Dilirik TNI AL, PT DI Berpotensi Kembangkan N-219 Varian MPA

Sejak desain perdananya diperlihatkan ke publik, sudah muncul dugaan bahwa pesawat angkut ringan N-219 akan ideal bila dijadikan sebagai pesawat intai maritim. Rancangan N-219 yang mirip DHC-6 Twin Otter dengan desain sayap tinggi (high wing) tanpa ramp door, menjadikan desain N-219 punya peluang besar difungsikan sebagai maritime patrol aircraft (MPA), meneruskan tugas yang dahulu pernah diemban N22/N24 Nomad Puspenerbal TNI AL.

Baca juga: N-219 Maritime Patrol -Pesawat Perintis Mulitrole Pengganti N22/N24 Nomad TNI AL

Meski digadang untuk dikembangkan sebagai varian MPA, namun PT Dirgantara Indonesia (DI) masih terkesan ‘malu-malu’ untuk mengembangkan varian MPA. Dalam beberapa pemberitaan, justru PT DI malah mengedepankan N-219 dalam varian amfibi dengan skit agar pesawat ini dapat mendarat dan lepas landas di air.

Namun, dari ajang Singapore AirShow 2020, nampaknya mulai ada harapan akan pengembangan N-219 varian MPA. Seperti dikutip dari Janes.com (13/2/2020), Igan Satyawati, Vice-President of Business Development and Marketing PT DI mengungkapkan, bahwa pihak PT DI telah didekati oleh TNI AL untuk mengembangkan varian militer dari N-219. “Angkatan Bersenjata Indonesia telah mendekati kami untuk mengembangkan varian militer dari N-219, termasuk untuk operasi patroli maritim,” kata Igan Satyawati.

Desain N-219 versi amfibi.

Menurut Igan, Untuk memenuhi persyaratan dari militer, “kami akan mempelajari bagaimana pesawat dapat diperkuat dan diseimbangkan secara struktural, sehingga dapat dipasang berbagai sensor dan peralatan lain yang terkait dengan operasi intai maritim,” tambahnya. Namun itu semua adalah rencana masa depan, untuk saat ini, proyek N-219 akan difokuskan untuk dapat lebih dulu memperoleh sertifikasi.

Serangkaia uji coba N-219 kini difokuskan untuk mendapatkan sertifikasi dari Directorate General of Civil Aviation (DGCA), Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan European Aviation Safety Agency (EASA). Pihak PT DI menyebut setelah tahapan sertifikasi dituntaskan, program N-219 akan dilanjutkan ke varian amfibi.

Varian militer memang potensial dikembangkan, apalagi N-219 sejatinya punya spesifikasi bagus untuk tugas militer, diantaranya kemampuan STOL (short take-off and landing). Untuk lepas landas hanya dibutuhkan jarak landasan 465 meter, dan untuk mendarat hanya butuh 510 meter. Payload yang dapat dibawa pun lumayan, yaitu 2,5 ton.

Baca juga: N-219 “Nurtanio” Sukses Uji Take-off dengan Satu Mesin

Dari spesifikasi, N-219 mengusung mesin turboprop 2× Pratt & Whitney Canada PT6A-42 dengan kekuatan tiap mesin 850 shp (630 kW). Bilah baling-balingnya menggunakan 4-bladed Hartzell propeller. Dari karakteristiknya, N-219 dapat melesat dengan kecepatan jelajah 389 km per jam, dan terbang hingga jarak 1.556 km. (Bayu Pamungkas)

5 Comments