Forpost-M UCAV: Bukti Kepercayaan Rusia pada Teknologi Drone Israel
|Lazimnya kita dengar produk persenjataan asal Rusia dibuat ulang, entah berdasarkan lisensi atau murni di copas oleh Cina, India atau Iran. Namun ada kalanya yang terjadi malah kebalikannya, dimana Rusia yang membuat produk alutsista berdasarkan lisensi dari luar negeri. Setidaknya ini terbukti dari adopsi drone intai tempur Forpost-M. Drone yang sudah beberapa kali diajak dalam operasi tempur di Ukraina dan Suriah ini aslinya adalah Searcher II buatan Israel Aerospace Industries (IAI).
Baca juga: Searcher UAV, ‘Sosok’ Terlupakan di Balik Operasi Pembebasan Sandera Mependuma
Jenis drone yang pernah dilibatkan dalam misi di Mapenduma, Papua ini memang produksinya telah dilensi oleh perusahaan swasta asal Rusia yang bermarkas di Astrakhan Oblast.
Meski secara tampilan dan dapur pacu serupa dengan Searcher “asli,” namun ditangan Rusia, drone dengan bobot maksimum tinggal landas 435 kg ini berhasil ditambahkan perannya, bila aslinya hanya sebagai drone dengan misi surveillance, reconnaissance, target acquisition, artillery adjustment and damage assessment alias sebatas UCAV (Unmanned Aerial Vehicle), maka saat dioperasikan militer Rusia, drone besutan Negeri Yahudi ini ditambahkan perannya sebagai drone kombatan (UCAV) dengan kemampuan membawa persenjataan dalam dua hard point pada sayap.
Dikutip dari flightglobal.com, Forpost-M tampil dengan beragam penyempurnaan dibandingkan varian Searcher, sebut saja mulai dari peningkatan pada sistem komunikasi, yaitu tidak hanya dengan Ground Control Station, tapi juga bagaimana drone ini dapat berinteraksi dengan pesawat tempur dan helikopter, serta memungkinkan kru untuk menilai informasi yang dikumpulkan dari beragam sensor dan menyampaikan data real-time ke unit pasukan di garis terdepan.
Dirunut dari sejarahnya, Rusia membeli batch pertama drone buatan IAI pada Aoril 2009, saat itu nilai akuisisi Searcher II mencapai US$54 juta, dalam paket tersebut mencakup drone BirdEye 400. Dan di akhir tahun 2019, Rusia kembali memesan 36 unit Searcher II dengan nilai US$100 juta.
Rupanya Moskow puas dengan kualitas drone yang juga digunakan AU Singapura ini, berlanjut ke kontrak pemesanan ketiga dengan nilai US$400 juta yang ditandatangani pada Oktober 2010. Pada kesepakatan terakhir, drone yang kemudian diberi label Forpost ini mulai dirakit di Rusia berdasarkan lisensi. Proyek pengerjaan dimulai pada awal 2012 dan pengiriman terakhir ke unit militer Rusia pada tahun 2014.
Meski belum dipastikan kebenarannya, beberapa sumber menyebut ada kesepakatan lain dengan Israel yang ditandatangani pada akhir 2015, yang mencakup kontrak senilai US$320 juta.
Melihat ada upaya kasak kusuk antara Tel Aviv dan Moskow, rupanya membuat Amerika Serikat geram. Beberapa langkah kemudian dijalankan Washington untuk menggagalkan kontrak akuisisi drone ini. Serangan drone buatan Israel di wilayah Suriah pada 17 Juli 2016 diyakini dilakukan oleh Searcher II yang dioperasikan Rusia. Dengan dasar tersebut, semakin memantapkan penghentian penjualan sistem senjata dari Israel ke Rusia.
Tel Aviv rupanya tak sepakat dengan langah AS, lobi oposisi pada parlemen AS pun dilakukan pihak Yahudi yang tak mau kehilangan order dari Rusia. Namun keputusan Washington tegas menolak dengan dalih potensi jatuhnya drone ke tangan militan ISIS di Suriah.
