Insinyur Indonesia Kembali Bertugas di Korea Selatan, Jadi Titik Terang Kelanjutan Program IFX?
Meski belum diketahui bagaimana cara Indonesia melakukan pelunasan ‘angsuran’ dalam program pengembangan jet tempur KFX/IFX, atau yang kini dikenal sebagai KF-21 Boramae, namun ada kabar terbaru dari Seoul, dimana Defense Acquisition Program Administration (DAPA), yaitu badan yang berada di bawah Kementerian Pertahanan Korea Setalan menyebut bahwa Indonesia telah menegaskan komitmennya dalam program jet tempur masa depan ini.
Baca juga: Ada Bendera “Merah Putih” di Prototipe Perdana KF-21 Boramae (KFX)
Dikutip dari Janes.com (12/8/2021), DAPA menyebut pada 11 Agustus lalu, bahwa Indonesia akan kembali mengirimkan para insinyur untuk bergabung dalam program KF-21 Boramae. Persisnya 32 insinyur dari Indonesia akan segera berangkat ke Korea Selatan untuk kembali bertugas di fasilitas Korea Aerospace Industries (KAI). DAPA mengatakan 32 insinyur Indonesia kini bersiap untuk memulai kembali pekerjaan pada program KF-21. “Saat ini mereka sedang mempersiapkan visa dan jumlah mereka akan bertambah menjadi sekitar 100 orang pada akhir tahun,” ujar pihak DAPA.
Lantaran ada prosedur ketat selama masa pandemi Covid-19, para insinyur Indonesia yang tiba di Korea Selatan akan menjalani masa karantina selama 2 minggu saat tiba. Lebih spesifik, keterlibatan insinyur Indonesia akan lebih banyak terlibat pada production and ground- and flight-testing activities.
DAPA mengatakan bahwa Jakarta juga telah meminta agar para insinyur Indonesia kembali “sesegera mungkin” ke Korea Selatan untuk mengerjakan pesawat itu. “Sebagai tanggapan, pemerintah Korea Selatan setuju bahwa kembalinya staf teknis Indonesia diperlukan untuk pemantapan program pembangunan bersama,” kata DAPA.
Seperti diketahui, KAI telah resmi meluncurkan prototipe perdana KF-21 Boramae pada 9 April 2021 di Sacheon. Dalam porsi Indonesia, bila rencana berjalan mulus, TNI AU kelak akan mendapatkan 48 – 50 unit IFX. Lantas berapa biaya per unit jet tempur twin engine ini? Mengutip dari tealgroup.com, harga satu unit KF-21 ditaksir mencapai US$100 juta, namun itu taksiran harga tertinggi, ada sumber lain yang menyebut harga jual per unit jet tempur ini bakal ada di kisaran US$70 juta. Faktor komitmen dan pesanan dari Indonesia, sudah barang tentu akan berpengaruh pada harga per unit jet tempur ini.
Bagi Korea Selatan, KFX adalah program nasional, yang dengan atau tanpa Indonesia pada akhirnya program jet tempur pengganti F-5 E/F Tiger dan F-4 Phantom ini akan dilanjutkan. KFX akan dipesan dalam jumlah ratusan (120 unit) oleh AU Korea Selatan, rencananya KAI akan mematangkan desain dan performa jet tempur twin engine ini hingga pembuatan enam prototipe. Pun setelah mulai diserahkan kepada AU Korea Selatan pada pertengahan 2026, KFX akan dihadirkan dalam beberapa block varian pengembangan.
Baca juga: “Maju Sulit Mundur Pun Rugi,” Dilema Indonesia dalam Program Jet Tempur KFX/IFX
Sesuai kesepatakan bilateral pada tahun 2016, Indonesia kebagian porsi untuk menanggung biaya pengembangan sebesar 20 persen, dengan nilai total US$1,5 miliar dan sampai saat ini baru terbayarkan sekitar US$200 juta. (Gilang Perdana)
Fansboy rosikin dn sodikin kuciwa berat nih
Step by step Indonesia sudah dijalur yang benar dalam rangka mewujudkan 2040 Indonesia menjadi salah satu pemain besar dalam industri militer, g usah dipikirin para pengamat yang cuma bisa nyinyir n kritik, ingat tidak akan pernah singkie, malon n ausi mau melihat Indonesia menjadi negara yang besar dan maju.
eh ralat, harusnya if (i ef) bukan kf (ka ef), duh gara2 gk fokus saking semangatnya ngetik xixixi
Kan namanya kfx/ifx, nah yg versi korea kn udh ada namanya kf21 boramae, yg ifx nanti nama betulannya apa ya kira2. anggap lah yg versi ifx prototipenya keluar tahun 2022 mungkin namanya kf22 … nah yg titik2nya enak diisi apa ya, kf22 rajawali, kf22 garuda, kf22 elang hitam hmmm auk ah kebanyakan ngayal, yg penting jdi aja itu pesawat udh sukur wkwkk
Lanjutkan saja Proyeknya nanti kalau sudah Selesai dan KF 21 BORAMAE sudah diproduksi massal, PT dirgantara Lanjutkan Dengan proyek pembuatan Jet tempur Ringan sekelas Fa 50,Jf 17,Yak 130
Iya, sudah terlanjur basah sekarang. Kalau mau mundur ya seharusnya dari duluuuu banget di awal2 proyek, bukan sekarang ketika prototipe sudah jadi. Lagian kalo mundur sekarang, itu tunggakan iuran tetep harus dibayar toh… kita nggak bisa lari begitu saja. Belum ditambah denda yang katanya bisa mencapai $ 450 juta. Keluar duit iya, barang nggak dapet, ilmu nggak dapet, nama Indonesia tercoreng.
Mantap jiwa ! Hajar bleh ! Segera lanjutkan program pesawat Borameong ini dengan syarat: Kita harus menguasai 80-90% teknologi dan hak ciptanya. Caranya dengan membeli 100% saham KAI dan pabriknya, juga menambah pesanan unit Borameong menjadi 500-1000 unit. Pengerjaan Borameong harus di Indonesia dengan memindahkan seluruh infrastruktur KAI dan insinyur2 Korea berada dalam perintah insinyur2 kita. Sisihkan 5-10 % anggaran dari dana 11.000 T “yg ada di kantong” utk mensukseskan program ini. Laksanakan ! Bravo !