Hari ini 61 Tahun Lalu, Meluncur Kapal Induk Nuklir Pertama di Dunia – USS Enterprise (CVN-65)
|Hari ini, 61 tahun lalu yang bertepatan dengan 24 September 1960, menjadi momen bersejarah dalam dunia alutsista matra laut, pasalnya saat itu meluncur kapal induk bertenaga nuklir pertama di dunia, USS Enterprise (CVN-65) yang dibangun Newport News Shipbuilding. Bukan hanya menyandang kapal induk nuklir pertama, USS Enterprise didapuk sebagai kapal perang terpanjang di dunia (342 meter) dengan bobot 93.284 ton.
Baca juga: Kapal Induk USS Gerald R. Ford Jalani Uji Efek Ledakan Setara Gempa 3,9 Skala Richter
Diawaki 4.600 personel, USS Enterprise (CVN-65) hingga kini meraih peringkat ke-11 kapal induk dengan bobot terberat di dunia. Yang unik dari USS Enterprise (CVN-65), kapal induk ini menampung lebih dari dua reaktor nuklir, persisnya desain propulsi mencakup delapan reaktor, dengan masing-masing reaktor A2W menggantikan salah satu boiler konvensional dalam konstruksi sebelumnya. Enterprise juga merupakan satu-satunya kapal induk dengan empat kemudi, dua lebih banyak dari kelas lainnya, dan menampilkan lambung yang lebih mirip kapal penjelajah.
Kunci keunggulan USS Enterprise (CVN-65) salah satunya terletak pada adopsi phased array radar system yang dapat melacak beberapa sasaran di udara dengan kemampuan lebih baik daripada radar dengan antena berputar konvensional. Awalnya USS Enterprise (CVN-65) dibangun untuk menjadi yang pertama di kelasnya, dimana awalnya akan dibangun enam unit. Namun karena biaya konstruksi membengkak, maka kapal lainnya tidak pernah dibangun.
Ditengok dari sisi sejarah, USS Enterprise (CVN-65) termasuk kapal yang digunakan dalam upaya blokade selama Krisis Rudal Kuba tahun 1962 dan menjadi kapal bertenaga nuklir pertama yang terlibat dalam pertempuran ketika meluncurkan pesawat di Perang Vietnam pada tahun 1965, dan memberikan dukungan udara untuk Perang Irak pada tahun 2003- 2004.
Lantaran namanya tersohor, USS Enterprise juga punya ‘karir’ dalam dunia sinema, tercatat kapal induk ini ikut ditampilkan dalam film Top Gun, The Hunt for Red October dan menjadi inspirasi untuk nama kapal luar angkasa Star Trek.
USS Enterprise (CVN-65) dinonaktifkan pada Desember 2012, dan meraih predikat sebagai kapal induk Amerika Serikat dengan masa aktif terpanjang hingga saat ini. Reaktor terakhir diisi bahan bakarnya pada Desember 2016, dan dinonaktifkan pada Februari 2017.
Meski telah purna tugas, namun nama Enterprise ingin terus dihidupkan oleh AL AS, terbukti nama Enterprise kembali digunakan dalam kapal induk berikutnya, USS Enterprise (CVN-80) – Gerald R. Ford-class. Penamaan kembali Enterprise menjadi urutan kesembilan kapal perang AL AS yang dinamai Enterprise dan menjadi kapal induk ketiga AS yang bernama Enterprise.
Baca juga: USS Makassar Strait – Kapal Induk Amerika Serikat dengan Cita Rasa Nusantara
Konstruksi USS Enterprise (CVN-80) dimulai pada 2017 dan dijadwalkan akan diluncurkan pada 2027. Angkatan Laut AS memilih peraih medali emas Olimpiade Katie Ledecky dan Simone Biles didaulat menjadi duta dalam seremoni first steel cutting kapal induk tersebut. (Bayu Pamungkas)
Kembali keawal Bung TN, apa Kaprang dan Kasel Indonesia udah cukup buat ngawal “kapal induk” seperti itu?? Kita jangan liat kayak US Navy dengan Task Forcenya, Aussie, India, Japan atau China. Sekelas Thailand aja keteteran buat bangun task force padahal jumlah kaprang mereka jauh lebih banyak dari Indonesia minus Kasel.
