Hadapi Potensi Serangan Rudal Anti Kapal Supersonik, AL Inggris Uji Teknologi Kecerdasan Buatan di Kapal Perang
|Hadirnya rudal anti kapal dengan kecepatan supersonik/hipersonik, membuat sistem hanud (pertahanan udara) pada kapal perang harus mendapat ‘penataan’ ulang. Kecepatan radar dalam melakukan deteksi, harus diimbangi dengan seberapa cepat operator dapat mengambil keputusan di saat-saat kritis.
Bagi kapal perang sekelas frigat dan destroyer, keputusan untuk memprioritaskan penggunaan senjata, seperti yang mana lebih dulu digunakan menjadi krusial mengingat waktu respon yang sangat singat. Berangkat dari kondisi di atas, Angkatan Laut Kerajaan Inggris (Royal Navy) membuat terobosan besar, yaitu dengan mengadopsi teknologi kecerdasan buatan – artificial intelligence (AI).
Dikutip dari navalnews.com (30/5/2021), pihak AL Inggris menyebut uji coba AI pada sistem hanud kapal perang sudah dilakukan sebelumnya, namun baru kali ini, uji coba AI pada sistem hanud kapal perang dilakukan untuk menghadapi serangan rudal anti kapal yang sesungguhnya. Teknologi AI tengah duji AL Inggris dalam latihan tempur tahunan “Formidable Shield 2021” di lepas pantai Skotlandia dan Norwegia.
Melibatkan lebih dari 3.000 personel, Formidable Shield 2021 menguji kemampuan kapal perang NATO untuk mendeteksi, melacak, dan mengalahkan rudal yang melesat dengan teknik sea skimming dengan kecepatan Mach 2. Dalam latihan ini juga dipersiapkan untuk menghadapi serangan rudal balistik yang melesat dengan kecepatan hipersonik.
Ada tiga kapal perang yang dilibatkan AL Inggris dalam latihan uji coba ini, yaitu destroyer HMS Dragon dan dua fregat, Lancaster dan Argyll. Dari ketiganya, sistem kecerdasan buatan dipasang pada HMS Lancaster dan Dragon.
Teknologi AI ini merupakan hasil pengembangan dari para ahli di laboratorium pertahanan Pemerintah Dstl dan mitra industri pertahanan Roke, CGI dan BAE Systems. Selama latihan tiga minggu, ada dua fitur dari kecerdasan buatan yang dijajal, yaitu Startle dan Sycoiea systems.
Startle dirancang untuk membantu meringankan beban para operator yang memantau kondisi ruang udara di ruang operasi dengan memberikan rekomendasi dan peringatan realtime. Sementara, Sycoiea dibangun berdasarkan automated Platform and Force Threat Evaluation Weapon assignment, yang secara efektif memungkinkan tim ruang operasi tempur untuk mengidentifikasi rudal yang masuk dan memberi saran tentang senjata terbaik untuk menghadapinya lebih cepat daripada operator yang paling berpengalaman sekalipun.
HMS Argyll merupakan kapal pertama di Angkatan Laut Inggris yang dilengkapi dengan rudal hanud Sea Ceptor dan telah dilakukan pengujian perangkat lunak yang ditingkatkan. Dengan pemandu two way data link dan active RF (radio frequency) seeker, Sea Ceptor dapat melesat hingga kecepatan Mach 3 atau 1.020 meter per detik. Momen penghancuran pada sasaran mengandalkan dua opsi, yaitu bisa lewat contact atau proximity, alias tidak membutuhkan tumbukan pada sasaran
Rudal hanud Sea Ceptor dalam operasinya mengandalkan sistem radar buatan BAE Systems, Type 997 Artisan (Advanced Radar Target Indication Situational Awareness and Navigation), yakni jenis radar jarak intai 3D dengan kemampuan deteksi jarak menengah (200 meter – 200 km).
Alasdair Gilchrist, manajer program untuk Dstl mengatakan sangat penting bagi Inggris untuk terus berinvestasi dalam sistem tempur yang dipasang pada kapal perang dan memastikan mereka memenuhi tantangan saat ini dan masa depan. (Bayu Pamungkas)
Sudah diaplikasikan duluan oleh Iron Dome dan MEADS
Dlm konflik banyak prajurit mengalami PTSD & Bunuh diri paska perang belum lagi prajurit yg menjadi tawanan perang yg diperlakukan tidak manusiawi menggunakan AI untuk kebutuhan militer seperti lethal autonomous weapon adalah hal yang tepat, nasib baik negara seperti Amerika, Cina,Rusia ,dll saat ini berlomba membuat AI untuk kebutuhan militer.
