Diintegrasikan Oleh PT Len, TNI AL Akan Terima 14 Unit Drone Intai Maritim ScanEagle
|Meski beritanya sudah didengungkan sejak awal 2018, program akuisisi atas hibah drone intai maritim ScanEagle lansiran Boeing Insitu untuk TNI AL belum juga tuntas. Informasi unit yang diakuisisi pun berubah-ubah, pertama kali disebut Indonesia akan menerima empat unit, kemudian pada April 2019, disebut Indonesia akan mendapatkan enam unit ScanEaagle. Puspenernal pun dikabarkan telah menyiapkan Skadron Udara 700 untuk menaungi armada ScanEagle.
Baca juga: Skadron Udara 700 Puspenerbal, Dibentuk dengan Kekuatan Drone ScanEagle
Sebaliknya, Filipina yang justru saat ini sudah menerima enam unit ScanEagle yang datang pada Maret 2018. Dan masih di seputar akuisisi ScanEagle, ada kabar terbaru terkait unit yang akan diterima. Dikutip dari situs Kemhan.go.id (26/2/2020), Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI telah menyatakan persetujuan untuk menerima hibah 14 unit drone ScanEagle. Bukan itu saja, DPR juga menyetujui upgrade (meningkatkan kemampuan) tiga unit Helikopter NBell-412 milik TNI AL dari Pemerintah Amerika Serikat.
“Kami hadir di Komisi I DPR ini untuk menyampaikan permohonan persetujuan penerimaan hibah 14 drone Scan Eagle UAV dan upgrade Helikopter Bell 412 dari pemerintah AS,” kata Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono saat Rapat Kerja dengan Komisi I DPR, Rabu (26/2).
Trenggono menambahkan, Pemerintah AS sejak tahun 2014 sampai 2015 menawarkan program hibah (FMF) kepada TNI, atas dasar itu, maka pada tahun 2017 TNI AL mengambil program FMF Hibah tersebut berupa Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan upgrade helikopter Bell 412. Sesuai ketentuan dibentuklah tim pengkaji oleh Kemhan untuk melakukan penilaian apakah barang tersebut layak diterima dari aspek teknis, ekonomis, politis, dan strategis. Dari kajian tersebut Kemhan memutuskan untuk menerima program hibah dimaksud.
Drone ScanEagle memiliki nilai US$28,3 juta, dan dibutuhkan TNI AL utk meningkatkan kemampuan ISR maritim dan mendukung beragam misi khusus. Nantinya Indoensia hanya akan mengeluarkan dana sekitar Rp10 miliar untuk mengintegrasikan dan memastikan keamanan data dari peralatan ini dengan alutsista lainnya. Dalam proyek integrasi tersebut, PT LEN Industri yang akan bertugas untuk melakukan integrasi sistem pada drone.
Dalam menjalankan misi intai, ScanEagle dapat mengudara sampai 22 jam 10 menit. Bahkan pada uji coba dengan bahan bakar JP5, endurance ScanEagle bisa sampai 28 jam 44 menit di udara. Struktur drone ini terdiri dari lima modul replaceable, yakni bagian hidung, badan pesawat (fuselage), avionik, sayap dan sistem propulsi. Sementara lebar bentang sayap keseluruhan (dengan winglet) mencapai 3,1 meter.
Baca juga: Filipina Terima Enam Unit Drone Intai ScanEagle, Indonesia Menyusul
Standarnya drone ini dilengkapi sensor thermal beresolusi tinggi DRS E6000. Sensor ini menyediakan resolusi 640×480 pixels dengan 25 micron pitch. ScanEagle juga dilengkapi short-wave infrared camera buatan Goodrich Sensors. (Gilang Perdana)
ini can buat scan foto2 thok setelah dapat gambar dan posisi lawan selanjutnya kita cukup berdoa saja karena tak ada amunisi mumpuni yg kita miliki didarat maupun dilaut dan udara yang akan eksekusi sasaran musuh tersebut itupun kalau scan eagle belum dieksekusi duluan sama musuh.
kok masih nerima hibah sih..? kita negara maju, seharusnya kita yang ngasih hibah..
Ditunggu hibah dari Rusia, Mimpi di siang bolong melompong kaleee..wkwkwk
Kalo beli Sukhoi . . Nggak dapet scan eagle . . 🤔