Hampir Satu Dekade Mengoperasikan Eurofighter Typhoon, Arab Saudi Akhirnya Raih Lisensi untuk Produksi Komponen dan Suku Cadang
|Arab Saudi dikenal sebagai negara kaya minyak di Timur Tengah, lantaran banyak fulus, Negeri Raja Salman tersebut terbilang loyal dalam mengakuisisi beragam jenis persenjataan. Bahkan saking tajirnya, Arab Saudi terkesan kurang memperhatikan industri pertahanan di dalam negeri. Termasuk dalam hal pengadaan jet tempur Eurofighter Typhoon yang sudah dioperasikan sejak 2011.
Baca juga: Gantikan F-18 Hornet, Eurofighter Tawarkan Typhoon ‘Halcon’ ke Spanyol
Arab Saudi diketahui sebagai negara pengguna Typhoon dengan jumlah yang cukup besar. Total AU Arab Saudi mengoperasikan 72 unit Typhoon dalam Trench 2 dan Trench 3A. Dan setelah hampir satu dekade menggunakan armada Typhoon, belum lama dikabarkan Arab Saudi mendapatkan lisensi dari BAE Systems untuk memproduksi suku cadang dan komponen di dalam negeri.
Dikutip dari Janes.com (9/11/2020), disebutkan perusahaan yang mendapatkan lisensi dari BAE Systems adalah Wahaj, perusahaan yang didirikan pada tahun 2014 tersebut merupakan hasil joint venture antara SIPCHEM Arab Saudi dan Hanwha Chemical Corporation dari Korea Selatan. Perusahaan ini melakukan berbagai pekerjaan manufaktur dan teknik untuk industri kedirgantaraan, pertahanan, minyak dan gas.
Juru bicara BAE Systems mengonfirmasi bahwa proses yang tercakup dalam lisensi mencakup pengerjaan dan pengujian logam dan non-logam konvensional. Kemudian jenis yang diproduksi adalah komponen habis pakai yang tercakup dalam lisensi, seperti braket, baut, dan ring hingga detail struktural yang lebih kompleks dari perakitan.
Wahaj juga mengajukan penawaran kepada BAE Systems untuk memasok suku sadang dan perangkat bagi operator Typhoon di luar Arab Saudi. Namun, menurut juru bicara BAE Systems, ini akan dibicarakan dan tunduk pada persyaratan, perjanjian komersial, dan pengaturan rantai pasokan.
Merujuk ke sejarah kepemilikan Typhoon, pada Agustus 2006, Arab Saudi mengonfirmasi pembelian membeli 72 unit Typhoon untuk Royal Saudi Air Force (RSAF). Kemudian pada 17 September 2007, Arab Saudi telah menandatangani kontrak senilai 4,43 miliar poundsterling untuk 72 pesawat. 24 Unit pesawat dibangun dalam Tranche 2, yang sebelumnya ditujukan untuk AU Inggris.
Kemudian 48 unit Typhoon sisanya akan dirakit di Arab Saudi dan dikirim mulai tahun 2011, namun setelah negosiasi ulang kontrak pada tahun 2011, disepakati bahwa semua 72 pesawat akan dirakit oleh BAE Systems di Inggris, dengan 24 pesawat terakhir dibuat dengan kemampuan Tranche 3. (Gilang Perdana)