Hibiki Class – Kapal Canggih Spesialis Pemburu Sinyal Akustik kapal Selam Asing
Meski dikenal sebagai salah satu angkatan bersenjata yang termutakhir di dunia, namun sejumlah kegusaran terus menghantui Jepang. Sebut saja ketika Cina mampu meluncurkan rudal balistik hipersonik, sontak Negeri Sakura ini merespon dengan dibukanya program pengembangan rudal jelajah hipersonik. Tapi kekhawatiran terbesar Jepang rupannya bukan itu, sejak tiga dekade silam, masifnya pembangunan armada kapal selam Cina dan Korea Utara adalah yang menjadi momok bagi Jepang.
Baca juga: Ketar Ketir Akibat Tekanan Cina, Jepang Putuskan Ikut Bangun Rudal Hipersonik
Dalam beberapa literasi, tak sekali dua kali, kapal selam yang diduga milik Cina terdeteksi telah masuk ke Perairan Jepang, begitu juga kapal selam Korea Utara yang nyelonong ke Laut Jepang sudah acap kali. Hal tersebut tentu sudah direspon oleh Kekaisaran Jepang, sebagai bentuknya elemen anti kapal selam Jepang terbilang lengkap, sebut saja ada armada kapal perusak yang sangar sampai pesawat intai maritim yang mampu merilis torpedo. Namun itu belum cukup, yang paling krusial dari operasi anti kapal selam adalah kemampuan deteksi awal keberadaan lawan.
Untuk itu, di penghujung akhir Perang Dingin, Kementerian Pertahahan Jepang lewat Japanese Defense Agency membuka program surveillance ship di tahun 1989. Program ini sejatinya adalah respon Jepang atas diluncurkannya kapal selam Kilo Class oleh Uni Soviet kala itu. Surveillance ship yang dimaksud adalah Hibiki class ocean surveillance ship, dan yang menarik dari sosok Hibiki Class adalah desainnya, yaitu yang mengusung dua lunas. Dalam dunia perkapalan, desain ini kerap juga dikenal dengan sebutan Small-waterplane-area twin hull (SWATH).
Menggunakan desain dua lunas, mengingatkan kita pada rancangan catamaran, namun Hibiki Class tak bisa disebut langsung sebagai kapal catamaran konvensional. Seperti terlihat pada ilustrasi perbedaan antara SWATH dan catamaran, pada SWATH desain lebih meminimalkan area penampang lambung di permukaan laut. Meminimalkan volume kapal di dekat area permukaan laut, di mana energi gelombang berada, maka dapat memaksimalkan stabilitas kapal, bahkan di laut lepas dengan kecepatan tinggi. Pada desain SWATH, lebih banyak area pada dua lambung yang berada di bawah permukaan air.
Dirancang pada tahun 1989, sampai saat ini sudah tiga unit Hibiki Class yang telah dibuat, persisnya dua unit, yaitu Hibiki (AOS 5201) and Harima (AOS 5202) sudah beroperasi penuh. Hibiki (AOS 5201) masuk kedinasan AL Jepang pada 23 Januari 1991, menyusul Harima (AOS 5202) pada 10 Maret 1992. sementara Aki (AOS 5203) baru saja diluncurkan pada 15 Januari 2020 oleh Mitsui Engineering & Shipbuilding di galangan Tamano, dan kini dalam statu sea trial.
Dari spesifikasi, Hibiki Class punya bobot 3.048 ton. Sang pemburu kapal selam ini punya panjang 67 meter dan lebar 30 meter. Kapal ini ditenagai empat mesin diesel electric Mitsubishi S6U-MPTK, dengan empat mesin tersebut, Hibiki Class punya kecepatan maksimum 11 knots dan dapat menjelajah sejauh 7.000 km dengan endurance 90 hari.
Kapal buru kapal selam ini dilengkapi fasilitas deck untuk didarati helikopter ukuran sedang, namun yang menjadi ciri khas kapal seharga 22,6 miliar yen ini adalah kelengkapan Surveillance Towed Array Sensor System (SURTASS), yang secara khusus dipasok oleh Amerika Serikat untuk yang memperoleh dan memberikan informasi ke jaringan pengawasan bawah laut guna melacak pergerakan kapal selam asing. Dengan melepaskan sensor beberapa kilometer di belakang kapal, Hibiki Class akan dapat mengumpulkan suara yang dibuat oleh kapal selam yang berjarak ratusan kilometer.
Baca juga: AL Korea Selatan Tampilkan Desain ASWUUV, Robot Pemburu Kapal Selam dengan Fuel Cell AIP
Suara yang berhasil dikumpulkan, seperti revolusi baling-baling, kemudian akan didigitalkan, ditambahkan ke basis data utama dan digunakan untuk mengidentifikasi model dan kepimilikan kapal selam. Ada yang menyebut, dari 40 awak Hibiki Class, juga terdapat teknisi asal AS yang memantau kerja SURTASS. (Gilang Perdana)
Namanya mengingatkanku pada makanan ekstrim di Pasar Tomohon….