Mantap jiwa hajar bleh…Segera instalasikan AI made in Britain ini ke seluruh alutsista di Indonesia, misalnya: Tank Boat, Harimau, Super Tucano atau Maung. Laksanakan ! Bravo !
repot kalau terjadi error,
Usaha manusia untuk mendapatkan kecerdasan buatan seperti SKYNET semakin terbuka lebar & lebih baik lagi jika AI bisa dibuat bukan hanya untuk pertahanan tetapi juga untuk menyerang lawan jadi manusia tidak perlu repot-repot mengendalikan drone, sistem pertahanan udara ataupun rudal balistik dgn hulu ledak nuklir cukup AI yg bekerja.
Udah di uji Ama Israel kemaren di Gaza. Israel emang semakin di depan. Bravo Israel.
Itu berita bagus semoga semakin banyak negara yg berlomba mengembangkan & menggunakan kecerdasan buatan untuk membunuh manusia.
bravo apaan di hujani roket Hamas aja, mewek tuh penjajah.
Secara teori pertahankan udara saat ini masih sangat cukup untuk menahan serangan rudal hipersonik atau Anti Ship Ballistic Missile. Cara yg dianggap paling tepat adalah dengan proximity fuze atau peledakan dilakukan tanpa menyentuh target. Target dengan kecepatan yg sangat tinggi termasuk Hipersonik akan sangat mudah dihalau ketika ada halangan yang mampu untuk mengubah jalur penerbangan, dengan akurasi rudal Hanud yang masih dalam hitungan beberapa meter (dibawah 3-5 meter) maka ledakan dengan HE Warhead akan memberikan gaya dorong dari samping atau depan yg disebabkan oleh daya ledak tinggi, menyebabkan perubahan arah dengan sangat kuat sehingga akan membuat lintasan target berubah dg signifikan. Tantangannya adalah waktu reaksi untuk mengambil keputusan saat target mendekat dengan kecepatan yg sangat tinggi, itulah kenapa peran AI akan sangat membantu dalam mengolah informasi hingga pengambilan keputusan disamping perluasan daya jelajah deteksi dini yg dimiliki oleh kapal dengan pelibatan UAV Deteksi dan peringatan udara.
Iron dome dengan proximity fuze? Atau rudal AA dgn hulu ledak taktis nuklir utk menciptakan efek gelombang kejut?
Mbah gatol berteori spt itu krn blom menyimak penjelasan di lapak sebelah. Teori itu hanya bisa utk menghadang rudal balistik pada fase pertama yaitu saat fase penerbangan menuju luar atmosfir, dan fase kedua saat pelepasan reentri vehicle. Tp saat fase terminal itu sdh merupakan hil yg mustahal.
Demikian pula terhadap rudal jelajah hipersonik, apalagi rudal hipersonik yg diluncurkan dari pesawat tempur….hadeewww…..🤣🤣
Pada latihan itu sdh diprogram saat peluncurannya sehingga mendeteksinyapun tidak sulit. Berbeda pada kondisi sesungguhnya yg tidak diketahui kapan dan dmn peluncurannya. Makdieodok jg nih si mbah…..🤣🤣🤣
Ya. Salaamm…🤣🤣🤣
Semua glide hipersonik dan rudal hipersonik hanya dipersiapkan untuk bisa bermanuver menghindari area yg dijaga. So, bagaimana cara glide dan rudal hipersonik tsb mendeteksi dan mengelak dari rudal pencegat yg datang?? Ingat, pergerakan yg sangat cepat akan memberikan waktu yg pendek dalam mengontrol arah lintasan, belum termasuk sistem guidance yg dibawa takkan sekompleks rudal biasa. Jadi selain glide atau rudal hipersonik takkan bisa mendeteksi datangnya rudal pencegat, mereka juga gak akan bisa mengelak kalo rudal pencegat tiba dg sangat cepat akibat pergerakan super cepat dari glide dan rudal hipersonik tsb.
Ibarat kata ente mungkin bisa menghindari pospol kalo lagi gak bawa surat-surat berkendara tapi ente bakal susah menghindari razia polisi yg lagi jaga di pengkolan.
Kalo bicara satu garis lurus antara rudal datang dan sang pencegat mungkin teori mbah gatol. Bisa jalan.
