utk ukuran calon capten pilot yg sedang mencari type rating hercules…..dan setelah tragedi ini, wakasau saat itu langsung menganulir area ini sbg medan latihan, karena terlalu banyak faktor alam yg tak terkendali spt kabut tebal, dan obstacle sekeliling bandara.
Bahkan seorang pilot maskapai nasional yg lama terbang di area tsb mengatakan utk seorang pilot senior pun sering kesulitan mempraktekkan “unstable approach” di bandara tsb.
Mungkin solusinya adalah membuat sebuah “area latihan laut/pantai permanen” yg cukup mensimulasikan geografis nusantara namun memiliki tingkat kesulitan alam yg masih bisa dijangkau oleh kemampuan yg dimiliki TNI….baik SDM maupun peralatan.
Ada baiknya juga TNI melakukan ploting area latihan dengan informasi yg dimiliki oleh instansi lain, semisal riset yg dilakukan oleh BPPT atau riset lain sejenis mengenai adanya fenomena “segitiga masalembo” pada area tsb…..tentu saja fenomena ini bukan ttg hal yg bersifat mistis tetapi pengamatan ttg karakter dan kekuatan alam yg bersifat destruktif di sekitar area tsb.
Kemudian ttg nomer 3 b&c
Koreksi sedikit…..kelebihan kapasitas awak dan penumpang di sini bukan dalam konteks bobot, tapi jumlah personel, karena lazimnya jumlah torpedo dan bbm yg dibawa pun dibatasi☝️
Mengingat dalam kompartemen kasel yg sempit serta memiliki sistim sirkulasi udara tertutup……dalam keadaan darurat, jumlah manusia yg semakin banyak akan memperberat pengelolaan sistim sirkulasi udara dan HVAC yg sangat vital dg kelangsungan hidup kru didalamnya.
Kemudian ttg pemilihan waktu…..kemarin Laksamana Muda Frans Wuwung (eks KKM Cakra) menceritakan bahwa jam 3 subuh adalah saatnya kru yg tidak jaga beristirahat. Masalah yg terjadi pada saat-saat tsb berpengaruh thd fisiologis tubuh manusia dalam merespon sesuatu peristiwa
Lanjut ke poin 1 dan 4
Sesuai dg postur AL yg sedang beranjak ke kekuatan “green water navy” dan karakter mayoritas perairan kita….AL “cukup” mumpuni dalam operasi AKS laut dangkal (ditandai dg jenis sensor yg terpasang pada KRI dan pesawat patmar), sementara untuk operasi AKS laut dalam, secara teori para perwira AL pasti sudah sangat memahami, namun dengan ketiadaan perangkat pendukung utk jenis operasi ini, pastinya kita belum memiliki “pengalaman nyata”…..sepeti ketersediaan VDS, dipping sonar, towed array maupun hidrophone.
Maka ketika menghadapi ke gawat daruratan yg berhubungan dg kedalaman yg melebihi perairan neritik (>200m an)…..AL baru bisa melakukan operasi yg bersifat survey dg peralatan yg dimiliki oleh KRI Rigel dan Spica.
Ke depan ada baiknya melibatkan unsur pendeteksian bawah laut yg mumpuni dalam latihan saat ini ……walapun dalam tragedi KRI Nanggala, saya yakin para awak menghadapi situasi yg “luar biasa” sulit dikendalikan dan berlangsung sangat cepat.
Yang untuk mengaktifkan sinyal disstres yg bisa ditangkap oleh alat HIPAP yg dimiliki oleh KRI Rigel pun tak sempat…..apalagi mengaktifkan “emergency ballast tank” 😣
“Sudah ada preseden sebelumnya bahwa kadang kita terlalu keras dalam merancang suatu latihan 👉👉👉 terutama dalam pemilihan lokasi/medan latihan….padahal “alam” adalah salah satu faktor yg tidak bisa dikendalikan☝️”
Pakem tradisi dari dulu ini mah latihan fisik dipaksa sampai batas kemampuan kurang diimbangi SDM mumpuni dlm hal ini teknologi dan adaptasi taktik berdasar evolusi ancaman serta kerjasama penelitian dgn universitas2 sipil. bahkan dlm operasi perang sesungguhnya seperti kasus operasi pendaratan linud kostrad sewaktu kampanye irian dan seroja.
All your points literally hitting right in the faces. Its sad NGl 402 and its crews will be becoming martyr for speeding up the future TNI AL modernization program and reform whick keeps lagging due to national budget being focused for infrastructures development.