Itu masih lihat jumlah Kaprang dan Kasel untuk membuat armada kapal induk, pertanyaannya selanjutnya apakah armada tersebut sudah siap buat melindungi kapal induk yg dimiliki??? Kenapa? Karena kapal induk atau Kapal Kargo yg diubah jadi kapal induk pasti gampang sekali dideteksi akibat bodinya yg sangat besar dan mudah dikenali dari jauh. Kalo rudal AAWnya masih pake Mica ya jangan harap buat jagain Kapal Induk, bahkan walopun pake Aster15/30 sekalipun masih kurang karena lawan China di LCS punya rudal DF-21D/DF-26 anti carrier balistic missile. Sudah sangat tepat Indonesia dg kapal Fregat Stealth buat angkut F-35 B karena gak akan dicurigai dan diduga kalo Indonesia bisa bawa armada udara dg Fregat Stealth.
Daripada di frigate ditaruh F35B lebih bagus gunakan kapal cargo berukuran panjang 200 meter dan lebar 32 meter yang dimodifikasi palka-palka dan penutup palkanya sehingga bisa menahan semburan panas dari lubang mesin jet F35B.
Muat bisa lebih banyak unit F35B dan penampilan tidak mencurigakan, transponder pun bisa terus dihidupkan.
Harga kapal cargo berukuran 200 meter dan lebar 32 meter pun lebih murah daripada frigate.
Nice Coment Bung TN. Gini, mendeteksi kapal perang apalagi kapal dg kemampuan Stealth dari satelit di area luas seperti Natuna atau LCS itu lumayan susah kecuali tuh kapal menyalakan transponder kapal atau pencarian dg banyak drone dan satelit atau pake foto satelit dg resolusi ultra tinggi dan meng hire puluhan hingga ratusan orang untuk mencari titik yg aneh. Mengirim banyak drone jelas akan mudah dideteksi dan sangat mungkin diserang so, pilihan itu apalagi dalam kondisi perang akan susah dilakukan.
Jikalau takut ketahuan saat bergerak bersama, Fregat pembawa bisa bergerak mandiri dengan jarak tertentu dalam satu formasi, bisa 8-10 atau bahkan 30 Nm dari masing-masing kapal dan F-35 bisa terbang bersama setelah menentukan titik RZ terlebih dahulu baru menyerbu dalam 1 kelompok/flight. Hal yg paling dikhawatirkan adalah jangkauan karena bila F-35 harus membawa rudal jelajah maka jangkauannya akan terpotong menjadi dibawah 1000 km, So, buddy refueling akan jadi pilihan walopun itu akan sangat menantang jika dibandingkan dg refueling secara konvensional dg tanker karena tanker akan mudah dideteksi.
Resiko memang ada, tapi dampak harus ditekan agar kemampuan serang dan efek kejut bisa dilakukan segera. Menyerbu dg hanya mengandalkan rudal jelajah yg diluncurkan dari kapal atau darat walopun memiliki jangkauan yg jauh melebihi 1000 km masih dirasa kurang. Itulah sebabnya China pun membuat J-20 sebagai sniper dg membuatnya bisa membawa rudal jelajah dan rudal AAW jarak jauh untuk menghancurkan aset strategis musuh. Apalagi Bung TN juga harus ingat, tak ada negara yg mau jual rudal dengan jangkauan lebih dari 1000 km kepada Indonesia karena MTCR, bisa saja memproduksi rudalnya sendiri, tapi dg anggaran dibawah USD 50 Billions itu sangat sulit dicapai dan negara diluar MTCR yg mau berbagi teknologi tentang rudal apalagi rudal jelajah itu sangat sedikit Bung. Mungkin hanya Ukraina, Iran, Taiwan atau Korut. Btw, Indonesia pernah ketahuan membeli onderdil buat rudal balistik dari Korut baru-baru ini, sapa tau bisa tuh minta ke Korut diajarin buat rudal jelajah sekalian buat bom nuklir juga. Korut bakal terbuka kok asal ada fulus dan siap-siap kena embargo juga.
Yuhuuuu
Ada yang ngayalnya asal njeplak dan nggak pake itungan.
Pespur dalam melakukan penyerangan pasti dalam formasi minimal 1 flight yang terdiri dari minimal 3 unit pespur. Ini berlaku baik itu 4g maupun 5g. Andaipun dibuat Fregat yang mampu didarati F35B tetap butuh formasi minimal 3 frigate agar 3 F35B bisa melakukan tugas penyerangan. 3 frigate bergerombol walau katanya stealth tetap bisa terlihat dari satelit. Jangankan 3 frigate, 1 unit frigate pun juga terlihat dari satelit.