Sementara serangan rudal tdk bisa diprediksi arah datangnya. Apakah rudal hipersonik ini diluncurkan melalu pesawat pembom, atau kapal selama atau kapal permukaan. Yg pasti blom tentu segaris lurus. Dan itu sangat sulit bila ridal datang kecepatannya hipersonik sementara rudal pencegat hanya kecepatan mach 4 atau 5. Disitu ceritanya akan berbeda mbah sesuai bahasan di lapak sebelah.
Yang ditakutkan dari rudal yakhont/brahmos yg supersonic adalah walaupun berhasil di intersept, tapi dg kecepatan yg dimilikinya…debris hasil tumbukan dg rudal pencegat masih berpotensi menimbulkan kerusakan besar bagi kapal yg disasar ☝️
Apalagi kalo rudal hipersonik yg kecepatannya 2~4 kali lipatnya …dan datangnya berombongan pulak 😬😬😬
“So, bagaimana cara glide dan rudal hipersonik tsb mendeteksi dan mengelak dari rudal pencegat yg datang?? ”
Sampai saat itu belum ada rudal anti kapal yg bisa tau kalo dia dicegat atau mengelak dari sergapan rudal lawan….yang ada adalah rudal anti kapal yg sudah diprogram pola terbangnya melakukan gerakan mengelak(zig-zag) ketika sudah memasuki perimeter pertahanan lawan ☝️
Ini dilakukan…..supaya susah dibidik 🔭
Pola zig-zag itu biasanya dibuat beberapa kilometer dari target dan untuk rudal hipersonik mungkin bisa berpuluh puluh kilometer, makanya pencegatan akan dilakukan jauh sebelum rudal hipersonik mendekat, bisa aja ratusan kilometer jaraknya sebelum mengenai target. Banyak kok kapal destroyer atau real Fregat yg udah dilengkapi radar dg jangkauan jarak jauh seperti Thales Smart L atau AN/SPY-6.
Naaaah kan gak menjawab pertanyaan awal, tapi malah melebar ke hal yg tidak dibahas 😣😣😣
#gqkusahburu-burulay…proposal1760Tbelumtentudiacc
Ini klaim anda 👇:
“So, bagaimana cara glide dan rudal hipersonik tsb mendeteksi dan mengelak dari rudal pencegat yg datang?? ”
@Ngotot: Ente udah jawab sendiri.
@Rukimin. Peluncuran dari titik manapun dari domain apapun mereka akan tetap meluncur satu arah. Proses penghindaran apakah mau zig zag, mau ngepot, mau geyal-geyol kek. Semua itu dilakukan hanya saat akan mendekati target. Oke, semua gerakan itu dilakukan dg gerakan yg sangat cepat diatas Mach 5. Tentu saja akan cukup mudah bila itu dicegat saat terbang satu arah tanpa geyal-geyol atau zig zag tadi. Lalu bagaimana bila sudah terbang dengan gerak menghindar?? Pada titik ini, Butuh pengolahan dan pemrosesan data dg sangat cepat serta akurat untuk bisa memprediksi arah dan pola gerakan tersebut. AI akan menjadi jawaban berikutnya, namun pengerahan senjata secara kompleks akan tetap dilakukan. Entah dengan peluncuran rudal secara menyebar ke berbagai arah pada kemungkinan rudal itu bergerak atau dilakukan prediksi secara presisi pada posisi dimana dan kapan peluncuran rudal pencegat dilakukan untuk menghancurkan lawan.
Zig zag disini bukan spt zig zagnya tukang jambret yg mau ditembak polisi terpaksa lari zig zag agar polisi kesulitan membidik target.😄😄
Pencegatan akan dilakukan jauh sebelum rudal hipersonik mendekat, bisa aja ratusan kilometer jaraknya. Pertanyaannya menggunakan bimbingan apa mbah kok tiba2 diluncurkan tanpa ada pendeteksian serangan rudal lawan ? Sementara rudal hipersoniknya yg menjadi target aja gak masuk zona pertahanan rudal lawan.? Tambah lama kok tambah lucu menggemaskan kamu mbah…😄😄
Ya. Salaamm…🤣🤣🤣
Melewati batas kecepatan tertentu harusnya tidak butuh input manusia untuk intersepsi. Teknologi bagus nih jika didesain dengan benar. Yang paling penting realibilitas sensor kapal atau armada dalam mendeteksi kecepatan kontak.
Yang penting kasus Iran Air Flight 655 jangan sampai terulang.