Regarding point 3-C they probably wanted simulating night attack operation. The cultures for pushing limits with less attention of risk mitigation is real here.
males gue jawab komentar paijo sales mumet ini…ngeyelan iya ujung ujung lari lagi soal pengadaan osprey…😅🤣
ada engak ada hubunganya pokee salah kalou ngambil osprey yang benar chinuuuk…😅padahal dah dibilangin chinook osprey beda kebutuhan satu heli angkut kelas berat satu pesawat ringan tilt rotor….masih aja dibahas…sampe kasel tengelam juga nyalahin pengadaan osprey…😅🤣🤣🤣
yaasallammm ada sales kayak gini…😅
Saya sih simple saja nanggapi jawaban buat si otong rescue ini.
Dalam situasi perang sesungguhnya, musuhlah yg berusaha mencari posisi lemah lawannya, dan memanfaatkan keungglan teknologi miliknya sendiri utk mengalahkan lawan.
Dalam perang sesungguhnya, musuh tdk bisa diajak berunding utk cari waktu yg tepat, maupun cari tempat yg mudah. Lalu jika tidak melakukan pelatihan malam, bagaimana bisa menghalau musuh yg datang malam.
Bagaimana menghalau musuh yg datang diperairan dalam jika tidak berani berlatih diperairan dalam? Logika sedeehana.
Menghadapi musuh yg mengancam, yg dibutuhkan alat perang atau alat penyelamat?..😄😄
Ya. Salaaamm…😄😄😄🤣
Tidak sesederhana itu, kapasitas yg dimiliki TNI-AL masih belum mendukung terutama dalam hal kemampuan alutsistanya untuk pertempuran laut dalam, walaupun ini latihan perlu adanya antisipasi semua peralatan yg seharusnya sudah memadai, jika belum, seharusnya tak perlu memaksa
Lhaa trus klo musuhnya menjadikan laut dalam yg berada di wilayah RI sebagai tempa utk berlindung, lalu krn kasel kita bukan utk laut dalam maka harus balik arah gitu.? Atau malah teriak2 ke musuhnya ” jng sembunyi di laut dalam donk, kasel kami gak berani sampe kesitu, jd mongho kita perang di laut dangkal saja “.
Kalo spt itu konsepnya, kita tarik kebelakang kasus bawean dimana Hawk kita berhadapan dng Hornet.
Krn sdh ketauan itu pespur hornet dan gak bakalan kita bisa unggul lalu dibiarkan aja gitu.? Atau tutup mata ajalah ya bung.?..😄😄
Ya. Salaamm..😄😄😄
Di dalam pertempuran nyata masih bisa dimaklumi, ini latihan dimana faktor dan penunjang keselamatan harus diutamakan 👍😊
Lhaaa…..bukannya latihan itu bentuk simulasi dr pertempuran nyata bung.?
Lhaa…gmn seorang pilot bisa menguasai pertempuran malam, jika terbangnya siang terus, latihannya jg siang terus.? Gmn mau menghadapi pertempuran laut dalam klo latihan dipinggir pantai terus.?
Dan perlu dicatat, walaupun itu laut dalam namun kasel kita bukan mau nyilem sampe kedalam kan? Mereka jg tau batas kemampuan alutsista yg jd tunggangan mereka.
Emang bedanya dimana, antara lewat diperairan dangkal dng lewat diperairan dalam bung?
Masa mau latihan aja hrs nunggu faktor penunjang keselamatan tersedia dulu bung? Itu artinya kita kalah sebelum berperang bung
Klo blom disediakan berarti gak akan pernah latihan disitu donk ya? Berarti spot2 itu sdh menjadi kelemahan armada kita yg gampang dimanfaatkan musuh donk ya.?…😁😁
Ya. Salaamm…😄😄😄
nah ini gaya politikus bener…mempertanyakan bagai mana cara unit tni melakukan latihan…😒
baca komen om diatas dek…tni dituntut untuk melakukan yang terbaik dengan alutsista seadanya…bagai mana kalou latihan juga harus pilih pilih apa lagi dalam pertempuran sesunguhnya…!!!!
Bagaimana dengan 53 awak yg seharusnya 38 ? Faktor keselamatan juga termasuk dalam hal kedisiplinan ☺
omong kosong itu dengan istilah overload…..karna ini bukan angkutan umum apa angkutan barang…!!!
awak ideal kasel memang melampaui tapi bukan berati kasel engak mampu menampung lebih banyak orang…dan permasalahan kecelakaan bukan dari berapa banyak nya awak kasel tersebut…iya engak..???
jadi jangan dijadikan alasan lempar tudingan kesalahan pada pihak tni hanya karna permasalahan lumrah dan sepele…lantas mengaburkan masalah isu utamanya…!!!
Kita tunggu aja hasil investigasinya setelah kapal berhasil diangkat 👍👍
Terlalu menyempitkan kebutuhan mana yg perlu di prioritaskan dan bagaimana cara melakukannya jelas akan membuat buntu pola pikir dalam melihat permasalahan secara utuh.
