Imbas Pergantian Pemerintahan, Malaysia Baru Terima Gelombang Pertama Howitzer LG-1 MKIII
|Kilas balik ke April 2018, saat itu diwartakan Malaysia telah menandatangani pembelian 18 pucuk Howitzer LG-1 MKIII kaliber 105 mm dari Nexter, Perancis. Dilihat dari spesifikasinya, MKIII, maka jelas LG-1 pesanan Malaysia bakal lebih canggih dari LG-1 MKII yang dimiliki Satuan Armed Korps Marinir TNI AL.
Baca juga: Modernisasi Artileri Lintas Udara, Malaysia Order 18 Pucuk Howitzer LG-1 MKIII
Kontrak pengadaan berlangsung dalam periode tiga tahun, dimana enam unit pertama LG-1 MKIII akan diterima Malaysia pada November 2019 dan penyerahan unit akhir akan tuntas sebelum Februari 2020. Namun rupanya ada keterlambatan akibat pergantian kekuasaan di Negeri Jiran tersebut.
Dikutip dari Janes.com (9/3/2020), disebutkan imbas dari pemilihan umum di Malaysia pada Mei 2018, dimana pergantian pemerintahan mengharuskan seluruh kontrak pengadaan alutsista di Malaysia yang dilakukan pemerintahan sebelumnya harus ditinjau ulang. Inilah yang menjadikan jadwal pengiriman howitzer tarik ini molor lumayan jauh.
Dan, akhirnya baru pada awal Maret 2020 ini, enam unit perdana LG-1 MKIII akhirnya berhasil diterima oleh AD Malaysia. Paket howitzer tersebut diterima dalam kondisi terurai pada Februari 2020, dan kemudian howitzer tersebut dirakit oleh mitra Nexter di Malaysia, Advanced Defence Systems (ADS) yang merakit keenam howitzer di selatan Johor. Padahal bila mengacu ke perjanjian di awal, seharusnya ke-18 pucuk howitzer yang setingkat satu batalyon ini sudah diterima sepenuhnya oleh Malaysia pada Februari 2020.
Kontrak pengadaan LG-1 MKIII Malaysia mencakup munisi jarak jauh ERG3 long-range 105 mm, dengan jarak jangkau 17 km. Dikutip dari siaran pers Nexter, disebutkan LG-1 MKIII pesanan Malaysia akan dilengkapi komputer balistik Bacara. Kompter ini merupakan kalkulator balistik entry-level untuk operator yang menginginkan kemampuan balistik ringan.
Baca juga: RIMPAC 2018: Howitzer LG-1 MKII Korps Marinir Muntahkan Proyektil
Sebagai tambahan dalam proyek ini, juga menyertakan Thales yang akan memasok sistem pengendali tembakan Thales AS4000. Sistem LG-1 Malaysia kabarnya juga bakal dipadukan dengan Sophie thermal imagers dan interface lewat radio digital. LG-1 MK III membutuhkan 5 awak. Pihak pabrikan mengklaim laras L30 yang dimilikinya mampu menembak 12 peluru per menit, dengan daya tahan laras sampai 7.500 kali penembakan. (Bayu Pamugkas)
Ya ,tot rudal C705 sudah ada kemajuan ,tapi ingat china penuh tipu daya…sebanyak apa yang akan mereka kasih apa sebatas motor roket pendorong atau full…itu juga tanda tanya.
Kita ini lemah di nego dan contoh proyek SIGMA tot nya sebatas apa,tot kasel juga sebatas apa?
Kurang lebih sama dng di Indonesia, pergantian pemerintahan menyebabkan perubahan jadwal proyek . Hanya saja jika di Indonesia justru kontrak2 pengadaan/proyek dr pemerintah yg lalu malah dipercepat klo utk urusan yg mega2 proyek.
klo saya pikir msh lambat bunk rusky… soalnya su 35 blm dtg juga.. KFX/IFX blm tau nasib nya.. KRI klewang pun sama..
nasib TOT C 705 pun ga jelas.. walaupun ada proyek yg dilanjutkan seperti PKR, KAPAL SELAM. dll
Kalo TOT rudal C-705 sdh berjalan bung, bahkan sudah ada beritanya dimuat.
Kalo urusan SU-35 sebenarnya permasalahannya bukan dipemerintah yg lambat bung. Hanya menemukan alat tukar bayar oleh bank penjamin yg sulit. Mengingat AS tdk ingin transaksi SU-35 kita menggunakan dollar. Bank penjamin akan di blacklist.
Sedangkan KFX/IFX ini jg agak alot krn kita cuma kebagian menjahit doank, sementara hak pembuatan komponen penting tidak diberi. Kita maunya spt Turkey terhadap F-35, dimana Turkey jg terlibat pembuatan komponen.
Om @Bank Ruskey utk IFX apakah Indonesia dikasih hak utk general assembly di PT.DI selain bikin sayap ?