AU Australia Rayakan 10 Tahun Pengabdian F/A-18F Super Hornet
|Ada yang spesial hari ini (26/3/2020) bagi AU Australia (Royal Australian Air Force/RAAF), pasalnya angkatan udara Negeri Kangguru tersebut tepat hari ini merayakan 10 tahun pengoperasian jet tempur F/A-18F Super Hornet. Merujuk dari sejarahnya, unit perdana F/A-18F Super Hornet tiba di Australia pada 26 Maret 2010. Dan sampai saat ini, AU Austalia telah mengoperasikan 24 unit Super Hornet yang ditempatkan di No.1 Squadron di Lanud Amberley.
Baca juga: Operasikan F/A-18F dan EA-18G Growler, Jadi Bukti AU Australia Loyalis Keluarga “Hornet”
Mengutip sumber dari FlightGlobal.com, pihak Boeing mengatakan, “dalam satu dekade terakhir, Boeing telah bermitra dengan RAAF untuk membantu mengembangkan armada Super Hornet Australia menjadi jet tempur multirole paling canggih dan tangguh di dunia saat ini.” Selain 24 unit Super Hornet, RAAF juga mengoperasikan 11 unit jet tempur spesialis peperangan elektronika, EA-18G Growler. Aslinya Australia memiliki 12 unit, namun satu unit Growler mengalami kecelakaan saat mencoba lepas landas di Lanud Nellis, Nevada, pada Januari 2018.
Satu-satunya operator yang mengoperasikan Super Hornet dan Growler adalah AL AS. Untuk saat ini, Boeing mendapatkan order dari Kuwait untuk memproduksi 22 unit F/A-18E Super Hornet (single seater) dan 6 unit F/A-18F Super Hornet (twin seater). Pemerintah Australia menyetujui pengadaan Super Hornet pada Maret 2007, jet tempur tersebut diproyeksi sebagai pengisi celah pasca pensiunnya pembom tempur F-111C Raven pada tahun 2010, sampai beroperasi penuhnya Lockheed Martin F-35A.
Sebagai mitra eksklusif, Boeing memberi perhatian besar pada Super Hornet Australia, salah satunya dengan pembentukan proyek Airpower Teaming System dan dirancang oleh Boeing Defence Australia untuk pendampingan bagi jet tempur F/A-18F Super Hornet dan F-35A Lightning II RAAF. Boeing Chief Technical Officer Greg Hyslop mengatakan bahwa proyek ini merupakan investasi terbesar dalam pengembangan drone di luar Amerika Serikat.
Sebagai sekutu AS di belahan selatan, Australia juga telah mendapat restu untuk mengakuisisi rudal anti kapal jarak jauh AGM-158C Long Range Anti-Ship Missiles (LRASM). Rudal AGM-158C punya sifat standoff air-launched cruise missile ini dapat beroperasi otonom dan punya jarak luncur 560 km. Ditangan AU Australia, nantinya akan menjadi kelengkapan sistem senjata pada jet tempur F/A-18 E/F Super Hornet, dan tidak menutup kemungkinan rudal ini untuk kelak diluncurkan dari pesawat intai maritim Boeing P-8A Poseidon.
Tentang F/A-18F Super Hornet RAAF, Kementerian Pertahanan Australia menandatangani kontrak pembelian 24 unit Super Hornet pada 3 Mei 2007 dengan nilai Aus$2,9 miliar. Total biaya yang dikuncurkan Australia untuk pelatihan dan dukungan selama 10 tahun disebut-sebut mencapai Aus$6 miliar. Super Hornet yang diakusisi Australia masuk dalam paket Block II, di dalamnya sudah mencakup instalasi radar APG-79 AESA (active electronically scanned array), Link 16 connectivity, LAU-127 guided missile launchers, AN/ALE-55 fiber optic towed decoys dan sejumlah perangkat lainnya.
Baca juga: Armada Classic Hornet Australia Bakal Menjadi Pesawat ‘Agresor’ di Amerika Serikat
Namun, belum diketahui Pemerintah Australia akan melakukan upgrade Super Hornet ke standar baru Blok III seperti yang diadopsi oleh AL AS. Pembaruan Blok III mencakup tangki bahan bakar konformal, komputer misi yang lebih cepat, dan sistem komunikasi yang lebih kuat. (Haryo Adjie)
Kita nanti jg akan merayakan penantian SU-35 yg tk jg kunjung datang…
Dn penantian penantian yg lainny yg masih dlm tahap pertmbangan yg tk ada ujung kenyataan…
NO MONEY….NO PARTY….NO MONEY….NO DELIVERY….
Cuzzzzzzzzzz….
Heron.., Pens catsa pendukung embargo AS sangat girang kalo pespurnya tayang, padahal gak dijual ke kita….hhh
Kita merayakan 10 tahun tender SU-35 yang mbulet bin ajaib masih diagungkan oleh fansnya
Ane malah lebih senang Su35 batal yang artinya kesempatan jualan dagangan ane terbuka kembali. Pespur gen 5 dengan kualitas bintang lima tapi harga kaki lima. FC31 Gryphalcon
Menurut bung Ayam Jago. Super Hornet ini katagori pesawat emak2 yg hanya cocok utk buat belanja kepasar. Diera saat ini, kemampuan Super hornet jauh tertinggal dr pesaingnya typhoon dan rafale. Apalagi berhadapan dng SU-35, cuma bisa mewek tuh pilot super hornet. Makanya Aussy buru” beli F-35. Ini kata bung Ayam Jago. Nda tau lg kalo dia berubah pikiran dan pendapat setelah dapat tender baru kemaren dr Kemenham.
Klo kita spek Sukhoi radar Masi pesa mesin pesawat kadang meledak di udara, belum avionik, sensor, dll. Teknologi Sukhoi dan mig jelas 10 tahun dibelakang kompatriot mereka dari barat, orang angkatan udara Russia sendiri mengakui pilot Russia jarang training karena combat readiness yg buruk, apa yg mau diandalkan dengan pesawat yg teknologinya tidak relevant dan pilot yg jarang terbang?
Link tambahan biar gak dibilang fanboy amatiran https://www.defensenews.com/air/2015/07/12/op-tempo-sustainment-flaws-hit-russian-air-force/
Hohoho
Super Hornet block berapa. Block 1, 1A, 2 atau 3
Kalau block 1 performanya lumayan kacrut. Pilot US Navy sampai mengeluh kemampuan air to air turun drastis dibandingkan Tomcat dan Hornet lawas karena TW ratio yang bapuk
Block 2 dengan engine F414 GE400 meningkatkan TW ratio secara drastis tapi tetap belum ideal sebagai air superority
Justru block 3 dengan F414 EPE dengan output 20-25% lebih gede jadi pesawat tempur ideal buat air superiority dgn TW ratio lebih gede daripada Rafale, Typhoon tranche 3, Su27/30, F15 SE & F16 block 50/52
Super Hornet punya kelemahan desain sayapnya belum support supercruise
Block 1 & 2 ane jelas emoh tapi kalau block 3 no problem sebagai pengganti Su35 yang saganya tidak jelas
coba kita lihat berapa lama komen section ini bisa civilized sebelum menjadi flame war…
Osi…….gak usah sombong, kita disini juga sedang merayakan 10 tahun, sukhoi-35 yg tak pernah datang, weeeeeewwkss