Ekspor FA-50 Fighting Eagle ke Eropa Barat, Airbus Tawarkan Strategi ‘Win-win’ ke Korea Selatan
Berhasil menembus pasar Eropa membuat Korea Aersopace Industries (KAI) semakin percaya diri untuk memasarkan alutsistanya secara lebih luas di Benua Biru. Setelah mencetak rekor penjualan ke Polandia di Eropa Timur untuk pengadaan 48 unit jet tempur ringan FA-50 Fighting Eagle, kini KAI berusaha untuk melebarkan peluang pemasarannya ke Eropa Barat. Tentu bukan perkara mudah untuk masuk pasar Eropa Barat, pasalnya kebutuhan alutsista di kawasan tersebut umumnya telah mampu dipenuhi secara mandiri.
Namun, segala sesuatu dapat saja terjadi, salah satunya lewat strategi aliansi alias kerja sama dengan vendor di wilayah tersebut. Gaung pun bersambut, Airbus Defence and Space (ADS) yang berkantor pusat di Jerman, menawarkan strategi ‘win-win’ untuk ekspor FA-50 Fighting Eagle ke Eropa Barat.
Dikutip dari eurasiantimes.com (18/11/2022), proposal kerja sama tersebut ditawarkan oleh Michael Schoellhorn, CEO Airbus Defence and Space, saat bertemu dengan Menteri Perindustrian Korea Selatan Lee Chang-yang di Seoul. Kedua belah pihak juga menjajaki cara untuk memperkuat kolaborasi di bidang penerbangan, luar angkasa, dan industri mobilitas lainnya.
Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan menyatakan pada 16 November 2022, bahwa Airbus mengusulkan “strategi win-win” yang akan melibatkan ekspor pesawat Korea Selatan ke negara-negara Eropa Barat. Namun, baik Airbus maupun pemerintah Korea Selatan tidak merinci ke negara mana mereka secara khusus ingin mengekspor FA-50 di Eropa barat.
Schoellhorn menyatakan bahwa Airbus akan meningkatkan volume komponen yang diimpor dari Korea Selatan dari 700 miliar won (US$529,3 juta) per tahun saat ini, menjadi lebih dari 1 triliun won.
Ia mengangkat prospek memperluas kolaborasi ruang angkasa dengan Korea Selatan, dan berjanji untuk berbagi informasi tentang proyek kolaboratif Airbus dengan Badan Antariksa Eropa – European Space Agency (ESA), mengenai niat Korea Selatan untuk mendirikan badan antariksa.
Menteri Korea Selatan menyambut baik penjualan pesawat militer Korea Selatan di Eropa Barat. Lee juga memuji CEO Airbus atas proposal untuk meningkatkan impor suku cadang penerbangan Korea Selatan.
Seoul telah mengekspor FA-50 ke beberapa negara. FA-50 Fighting Eagle dikembangkan dalam kolaborasi antara Korea Aerospace Industries (KAI) dan Lockheed Martin. Ini adalah turunan pesawat tempur latih multirole T-50 Golden Eagle.
Sektor kedirgantaraan Korea Selatan telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Negara tersebut baru-baru ini menandatangani kesepakatan dengan Polandia untuk penjualan 48 pesawat serang ringan FA-50 dan juga berhasil melakukan uji terbang jet tempur KF-21 Boramae buatan dalam negeri.
Korea Selatan meminta Airbus membangun fasilitas penelitian dan pengembangan di Korsel untuk meningkatkan kerjasama di industri penerbangan generasi mendatang. Lee menyoroti infrastruktur dan teknologi mutakhir Korea Selatan mengenai semikonduktor, layar, baterai, dan perangkat lunak. Selama ini, Cina, India, Singapura, dan Malaysia, dikenal sebagai ‘rumah’ bagi fasilitas penelitian dan pengembangan internasional Airbus di Asia.
Baca juga: Goyang Pasar Afrika, Korea Selatan Tawarkan Jet Latih Tempur FA-50 ke Mesir
Sementara dari pihak Airbus mengungkapkan saran agar lebih banyak perusahaan Korea Selatan berpartisipasi dalam proyek penerbangan Airbus sejak awal, sehingga akan dianggap sebagai mitra utama daripada sekadar vendor. (Gilang Perdana)
Related Posts
-
Hadapi Serangan Drone Kamikaze, MBDA Perkenalkan “Sea Warden” – Sistem Hanud Modular di Kapal Perang
No Comments | Oct 2, 2024
-
Bentuk Penghormatan atas Pejuang Palestina, Iran Luncurkan Drone Kombatan “Gaza”
16 Comments | May 22, 2021
-
Angkatan Darat Thailand Terima 12 Unit MBT Norinco VT4 dari Cina
No Comments | Oct 18, 2023
-
Tak Indahkan Tuntutan Oposisi, Pemerintah Swiss Teken Kontrak Pembelian 36 Unit F-35A Senilai US$6,25 miliar
1 Comment | Sep 20, 2022
Senjata buatan Korsel emang kualitas dipertanyakan.
1. T/FA-50 Bangke Eagle : pesawat masih baru tapi nyungsep terus (mending kalo awaknya selamat, lah ini awaknya mati juga)
2. Kasel kelas nagapasa/Changbego : kaleng selam rongsokan kualitas jauh dibawah yg ada di brosur. Nyelam cuma sebentar, berisik banget pula. Gak ada gunanya kasel kalo begitu, gampang ketauan musuh.
3. SRBM Hyunmoo : jerigen balistik cacat, gagal terus ujicobanya. Saudaranya di Utara sudah berkali-kali berhasil ujicoba ICBM kelas monster (Hwaseong series), walaupun ada gagalnya juga tapi jauh lebih banyak berhasil
@topi purun
Yg suka jatuh tuh punya TNI AU. Yg lain aman-aman sj. Introspeksi lah, kenapa yg di Indonesia sering jatuh…….Airbus Eropa saja jatuh cinta ke T50/FA50
Malay = SME Aerospace, CTRM, AIROD, ATSC.
@purun
Negara lain macam Kroya, Pinoy & Iro mana ada yang jatuh. Disini 1 ska FA-50 TNI AU kerja rodi bak 3 skadud
Ketahuan cupu nih yee!!
Jawabannya REM
Malay punya stok melimpah di alam dgn banyak variasi dibandingkan negara kita tercinta
REM mereka spesifik buat carbon composite & semiconductor
Disini type REM yang kita punya cocok cuma untuk baterai, smelter dan synthetic fuel
Wajar pemerintah kini fokus ke arah situ
produk cacat sudah berapa org pilot pespur kita meninggal ,kasel juga cacat, heran indo masih mau join pembuatan pespur sama korsel
Malaysia dan Singapura lebih cerdik dibanding Indonesia dalam memanfaatkan peluang diindustri supply chain komponen pesawat
Singapura, dan Malaysia, dikenal sebagai ‘rumah’ bagi fasilitas penelitian dan pengembangan internasional Airbus di Asia, walaupun mereka tidak mampu memproduksi pesawat tapi mereka menyuplai komponen pesawat yang nilainya melebihi nilai expor pesawat PT DI.