Jerman Mantap Pilih Super Hornet untuk Gantikan Panavia Tornado, Ini Alasannya
|Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer telah mengirimkan surat kepada Parlemen untuk persetujuan program pengadaan jet tempur pengganti Panavia Tornado. Merujuk pada artikel sebelumnya di Indomiliter.com, pilihan memang telah dijatuhkan pada duo keluarga Hornet, yaitu F/A-18E/F Super Hornet dan EA-18G Growler. Namun keputusan Kramp-Karrenbauer rupanya mulai mendapat kritikan dari sejumpah politisi dari Partai SPD yang menjadi oposisi pemerintah.
Dikutip dari FlightGlobal.com (22/4/2020), disebutkan pihak oposisi mempertanyakan keputusan pembelian F/A-18E/F Super Hornet dan EA-18G Growler, dimana mereka berharap seharusnya Jerman membeli jet tempur produksi dari dalam Eropa. Rupanya pilihan Menhan Jerman tetap pada jet tempur produksi Boeing, pasalnya jika pilihan pengganti Panavia Tornado mengerucut ke Eurofighter Typhoon, maka AU Jerman menghadapi masalah lain, sebab sampai saat ini belum Typhoon yang punya kemampuan membawa dan melepaskan bom nuklir.
Seperti diketahui, Jerman mempunyai mandat dari NATO untuk menerjunkan pesawat tempur yang mampu menjatuhkan bom gravitasi nuklir B61. Secara historis, sebagai bagian dari perjanjian pembagian nuklir NATO, Jerman telah menyimpan sebagian armada Tornado yang dikonfigurasikan untuk menggunakan bom nuklir buatan AS. Dalam simulasi konflik dengan Rusia, pilot jet tempur Jerman dapat menjatuhkan senjata nuklir atas nama NATO. Dam, hingga kini jet tempur penggotong bom nuklir ada pada varian Panavia Tornado yang usianya telah mulai uzur.
Jerman menjatuhkan pilihan pada Super Hornet lantaran ada komitmen dari Boeing, bahwa manufaktur tersebut akan mendapatkan sertifikasi pembawa bom nuklir untuk Super Hornet. juru bicara Boeing, Justin Gibbons mengatakan bahwa F/A-18 Super Hornet mampu disertifikasi untuk memenuhi persyaratan membawa B61 di bawah timeline-nya. Tapi yang menarik disini adalah, justru varian lawas Hornet, yaitu F/A-18 Hornet justru sudah mendapat sertifikasi membawa bom nuklir tersebut.
Secara keseluruham, jumlah pengadaan yang diajukan Annegret Kramp-Karrenbauer mencakup 30 unit F/A-18E/F Super Hornet dan 15 unit EA-18G Growler, yang disebut terakhir dipersiapkan sebagai pengganti Tornado varian ECR (Electric Combat/Reconnaissance). Meski dalam status rancangan, sebenarnya Eurofighter juga tengah mengembangkan Typhoon dalam varian ECR yang berdesain tandem seat.
Baca juga: AU Australia Rayakan 10 Tahun Pengabdian F/A-18F Super Hornet
Untuk meredam gejolak politik di dalam negeri, Kramp-Karrenbauer berencana untuk membeli 90 unit unit Eurofighter Typhoon, dimana armada tersebut nantinya akan benar-benar menggantikan tugas Panavia Tornado. Sebagai catatan, AU Jerman kini masih mengoperasikan 85 unit Tornado varian IDS (Interdictor/strike) dan 28 unit Tornado varian ECR. (Bayu Pamungkas)
Kalo Jerman beli F-35 tentunya Jerman gak perlu keluar duit buat sertifikasi bawa Bom B-61 karena F-35 udah dirancang dan disertifikasi buat bawa tuh Bom. Kalo untuk mode EADS, F-35 akan lebih mengandalkan kemampuan Stealth dan Situational awareness yg luas buat nembus wilayah musuh daripada ngandelin ECM. So, F-35 udah bisa memenuhi kebutuhan yg diemban 2 jenis pesawat sekaligus, F-18 E Superhornet dan A/E F-18 Growler. Malah Kastaf AU Jerman nyaranin F-35 kayak gitu langsung dipecat, kalo terlalu nasionalistik akhirnya jadi kelimpungan sendiri. Lagian kan F-35 sparepartsnya dibangun bersama.
F 18 udh lalu lalang, malang melintang di medan perang.. biaya maintenance F18 jg lbh murah.. F35 blm bisa seperti itu
Harga produk baru yg lebih canggih jelas lebih mahal termasuk perawatannya daripada produk sebelumnya. Apalagi kalo samain jam terbang.
walaupun spareparts-nya dibuat banyak negara, tetapi itu dikontrak oleh amrik. salah satu alasannya adalah biaya produksi yang terlalu mahal apabila kesemuanya di produksi di amrik. Tetapi tetap saja dari keseluruhan produksi dan perakitan itu yang untung besar amrik.
Karena kalo produksi sendiri itulah yg bakal jadi mahal. Buktinya belum ada pespur generasi kelima lainnya selain F-35 yg masih atau akan diproduksi secara massal. Baik Su-57, J-31 dan J-20 sekalipun negara produsennya masih keteteran untuk buatnya. Yg namanya konsorsium itu pasti ada pemimpinnya, bedanya itu berdasarkan produk bukan berdasarkan manajemen seperti Airbus yg juga konsorsium dari berbagai perusahaan aviasi Eropa.
Demi nasionalisme malah puyeng bingung sendiri
Pilihannya mantap semua. F35, F18 & Typhoon………Gak ada yg jelek
Mereka kayaknya ga ngambil F35. Ada masalah pertukaran data sensitive katanya.
Kalo masalah itu kayaknya sih enggak.
Kalau Jerman ambil F-35, maka mereka akan terjebak dan menjadi tergantung kepada USA untuk pesawat generasi selanjutnya… sepertinya Jerman hanya melakukan hal praktis, menuruti tekanan USA melalui Trump yang meminta Jerman aktif membelanjakan uang kepada USA, dan sekaligus menunggu proyek pespur gen 5 mereka sendiri bersama Prancis…
Yakin itu proyek dg Prancis gak jadi. Udah berapa kali mereka join nyatanya bubar jalan. Kalo tergantung sih enggak, setidaknya jenis pespur yg dipake anggota NATO tidak macem-macem so lebih memudahkan buat datalink.
Gimana ya.? Aku mau tertawa atau prihatin terhadap F-35 yg menurut hoax katanya tercanggoh di jagat ini, ternyata tidak dilirik sama sekali oleh jerman sang mbahnya teknologi.
Sebenarnya jerman mau mengatakan bahwa F-35 itu cuma kalkun terbang abal2 yg dipoles dng promosi dan propaganda agar terlihat canggih dan tangguh. Oleh sebab itu jerman tidak tertarik bahkan sama sekali tidak berminat serta terkesan menyepelekan F-35 yg memang cuma kalkun terbang yg siap dipanggang lawan.
sekali-kali kalau koment itu yang berisi dan enak dibaca, kok isinya caci maki melulu tak bermanfaat
Paling di paksa dr as…
Hohoho alasan simpel. Super Hornet buat ground attack & electronik warfare lebih mature daripada Typhoon & F35