Solusi untuk memuat beberapa rudal jelajah seperti tomahawk dalam VLS di dalam lambung frigate jauh lebih murah biayanya daripada membangun landasan yang dapat memuat 1 unit F35B pada sebuah frigate.
Oleh sebab itu ide untuk mendaratkan F35B pada sebuah frigate akan segera dibuang karena dianggap sangat tidak efisien dan boros biaya.
@Panzer: gini, inovasi dalam dunia militer bukan hal tabu Dhek. Contohnya para militan. Siapa yg menyangka kalo mobil Toyota bisa dijadikan sebagai kendaraan serbu berat yg kemampuan daya hancurnya seperti lapis baja dan lebih ngerinya itu dipasang meriam anti udara so bisa dipakai buat sasaran darat atau udara. Seperti China dan Rusia yg buat kapal kecil sekelas kapal Patroli KCR 40 bisa dipasangin rudal jelajah Ampe jarak ratusan Ampe ribuan km padahal harusnya gak mungkin karena kapasitas yg dibawa bakalan susah diatur. Nyatanya bisa kan?? So, kenapa tidak F-35 B dipasang di Fregat?? Fungsi F-35 di Fregat akan menjadi kepanjangan jangkauan Serang dg rudal jelajah atau sebagai recon dan kontrol udara.
Menyerang dari kapal Induk atau LHD mungkin akan bisa dideteksi dari gerombolan obyek diatas lautan. Tapi kalo menyerang dg 1 atau 2 F-35 B yg bawa rudal jelajah dari kapal Fregat jelas akan susah dideteksi karena 1-2 Fregat dari jarak jauh akan susah dideteksi apalagi kalo itu adalah Fregat dg kemampuan Stealth. Tinggal nyerang kapal musuh yg bernilai tinggi seperti kapal induk atau kapal komando jelas akan jadi pukulan telak bagi musuh dari sisi nilai strategis.
Om mimin…
Tolong angkat berita penolakan dari pihak Indonesia untuk radar AN/TPS-77 dari Amerika lebih spesifik…
Btw semoga om gatol tidak stroke karena penolakan tersebut… 🤣🤣🤣
@Panzer IV : Gpp om…
Mungkin dia lelah kebanyakan nonton film kartun atau mungin dia kurang piknik… 😅😅😅
Indonesia membatalkan renvana menerima radar buatan Amerika 😱😱😱
MFH sebelumnya telah melaporkan bahwa Pemerintah AS akan menyumbangkan tiga radar pertahanan udara jarak jauh AN/TPS-77 ke Malaysia dan Indonesia sebagai bagian dari Inisiatif Keamanan Maritim (MSI). Tampaknya Malaysia telah berada di jalur yang benar untuk mewujudkan rencana tersebut setelah pelatihan baru-baru ini yang diadakan oleh Washington Air National Guard (ANG) untuk personel Royal Malaysian Air Force (RMAF) yang melibatkan beberapa jenis radar termasuk AN/TPS-77 .
Di sisi lain, tampaknya pihak Indonesia telah membatalkan rencana tersebut meskipun belum ada penjelasan rinci mengenai alasan pembatalan tersebut. Konon, biasanya pembatalan tersebut bukan dari pemerintah AS, tetapi dari negara penerima potensial seperti yang dapat dilihat dari pembatalan baru-baru ini oleh Pemerintah Malaysia pada kapal operasi khusus SOC-V US Navy SEAL dan self-propelled M109 mantan US Army. howitzer.
Meskipun demikian, pembatalan AN/TPS-77 oleh Indonesia tidak akan mempengaruhi negara tersebut karena sedang berusaha untuk mendapatkan radar pertahanan udara yang lebih baru dan modern untuk meningkatkan pengawasan wilayah udaranya.
Hanya Kapal yg memiliki fasilitas hanggar & flight deck luas yg cocok buat operasional F35 bukannya kapal fregat, dunia ini hanya om gatol yg berkhayal F 35 B yg harganya selangit digunakan dikapal Frigat yg hanya memiliki fasilitas heli deck & hanggar yg hanya muat untuk heli.🤣🤣🤣🤣
Semoga Fregat Bergamini class yg dibeli Indonesia bisa diberi nama KRI Irian dan KRI Gadjah Mada.