Hari ini dalam Sejarah, Pembom B-25 Mitchell Menabrak Empire State Building di New York

Serupa tapi tidak sama dengan tragedi 9/11 yang menimpa menara kembar WTC di New York di tahun 2001, maka hari ini 70 tahun lalu yang bertepatan dengan 28 Juli 1945, terjadi tragedi yang menimpa gedung tertinggi di New York saat itu, yakni ketika sebuah pesawat pembom B-25 Mitchell menabrak Gedung Empire State.

Baca juga: B-26B Invader – The Last Indonesian Bomber

Dikutip dari smithsonianmag.com, pada pagi hari tanggal 28 Juli 1945, pembom AU AS yang dipiloti Letnan Kolonel William Smith berusaha mencapai Bandara Newark. Berbeda dengan tragedi 9/11, apa yang menimpa B-25 dan Gedung Empire State bukan hasil dari aksi sabotase dan terorisme, melainkan B-25 menabrak Empire State Building karena cuaca buruk kala itu.

Smith, yang mengemudikan B-25 Bomber, telah ditugaskan dari pangkalan militer di Bedford, Massachusetts, untuk menjemput komandannya di Newark. Pagi itu kabut tebal menyelimuti kota New York. Awak darat sebelumnya telah menasihati Smith bahwa dengan jarak pandang nol, mencoba mendarat adalah ide yang buruk.

Dalam kabut, dia menemukan dirinya keluar jalur dan terbang di atas New York. Smith berhasil berbelok di sekitar Gedung Chrysler, Rockefeller Center, dan apa yang sekarang dikenal sebagai Gedung Helmsley. Pada 09:40, pembom legendaris itu menabrak lantai 78, 79 dan 80 di Empire State Building.

Saat itu hari Sabtu, jadi kebanyakan orang tidak masuk kerja. Namun, 14 orang, termasuk tiga awak pesawat dan delapan karyawan Catholic War Relief Office, tewas dalam dampak insiden itu. Kecelakaan itu juga menyebabkan kebakaran dan merobek lubang 18 kali 20 kaki di dinding utara gedung. Satu mesin bahkan menabrak gedung dan menabrak penthouse di sisi lain.

Empire State Building dengan tinggi 380 meter, pada tahun 1931 menjadi gedung tertinggi di dunia, dan pada tahun 2017, menjadi gedung ke-31 tertinggi di dunia, dimana posisi nomer satu ditempati oleh Burj Khalifa di Dubai yang punya ketinggian 830 meter.

Sekilas tentang B-25 Mitchell, pembom ini juga lekat dalam ingatan sejarah perjuanan TNI AU (d/h AURI). Pasalnya, pembom buatan North American ini sudah banyak melakukan operasi militer di Indonesia, baik saat digunakan Belanda, maupun setelah beralih ke tangan AURI.

B-25J di Museum Satria Mandala (Foto; istimewa)
B-25H di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta. (Foto: phinemo.com)

Dikisahkan, bahwa AURI menerima 20-an unit pembom B-25 dari ML-KNIL (ML-KNIL (Militaire Luchtvaart van het Koninklijk Nederlands-Indisch Leger) untuk membentuk Skadron Pembom 1 yang bermarkas di Cililitan, Jakarta (Halim Perdanakusuma sekarang). Persisnya AURI menerima empat varian B-25 dari Belanda, yakni B-25H, B-25J, B-25 varian angkut dan B-25 varian pemotretan udara.

Baca juga: Seandainya Ada Tu-16N, Maka Jangkauan Pembom Strategis Tu-16 AURI Bisa Mencapai Sydney

B-25H dirancang sebagai pembom, yang dicirikan hidungnya berlapis kaca sebagai tempat juru bom (bombardier). Sedangkan B-25J dirancang lebih untuk meladeni misi serangan ke permukaan, yang dicirikan hidungnya didominasi delapan senapan mesin kaliber 12,7 mm. Tidak itu saja, masih ditambah sepasang senapan mesi berat lagi di sisi kanan-kiri kokpit, ditambah masing-masing satu lagi di bagian kanan-kiri pinggang pesawat. Terakhir di ekor, ada penembak ekor bersenjata sepasang senapan mesin. (Bayu Pamungkas)

2 Comments