Halcon HAS-250 – Rudal Anti Kapal dari Uni Emirat Arab
|Dikenal sebagai negara di Timur Tengah yang tajir melintir, Uni Emirat Arab (UEA) terbilang haus untuk urusan akusisi persenjataan, dan sudah bukan rahasia lagi bila banyak alutsista kelas wahid manca negara yang diborong negeri kaya minyak ini. Namun, itu bukan berarti UEA lantas berpangku tangan sebagai negara pembeli saja. Di segmen rudal, UEA belum lama berselang telah memperkenalkan desain HAS-250.
Dalan ajang IDEX 2021 yang dihelat di Abu Dhabi, Halcon memperkenalkan full mockup dari HAS-250, yaitu rudal jelajah anti kapal/permukaan dengan kemapuan sea skimming. Dalam siaran pers, Halcon menyebut HAS-250 dapat melesat dengan kecepatan high subsonic Mach 0.8 dan dapat menghantam sasaran di jarak 250 km. Pada fase terminal, rudal yang mirip Exocet ini dapat terbang pada ketinggian di bawah 5 meter dari atas permukaan laut.
Dalam rancangan awalnya, HAS-250 digadang sebagai rudal anti kapal yang akan diluncurkan dari platform darat (rudal pertahanan pantai). Rudal ini menggunakan pemandu Global Navigation Satellite dan Inertial Navigation Systems (GNSS + INS), seentara untuk akurasi pada fase terminal, sistem pemandu akan mengandalkan active/passive terminal seeker dan radio altimeter.
“HAS-250 adalah kemajuan yang signifikan dalam upaya kami untuk melengkapi angkatan laut dengan sistem rudal jelajah berkinerja tertinggi. Senjata ini akan membantu dalam pertahanan aktif pada pesisir UEA” kata CEO Halcon Saeed Al-Mansoori seperti dikutip. Sejauh ini belum diketahui, kapan prototipe rudal ini akan diujicobakan. (Gilang Perdana)
mirip2 exocet..
melihat makin banyaknya negara2 yang sudah bisa buat rudal anti kapal menunjukkan bahwa potensi Indonesia untuk membuatnya secara mandiri juga semakin besar. Lantas apa yang sudah dilakukan oleh Indonesia ? Menurut informasi Indonesia sedang membeli rudal anti kapal neptune dari Ukraina. Semoga ada proses TOT sehingga Indonesia bisa produksi juga secara lisensi atau joint production kedepannya. Dan semoga kemampuan Indonesia untuk menjiplak C705 semakin besar sehingga bisa dikembangkan menjadi membuat serupa C802. Atau bisa menjiplak exocet blok 3. Semoga dana pengembangannya ditambah
Alman_helvas cukup memberi gambaran yang jelas mengenai beberapa tantangan dalam menyerap TOT kapal perang dengan kompleksitas tinggi, seperti proyek PKR…..jadi bukan tentang isyu “pelit TOT” sepeti yg dikatakan oleh banyak pihak, melainkan kendalanya ada dipihak kita sendiri ππ€
πππ Alman Helvas
@AHelvas
Any complex shipbuilding program will always involves 3 critical issues i.e: π¦financing, program management and materialπ¦. Indonesian Iver Huitfeldt program will also face these issues. Which company will responsible for program management and material? Indonesian firm or Babcock? πππ
Biar lambat yang penting buatan negara sendiri ( mandiri ).π
Insinyurnya Afrika selatan semua tuhπ€£ππ
Ini misil cma “rebranded” Exocet.. gk ada sesuatu yg wah atau baru
Di Idex 2021 di Abu dhabi kenapa Pindad kerjasama di amunisi kaliber kecil dan senjata serbu Caracal bukannya dah bisa buat sendiri..kirain kerjasama buat Rudal seperti Rudal HAS 250 ini..
Ada dari Ukraina, ada dari turki ada dari Uea asal jgn dari China ntar delay 5 menit lagi.
Terlalu lambat. Skrng jamannya hypersonic. Rudsl yg baru kedip mata udsh nyampe kesasaran.
Nie negara duitnya ngk ada seri