Jerman Embargo Senjata ke Kazakhstan, Pengadaan Airbus A400M Terancam

(Airbus.com)

Rencana pengadaan dua unit pesawat angkut berat Airbus A400M Atlas oleh Kazakhstan, boleh jadi akan mendapat kendala. Pasalnya Jerman selaku negara konsorsium pengembang dan produsen A400M, belum lama ini telah memutuskan untuk menghentikan ekspor persenjataan ke Kazakhstan.

Baca juga: Geser Indonesia, Kazakhstan Jadi Negara Kesembilan Pengguna Airbus A400M Atlas

Dikutip dari topcor.ru yang melansir kabar dari radio Belgia berbahasa Perancis RTBF, Pemerintah Jerman telah memutuskan untuk menghentikan ekspor senjata ke Kazakhstan, akibat meletusnya demonstrasi berujung kerusuhan massal yang melanda negara pecahan Uni Soviet tersebut. Tercatat bahwa pada tahun 2021, hanya 25 izin yang dikeluarkan untuk pasokan produk militer untuk kepentingan Kazakhstan dengan nilai US2,2 juta euro. Dan embargo Jerman tampaknya akan membuat kontrak baru-baru ini tidak dapat dilaksanakan, yaitu pembelian dua pesawat angkut militer A400M oleh Kazakhstan.

Sebelumnya, Kazakhstan sudah mengakuisisi pesawat angkut militer produksi Airbus, yaitu peswawat angkut ringan C295M dikirim ke Kazakhstan pada periode 2012 hingga 2017.

Beberapa kalangan berpendapat, Pemerintah Kazakhstan dapat dengan mudah mengganti Airbus A400M dengan Il-76MD-90A yang dimodernisasi Rusia, yang melampaui karakteristik teknis Eropa.

Pembelian A400 oleh Kazakhstan menjadi ekspor perdana A400 sejak tahun 2005, dimana saat itu Malaysia bergabung sebagai operator pesawat angkut berat turboprop empat mesin ini. Dari siaran pers Airbus.com, disebutkan unit perdana A400 pesanan Kazakhstan akan diserahkan pada tahun 2024.

Seperti diketahui, Kazakhstan kini sedang dilanda kerusuhan setelah ribuan orang turun ke jalan. Harga bahan bakar pun meningkat tajam, 164 warga sipil dilaporkan tewas,  ratusan polisi terluka, lebih dari 200 orang ditahan dan pemerintah mengundurkan diri.

Baca juga: Kazakhstan Mulai Produksi Ranpur Beroda Ban Barys 6×6

Kazakhstan adalah negara penghasil minyak di Asia Tengah. Selama tiga dekade kemerdekaan, negara itu dikontrol ketat dengan memupuk citra stabilitas politik sehingga membantu menarik ratusan miliar dolar investasi asing di industri minyak dan logam. (Gilang Perdana)

5 Comments