Ketar Ketir Akibat Tekanan Cina, Jepang Putuskan Ikut Bangun Rudal Hipersonik
|Serangkaian uji coba rudal hipersonik Rusia Avangard dan terakhir parade militer Cina yang menampilkan drone hipersonik pada Perayaan Hari Nasional Republik Rakyat Cina, 1 Oktober 2019, rupanya telah membuat Pemerintah Jepang gusar. Ditambah lagi ada kabar bahwa Korea Utara dengan dukungan Cina ikut mengembangkan rudal balistik hipersonik, Cina sendiri sudah aktif menggelar rudal balistik hipersonik, seperti Stonefish yang mampu mengancam kapal induk Amerika Serikat.
Baca juga: Di Parade Militer 1 Oktober, Cina Tampilkan Rudal Hipersonik DF-17
Selain berpikir mengenai penangkal serangan wahana hipersonik, Jepang ternyata ikut mencanangkan produksi rudal yang punya kecepatan di atas Mach 5 ini.
Dikutip dari Janes.com (19/11/2019), pada ajang DSEI Japan 2019, Kementerian Pertahanan Jepang telah mendistribusikan laporan setebal 18 halaman yang menyatakan rencana Jepang untuk mengakuisisi teknologi inti dan ikut berkolaborasi dalam pengembangan rudal hipersonik.
Dalam roadmap, Negeri Matahari Terbit ini akan melalui pengembangan rudal hipersonik dalam dua tahap utama. Yang pertama fokus pada pengembangan komponen dan teknologi yang terkait dengan hulu ledak, badan pesawat serta sistem fire control, sistem pemandu dan sistem propulsi. Kemudian tahap kedua akan melibatkan penggunaan hasil litbang dari tahap pertama untuk menguji dan mengevaluasi senjata dan kemampuannya.
Masih dari dokumen yang dirilis Kemhan Jepang, ada dua jenis senjata hipersonik yang akan dibuat, yaitu Hyper Velocity Gliding Projectile (HVGP) dan Hypersonic Cruising Missile alias rudal jelajah.
HVGP dirancang untuk diluncurkan menggunakan motor roket, dengan proyektil (kendaraan meluncur) yang kemudian memisahkannya di ketinggian dan selanjutnya meluncur dengan kecepatan hipersonik ke target. HVGP nantinya akan dipandu menggunakan sistem navigasi inersia (INS) yang dibantu oleh Sistem Satelit Navigasi Global (GNSS). HVGP akan dikembangkan dalam dua varian (Blok I dan Blok II), dengan Blok II menampilkan kecepatan dan kemampuan manuver yang lebih tinggi.
HVGP diharapkan memiliki jangkauan beberapa ratus kilometer. Senjata pemukul ini memungkinkan digunakan untuk penembakan dari pulau-ke-pulau di Kepulauan Nansei barat daya Jepang (juga dikenal sebagai Ryukyu), yang meliputi pulau-pulau Senkaku/Diaoyu yang disengketakan di Laut Cina Timur. Pulau-pulau tersebut dikendalikan oleh Jepang tetapi juga diklaim oleh Cina dan Taiwan.
Baca juga: Wuzhen 8 (DR-8) – Inilah Drone Intai Supersonik Lansiran Negeri Tirai Bambu
Berdasarkan timeline, Kemhan Jepang memasang target 2030 untuk menampilkan HVGP dan lima tahun kemudian untuk rudal jelajah hipesonik. Dalam laporan disebut bahwa timeline bersifat tentatif. “Kami akan berusaha untuk mendapatkan teknologi lebih awal,” ujar pejabata Kemhan Jepang. Sebelum tahapan ini dijalankan, Jepang terlebih dahulu harus menguasai teknologi di dalamnya, seperti sistem anti jamming yang mutlak disertakan pada alutsista strategis ini. (Gilang Perdana)
Dengan makin berkembangnya sista presisi tinggi penangkal misil “AKA’ CIWS, menyadarkan pihak yg selama ini merasa misil dgn sea skimming masih lebih baik dari yg supersonic, akhirnya mulai beralih ke system anti ship yg supersonic/hypersonic.
well.. stidaknya Filosofi misil Rusia akhirnya di “akui’ juga oleh blok barat.
sudah lama amerika menciptakan rudal supersonic dengan pendorong ramjet, sejak tahun 1945, AGM-28 Hound Dog, bahkan sudah diaplikasikan ke pesawat tempur, puncaknya di SR-71 Blackbird
Kita boleh ketar-ketir ngga sebagai negara zero enemy?
Zero Enemy tidak realistis.
maksudnya berteman tapi tetap waspada, tidak memusuhi, apalagi secara frontal