Update Drone KamikazeKlik di Atas

N-219 “Nurtanio” Sukses Uji Take-off dengan Satu Mesin

Pesawat mendarat dengan satu mesin, atau bahkan tanpa mesin ‘on’ sudah lazim didengar, terutama saat kondisi darurat. Namun bila situasnya dibalik, yaitu lepas landas alias take-off dengan satu mesin untuk pesawat twin turboprop rasanya cukup menantang. Maklum, saat proses take-off umumnya tenaga mesin dipacu semaksimal mungkin untuk menghasilkan daya dorong optimal. Nah, belum lama ini prototipe pesawat turboprop N-219 “Nurtanio” berhasil melakukan itu semua.

Baca juga: “Nurtanio” Jadi Nama Resmi Prototipe N-219 dari Presiden Jokowi

Dikutip dari akun Instagram PT Dirgantara Indonesia, disebutkan pada 18 Desember 2019, dengan mengambil lokasi di Bandara Kertajati, Majalengka, prototipe design N-219 berhasil mekakukan uji take-off dengan mematikan salah satu mesinnya. “Pada 18 Desember telah dilakukan 2x single engine takeoff, 2x single engine landing dengan durasi terbang selama 15 menit,” ujar Yustinus Kuswardana, Kepala Divisi Pusat Uji Terbang PT Dirgantara Indonesia kepada Indomiliter.com.

Ditambahkan, uji coba single engine inflight sebelumnya telah dilakukan hingga mencapai puluhan jam, namun pada 18 Desember lalu adalah pertama kali dilangsungkan uji coba take-off dengan satu mesin. Uji coba kineja pesawat dengan satu mesin diperlukan untuk mengetahui kemampuan pesawat dalam menghadapi kondisi darurat. Ada beberapa penyebab matinya mesin pesawat, mulai dari masalah teknis, habisnya bahan bakar, kemasukan partikel asing sampai mesin ditabrak burung (bird strike). Dengan uji single engine take-off membuktikan bahwa N-219 dapat tetap mengudara dalam kondisi darurat sekalipun.

Dari spesifikasi, N-219 mengusung mesin turboprop 2× Pratt & Whitney Canada PT6A-42 dengan kekuatan tiap mesin 850 shp (630 kW). Bilah baling-balingnya menggunakan 4-bladed Hartzell propeller. Dari karakteristiknya, N-219 dapat melesat dengan kecepatan jelajah 389 km per jam, dan terbang hingga jarak 1.556 km. Kemampuan menanjak pesawat kompetitor DHC-6 Twin Otter ini mencapai 9,85 meter per detik.

Sejauh ini PT Dirgantara Indonesia telah memproduksi dua prototipe design (PD) – PD1 adalah yang bercat putih – ditampilkan saat peresmian oleh Presiden Jokowi dan PD2 yang tampil dengan cat dasar hijau. Dan yang diuji coba pada 18 Desember lalu adalah N-219 PD2.

Serangkaian uji coba N-219 kini difokuskan untuk mendapatkan sertifikasi dari Directorate General of Civil Aviation (DGCA), Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan European Aviation Safety Agency (EASA). Pihak PT DI menyebut setelah tahapan sertifikasi dituntaskan, program N-219 akan dilanjutkan ke varian amfibi. Lantas bagaimana dengan varian militer di N-219?

Baca juga: N-219 Maritime Patrol – Pesawat Perintis Mulitrole Pengganti N22/N24 Nomad TNI AL

Varian militer tidak menutup untuk dikembangkan, apalagi N-219 sejatinya punya spesifikasi bagus untuk tugas militer, diantaranya kemampuan STOL (short take-off and landing). Untuk lepas landas hanya dibutuhkan jarak landasan 465 meter, dan untuk mendarat hanya butuh 510 meter. Payload yang dapat dibawa pun lumayan, yaitu 2,5 ton. Berkaca dari suksesnya Twin Otter yang diwujudkan dalam varian maritime patrol, rasanya N-219 pun bisa diwujudkan kelak. (Haryo Adjie)

8 Comments