Kekurangan dalam penguasaan aspek pertempuran tertentu akan membutuhkan teknologi khusus dan maju untuk menunjang pergelaran kekuatan. Yah, Osprey tidak akan salah karena kebutuhannya berbeda dg Alutsista lain, pengadaan kapal penyelamat juga memiliki keterkaitan dan kesinambungan kesiap-siagaan kekuatan, tak bisa hanya mengandalkan emergency ballast tank dan emergency Pod. Perlu dibuat dan ditelaah bobot skor kebutuhan pada setiap pos anggaran alutsista, bila sudah dihitung dan banyak yg dibutuhkan seharusnya disesuaikan lagi dengan pos anggaran kementerian/lembaga lainnya. Mana yg bisa di potong, mana yg tidak. Pertahanan adalah kunci utama keutuhan negara dan mempersiapkan kekuatan pertahanan adalah jaminan terhadap gangguan yg ditimbulkan oleh ancaman dari luar maupun dari dalam.
kalou saya pikir malah kebutuhan macam kapal resque gitu seharus nya masuk ke program nasional terutama sar dengan basarnas nya…karna bukan hanya kapal selam saja yang bisa tengelam bahkan kapal permukaan pesawat itu juga bisa tengelam…bahkan penetian dasar laut juga membutuhkanya…!!!
dek rusky komen melalui sudut pandang pertahanan…dan itu sah karna kita masih kekurangan dalam aset bahkan aset tua juga belum bisa digantikan…bila semua masuk angaran tni kan tambah berat urusanya…!!!
“Perlu dibuat dan ditelaah bobot skor kebutuhan pada setiap pos anggaran alutsista ”
—————————————————
Kalo ditaati acuannya spt itu, artinya Osprey gak bakal masuk hitungan mbah. Krn pasti bobotnya kecil banget.
Kita ambil contoh spot yg lagi panas yaitu Natura Utara.
Perang bisa pecah kapanpun. Disaat itu kita perlu alutsista bawah laut utk menghadang armada laut milik china. Disaat anggaran terbatas dan petensi perang makin kuat, masa sih kita msh berpikir mau beli kapal penyelamat ketimbang menambah jumlah kasel atau kapal permukaan.?
Pertimbangannya begini. Kasel baru utamanya, pastilah sdh dilengkapi emergency ballast tank yg lebih baik jika kita beranggapan bisa saja terjadi insiden pd kasel baru tersebut walaupun kecil kemungkinannya kecuali dihancurkan lawan, namun ini dipastikan awaknya gak akan bisa selamat.. Lalu utk apa kita paksakan membeli kapal penyelamat sementara kita butuh duitnya utk nambahin jumlah kasel kita utk menghadapi musuh, krn konflik sdh didepan mata? Kan konyol pemikiran spt itu.
Klo kita ambil perumpamaan, ente punya pistol dng peluru yg terbatas utk menghadai gerombolan perampok. Ente perlu amunisi tambahan spy bisa menghabisi semua gerombolan tersebut. Apa iya sih ente msh berpikir mau beli obat2 P3k.? Aneh bin ajaib klo berpikirnya spt itu.
Beda konteksnya jika masa damai yg terjadi bisa saja kebalikannya…😁😁
Ya. Salaamm…😄😄😄
saya rasa semua pihak harus ambil tangung jawab tanpa harus saling menyalahkan…duduk bersama lalu rumuskan dan petakan masalah lalu cari solusinya…ketimbang hanya saling menyalahkan atau bahkan mencari dalih atau alasan semata…!!!
karna bukan rahasia umum kalou kita selalu begitu dengan memori jangka pendek semua selesai dan lewat begitu saja…tanpa ada pembenahan dan perbaikan yang mendasar baik sistem maupun manusianya…!!!
terkini dengan AIS
https://pbs.twimg.com/media/EzyWopBVIAsJZDM.jpg
Kayanya peralatan Rescue paling canggih punya Singapore y yg bisa melakukan penyelamatan diatas 800 mtr dibawah laut..
Semua DSRV punya Spore, Aussie, Malay, dan India punya kemampuan buat penyelamatan Ampe 1000 meter.
Om Agato apa benar Malaysia punya DSRV lalu tipe dan buatan negara mana DSRV milik Malaysia?
Rescue ini nih sok teu, sok english, sok paham teknologi kasel.
Ente harus tau, kasel memang dibuat untuk sulit dideteksi. Search google bro, butuh waktu lama untuk nemukan kasel yg karam. Rescue ship baru berfungsi setelah kasel ditemukan. What an idiot.
