Genjot Proposal Jet Tempur F-21 ke India, Lockheed Martin Manfaatkan Ekosistem Joint Venture yang Telah Berjalan

Lockheed Martin rupanya akan memanfaatkan ekosistem manufakturnya yang telah berjalan di India guna memperkuat proposal penawarannya untuk memasok jet tempur F-21, yakni sebagai bagian dari proyek akuisisi Multi-Role Fighter Aircraft (MRFA) untuk Angkatan Udara India.

Baca juga: Meski Bukan Pengguna F-16, India Meraih Hak Produksi Komponen Penting F-16

Proyek MRFA telah dianggarkan senilai US$18 miliar dan diumumkan oleh New Delhi pada April 2018, menyusul permintaan informasi (RFI) dari Kementerian Pertahanan India. Proyek MRFA adalah penerus dari proyek Medium Multi-Role Combat Aircraft (MMRCA) yang sudah tidak berjalan, yang diumumkan pada tahun 2001. Proyek MRFA adalah strategi jangka menengah India untuk memperoleh 114 pesawat tempur (atau setara enam skuadron).

Buntut dari iming-iming proyek MRFA bernilai US$18 miliar, telah menarik sejumlah manufaktur dirgantara untuk menawarkan jet tempurnya, setidaknya ada tujuh manufaktur yang ikut dalam proyek MRFA, selain Lockheed Martin, Boeing (menawarkan F/A-18E/F dan F-15EX), Dassault Aviation (Rafale), Eurofighter Jagdflugzeug (Typhoon), Mikoyan-Gurevich (MiG-35), Saab (JAS-39 Gripen E/ F), dan Sukhoi (Su-35).

Dikutip dari Janes.com (15/11/2022), petinggi Lockheed Martin mengatakan bahwa pengembangan ekosistem kedirgantaraan perusahaan di India telah memperkuat posisi F-21 untuk penawaran dalam proyek MRFA.

“Kami telah mendirikan dua perusahaan patungan (joint venture) di India, yakni Tata Lockheed Martin Aerostructures Limited (TLMAL) danTata Sikorsky Aerospace Limited (TSAL), yang sudah berdiri sekitar 12 tahun lalu. Investasi ini telah menjadi katalis untuk ekosistem kedirgantaraan dan pertahanan di bawah kampanye ‘Make in India’,” kata William Blair, Vice President and Chief Executive Lockheed Martin India. Ia menambahkan, “program industri yang telah berjalan menciptakan katalis besar bagi kami untuk memenuhi persyaratan MRFA, serta membuka peluang lebih jauh dalam hal ekspor produk pertahanan.”

Sebagai catatan, beberapa manufaktur kompetitor juga telah memiliki portfolio joint venture di India, seperti Dassault Aviation, terkait dengan pengadaan jet tempur Rafale yang telah berjalan, perusahaan tersebut adalah Dassault Reliance Aerospace Limited (DRAL), hasil kolaborasi Dassault dengan Reliance Infrastructure Limited (RInfra). Kemudian terkait dengan pengadaan helikopter serang AH-64 Apache, Boeing bersama Tata juga mendirikan Tata Boeing Aerospace Limited (TBAL) pada tahun 2016.

Apa yang didapatkan India boleh jadi membuat iri industri pertahanan di Indonesia, betapa tidak, India sampai saat ini belum menjadi pengguna F-16 Fighting Falcon. Namun, negeri Anak Benua itu telah mendapatkan hak untuk memproduksi bagian penting jet tempur F-16, yaitu komponen sayap. Setelah hak produksi diberikan oleh pihak prinsipal, Lockheed Martin.

Dikutip dari Times of India (8/12/2021), ternyata hak produksi itu diberikan lantaran ada perusahaan India yang berani berinvestasi. Persisnya antara Lockheed Martin dan Tata Advanced Systems Limited telah bersepakat untuk mendirikan perusahaan joint venture yang berlabel Tata Lockheed Martin Aerostructures Limited (TLMAL). Dan, hak produksi sayap F-16 diberikan pada TLMAL, meski AU India sendiri sampai saat ini bukan operator F-16.

Investasi untuk TLMAL pun tak tanggung-tanggung, fasilitas produksi TLMAL mencakup area seluas 21.000 m2 di kota Hyderabad. Dari kapasitas, TLMAL dapat membuat 50 sayap F-16 setiap tahunnya.

Baca juga: Boeing Tawarkan Lisensi dan Basis Produksi F-15EX untuk India

Sekilas tentang F-21 yang ditawarkan Lockheed Martin ke India, merupakan varian pengembangan dari jet tempur F-16 dengan sejumlah penyesuaian, seperti perlengkapan sistem peperangan elektronik canggih dan adaptor peluncur rudal produksi India. F-21 juga memiliki fairing konformal di punggung untuk kapasitas bahan bakar ekstra dan sistem air refueling dengan probe and drogue. (Gilang Perdana)

4 Comments