Hadapi Rudal Balistik Korea Utara, Dua Destroyer AL Jepang Sukses Uji Peluncuran Rudal Hipersonik SM-3 Block IIA
|Uji peluncuran rudal balistik dengan bumbu provokasi yang dilakukan Korea Utara ke wilayah Jepang dan Korea Utara, tak pelak telah meningkatkan alarm kesiapan tempur di kedua negara sekutu Amerika Serikat tersebut. Sebagai antisipasi pada serangan rudal balistik, dua kapal perusak (destroyer) Maya Class Angkatan Laut Jepang, berhasil menguji coba rudal hanud pencegat SM-3 terhadap target rudal balistik di lepas pantai Hawaii pekan lalu, namun baru diwartakan Angkatan Bela Diri Maritim Jepang (JMSDF) pada hari Senin kemarin.
Dikutip dari news.usni.org (21/11/2022), uji coba rudal SM-3 berlangsung di Pacific Missile Range di Pulau Kauai, Hawaii, untuk memvalidasi kemampuan pertahanan rudal balistik dari kapal perusak terbaru Jepang JS Maya (DDG-179) dan JS Haguro (DDG-180), yang tentunya bekerja sama dengan Angkatan Laut AS dan US Missile Defense Agency.
Pada hari Rabu (16/11), JS Maya menembakkan rudal SM-3 Block IIA, dan berhasil mencegat target di luar atmosfer dalam peluncuran pertama rudal dari kapal perang Jepang. SM-3 Block IIA memiliki dua fitur baru yang berbeda, yakni motor roket yang lebih besar yang akan memungkinkan rudal untuk mempertahankan area yang lebih luas dari ancaman rudal balistik dan hulu ledak kinetik yang lebih besar.

Pada hari Jumat (18/11), JS Haguro menembakkan rudal SM-3 Block IB dengan sukses menghantam target di luar atmosfer. Ini adalah pertama kalinya kedua kapal perang melakukan penembakan SM-3 dalam periode waktu yang sama. Dalam tes hari Minggu (20/11), kedua kapal bekerja sama untuk berbagi data pelacakan dalam simulasi penembakan rudal balistik.
“Keberhasilan uji coba bersama ini menandai tonggak penting dalam mendemonstrasikan, untuk pertama kalinya, tembakan langsung SM-3 Block IIA dari kapal Jepang,” kata Wakil Direktur MDA Laksamana Jon Hill dalam sebuah pernyataan hari Senin kemarin.
JS Maya dan JS Haguro adalah kapal perusak terbaru Jepang, masing-masing ditugaskan pada tahun 2020 dan 2021, dan, bersama dengan dua kapal perusak Atago Classs dan empat Kongo Class, kapal perusak ini dilengkapi dengan Sistem Tempur Aegis. Jepang berencana untuk membangun dua kapal perusak Aegis dengan kemampuan BMD (Ballistic Missile Defense).
RIM-161 Standard Missile 3 (SM-3) adalah sistem rudal yang diliuncurkan dari kapal perang permukaan untuk mencegat rudal balistik, dimana rudal ini menjadi bagian dari sistem pertahanan rudal balistik Aegis.
Meskipun pada awalnya dirancang sebagai rudal anti balistik, SM-3 juga telah digunakan dalam kapasitas anti-satelit terhadap satelit yang mengorbit rendah. Sistem hanud SM-3 sejauh ini telah digunakan oleh Angkatan Laut AS dan Angkatan Laut Jepang.
Pada Agustus 2019, Jepang dikabarkan membeli rudal anti-balistik dari AS senilai US$3,3 miliar. Pentagon menyatakan, Tokyo membeli 73 unit rudal SM-3 Block IIA yang didesain ditembakkan dari sistem Aegis untuk mencegat setiap rudal balistik. Penjualan itu terjadi setelah Korea Utara (Korut) mengembangkan kemampuan militer mereka secara masif.
Rudal SM-3 Block IIA diproduksi Raytheon dan Aerojet (Mitsubishi Heavy Industries). Rudal ini punya jarak tembak sejauh 1.200 km dan terbang sampai ketinggian 900 – 1.500 km (tergantung jenis target). Bicara soal kecepatan, SM-3 Block IIA dapat melesat di level hipersonik, yakni Mach 13.2 (Gilang Perdana)
@TN
meskipun begitu, ngga mungkin ICBM, hanya “merusak” hal itu saja, pasti banyak hal yang kena, 20kt saja lumpuh 1 kota, apalagi 300kt yang notabene standar daya ledak untuk 1 MIRV saat ini kebanyakan berada di angka itu, pasti dengan daya ledak segitu collateral damagenya juga akan berpotensi merusak SDA yang ada di sekitar situ, dan untuk blackflight, memang ente benar soal butuhnya interceptor, tapi, guna hanud jarak jauh juga sebagai deterrent, agar pesawat pelaku blackflight tidak berani macam-macam di wilayah NKRI
@periskop,
Yang diarah oleh ICBM biasanya bukan lokasi sda, tetapi lokasi infrastruktur seperti pelabuhan, bandara, pembangkit listrik, gudang makanan, gudang dan pabrik senjata dan mesiu, gudang bbm, kantor pemerintahan dan pangkalan militer. Selain itu untuk memberi tekanan bisa jadi akan diarahkan ke daerah padat penduduk. Oleh sebab itu perlu rudal arhanud jarak sedang dan jauh.
Untuk blackflight dan pesawat mata-mata nggak butuh arhanud tapi butuh pesawat tempur buru sergap / interceptor untuk menyergap dan mengusir pesawat blackflight maupun pesawat mata-mata.
@zorro
SM3 block I saja sudah mach 10,5
THAAD Mach 8,25
Sudah lumayan banyak rudal hanud diatas Mach 6 seperti S400, S500, Skybow 3, Arrow, Arrow 3, David Sling, HQ-19
indonesia belum butuh hanud semacam ini, sda indonesia terlalu bernilai bagi negara luar untuk kena icbm. yang perlu difokuskan sekarang adalah hanud jarak jauh yang mumpuni, terutama untuk mengatasi black flight dan pesawat mata-mata atau semacamnya
Klo mach 13.2 kayanya gak mungkin, pamannya aja masih nangis2 uji coba mulu.. SM3 Kemungkinan mach 6 baru ane percaya dah
Hohoho
SM3 block IIA
Malah lebih duluan Nipon dibandingkan Amriki yang mengujicoba.
Mantap bener nih Ratheyon bikin Taiwo, Isro & Nipon jadi mitra laboratorium berjalan buat missile R&D