Semoga lekas ditemukan apapun keadaannya
Mau moderenisasi alutsista?
beli pswt aja kagak kelar2, duitnya keburu dikorup, keburu resafel nanti udah beda pemikiran
Pengadaan memang harus tepat tp juga kalok bs cepat
Yg terpenting sekarang adalah menemukan sisa puing kasel KRI Nanggala dan melakukan penyelidikan soal penyebab tenggelamnya.Indonesia bisa belajar dari Amerika yg menyelidiki soal kasus tenggelamnya kasel USS Thresher yg tergolong kapal baru dan kelihatannya emergency ballast tank USS Thresher juga entah kenapa tidak aktif.
@admin min tolong tampilkan dong insiden2 yang pernah terjadi di kri nanggala 402 setelah retrofit dari kosel. Dapat berita dari kompas nih https://www.kompas.id/baca/di-balik-berita/2021/04/25/pesan-dari-komandan-kri-nanggala-402/
Ayo min sebelom artikel kompas ini ditake down kemenhan
Kalo baca kolom komen ttg berita sejenis di @detik….banyak banget yg nyinyir dg pendapat pak TB Hasanudin
Penulis sekarang dimane ya bro..akhirnya pengadaan kasel second batal…gantinya Harus baru dan lebih canggih
” Ia sempat menyinggung kapal selam buatan PT PAL yang tidak memuaskan serta overhaul Nanggala yang terus tertunda tahun 2020 padahal kapal selam itu harus terus disiapkan”
1. KRI Alugoro tidak memuaskan.
2. overhaul KRI Nanggala sepatutnya pada 2020 tidak disiapkan.
Weleh
“Ia sempat menyinggung kapal selam buatan PT PAL yang tidak memuaskan”
Turut berduka cita atas gugurnya para awak KRI Nanggala 402 , saya berdo’a semoga keluarga yg di tinggalkan bisa bersabar atas ujian yg ada dan para awak kapal yg telah gugur semoga amal kebaikannya diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa . semoga Pemerintah , Kemenhan dan panglima TNI , bisa memperhatikan kesejahteraan keluarga yg mereka tinggalkan , ekonominya dll . tolong bagaiman caranya agar anak2 mereka mendapatkan jaminan beasiswa + ongkos biaya hidup sampai perguruan tinggi . Dan semoga kejadian memilukan tenggelamnya kapal selam ini dimasa depan bisa di cegah dengan peremajaan penuh alutsista Kapal selam dan Kapal rescuenya .
santunan memang seharus diberikan pada keluarga korban…tapi dengan catatan ahli waris dari keturunan garis darah…seperti anak almarhum yang sudah dewasa…bila belum bisa diwakili istri dan keluarga lainya…!!!
hal yang penting adalah negara membantu mengambil tangung jawab almarhum berkenaan dengan keturunanya…seperti contoh beasiswa pendidikan yang menjamin anak anak almarhum terus sekolah…agar sang anak juga bangga sebagai seorang anak patriot bangsa…!!!
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210425130818-32-634466/dpr-duga-kri-nanggala-tenggelam-akibat-gagal-perbaikan-2012
mulai ada berita miring terkait tenggelamnya Nanggala dgn retrofit Nanggala di korea thn 2012,,,,Untuk dibuktiin emng sulit sih…butuh keterbukaan semua pihak. Apalagi kaselnya terbenam di kedalaman +800m..
refit nanggala di korea 2012 tidak gagal.
yang gagal ialah refit tahun 2020 tidak disiapkan untuk nanggala.
bagus juga usulan paijo sales mumet…kalou perlu sebelum latihan siap kan semua untuk antisifasi keadaan termasuk ambulance…😅
yasallamm pramuka aja latihan engak gitu gitu amat joe….🤣
setiap kesatuan punya semboyan dan itu bukan jargon politikus saat kampanye….tapi doktrin mendarah daging pada setiap angota dalam kesatuan itu sendiri…disana juga ada kebanggaan dan martabat baggi setiap angotanya…!!!
apa lagi sekelas hiu kencana yang notabenya sebagai salah satu elit dari kesatuan prajurit yang menjadi tiang pertahanan penting bangsa …mereka dituntut menjadi yang terbaik dengan minimnya pasilitas sista yang ada itu demi satu kata NKRI…!!!
satu lagi sekedar informasi…ada bermacam type latihan dan tingkatan nya…termasuk latihan terbuka dan pasti ada latihan tertutup…😅kalou terbuka semua nanti dibilang engak sopan lagi…..🤣
Lokasi dan kasel sudah berhasil diidentifikasi.sekarang yg dibutuhkan oleh IDN hanyalah tongkang×crane dan dsrv yg dapat mengangkat/menjangkau kasel di dasar laut bukan kaprang dgn kemampuan sonar