Lepas dari sepak terjang di atas, Forpost-M yang ditenagai mesin 4 stroke Limbach L550, 35 kW (47 hp) dapat terbang dengan kecepatan maksimum 204 km per jam. Drone ini dapat terbang sejauh 150 km (Line of Sight) pada ketinggian 6.100 meter. Soal payload senjata yang bisa dibawa memang tidak besar, yaitu hanya 120 kg, atau dapat membawa dua bom pintar atau dua rudal udara ke permukaan ukuran sedang.
Baca juga: Antara Drone Intai Aerostar dan C-130 Hercules, Ternyata Punya Hubungan Lebih dari Erat
Selain Searcher II, Rusia sebelumnya juga telah menggunakan drone intai Aerostar yang juga buatan Israel, yaitu jenis drone yang saat ini dioperasikan Skadron Udara 51 Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. (Gilang Perdana)
Tumben tdk ada komen, Russia lisensi drone
Saat ini India memiliki armada sekitar 230 pejuang meskipun hanya setengah dari mereka yang operasional.
Yg punya TNI sering dipake buat latihan di kalimantan barat. Khususnya di perbatasan.
Cukup cerdik juga, menggunakan peralatan dari negara lain (terutama lawan atau temannya lawan) untuk melakukan sejumlah misi tersembunyi, setidaknya membuat lawan butuh waktu mengidentifikasi dan berkoordinasi, sementara drone melesat menerobos penjagaan lawan ….
Mungkin benar, ketika manusia belum menciptakan IFF….tapi yg pasti sejak beberapa tahun silam blueprint searcher sudah dijual ke beberapa pembeli spt india dan bbrp negara lain, karena israel sudah beralih ke teknologi drone yg lebih maju 🤷
December 19, 2018 – PT. Dini Nusa Kusama (DNK), an Indonesia satellite communications company, has been awarded the Mobile Satellite Service (MSS) Orbital Slot located at 123 degrees East Longitude by the Indonesian Ministry of Communications. The Ministry awarded the strategic orbital slot above Indonesia after six months of competitive evaluation and bid qualification. DNK’s license gives the company exclusive rights to the space slot forever so long as we abide by the established regulations of the country years and includes the necessary L-band radio frequency spectrum to deliver services across the country and region. DNK plans to develop and launch its own satellite to deliver a portfolio of next generation satellite communications services over Indonesia and the neighbouring region. The company in discussions with multiple satellite suppliers, including Airbus, Navayo and Hughes Network Systems, on the construction of its turn-key, secure connectivity satellite, which will feature up to 700 beams supported by digital on-board beam forming, The satellite will be optimised for data while supporting voice services as well as narrowband Internet of Things applications. It will also feature military grade encryption with guaranteed connectivity within its footprint. DNK’s satellite is scheduled to launch in mid 2022 with commercial services planned to follow. In addition to Indonesia, the orbital slot also allows DNK’s service footprint to span the ASEAN region and the South China Sea. As part of its license, DNK also secured L-band spectrum serving China and India.
ini satelit sipil atau militer ?
Sipil punya. Utk disewakan ke operator….hehehe
Tergantung transpondernya baik besaran bus protocol serta kecepatan dan power data transfernya. L Band buat komunikasi diperuntukkan untuk maritim dan penerbangan
Sampai sekarang Israel melalui pabrik yang ada di Eropa Timur masih menjadi pemasok terbesar military grade semiconductor buat alutsista Rusia. Makanya negara yang paling jago dalam hal coding untuk mengintegrasikan alutsista Rusia ke sistem NATO adalah Israel
Begini om faris, teknologi israel itu mash blm ada apa² nya di erasoviet, bahkan mrk mash mencuri teknologi dr soviet, jd klu pemasok semi konduktor dr israel? Itu sudh tdk mungkin, produk israel sperti drone & mengupgrad mig 21 hancur total, bahkn india segera membuang mig 21
😅😆