Dibalik Rencana Pengadaan Tambahan Sistem Hanud S-400 untuk Turki, Rusia Buka Opsi Produksi Bersama

Berdasarkan kontrak pengadaan pada akhir 2017 senilai US$2,5 miliar, Turki pada tahun 2019 telah menerima keseluruhan sistem rudal hanud S-400 Triumph dalam dua gelombang. Namun, rupanya Turki ingin sesuatu yang lebih dari sebatas membeli. Lebih dari itu, Turki ingin ikut ambil bagian dalam proses produksi S-400, sesuatu hal yang tak didapatkan Turki ketika ‘meminta’ tranfer of technolgy dari rencana pembelian rudal hanud Patriot.

Baca juga: Akhirnya! Gelombang Pertama Sistem Rudal S-400 Telah Tiba di Turki

Mengutip sumber dari RIA Novosti -ria.ru (7/5/2020), disebutkan antara Ankara dan Moskow kini tengah dalam masa pembicaraan program pengadaan tambahan sistem hanud S-400. Head of The Russian Federal Service of Military-Technical Cooperation, Dmitry Shugayev menjelaskan bahwa pada negosiasi pengadaan tambahan S-400 mencakup klausul partisipasi Turki dalam proses produksi, dimana kini tengah dipertimbangkan sebagai opsi oleh Rusia. “kami sedang mendiskusikan tentang agenda, komposisi kerja sama, jangka waktu pengiriman dan kondisi lainnya,” ujar Dmitry.

Ditempat terpisah, Head of Turkey’s Defense Industry Ismail Demir di situs Russian News Agency – Tass.com (8/5/2020), mengatakan pada Jumat lalu bahwa Turki saat ini telah mengaktifkan sebagian dari sistem hanud S-400, dan dipastikan penggelaran akan terus berlanjut meski dari dalam negeri tengah dilanda wabah corona.

Komposisi sistem hanud S-400 Turki mengandalkan 30K6E battle management system, sementara untuk pilihan rudal terdiri dari 48N6E3 dan 48N6E2. Dalam satuan peluncur, S-400 juga didukung 30Ts6E maintenance facilities.

S-400 Triumph pada prinsipnya mampu melibatkan target baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan pos komando yang lebih tinggi atau sumber data dari radar eksternal. Pada sistem hanud organik, S-400 mengandalkan radar 92N6E “Grave Stone.” Radar ini ditempatkan pada platform truk MZKT-7930 8×8 ini berjalan di frekuensi I/J-Band multi-function phased-array. Radar ini menggunakan antena microwave yang memiliki lobus samping rendah sebagai perlindungan dari noise jammers dan rudal anti radiasi.

Seperti yang dikhawatirkan Washington, Turki telah melakukan serangkaian latihan militer menggunakan radar S-400 untuk mendeteksi kemampuan jet tempur buatan AS/NATO yang selama ini dioperasikan – F-16 Fighting Falcon. Pada November 2019, F-16 dan F-4 yang terbang di Lanud Mürted, dibawahnya terdapat radar-radar yang diduga adalah 91N6E (surveillance and acquisition radar) dan 96L6E (air search and acquisition radar) dan 40V6M (low flying target detector radar).

91N6E dan 86l6E digadang sebagai instrumen radar untuk menghadapi sasaran yang terbang di ketinggian maksimum. Kedua radar yang dapat mengendus sasaran stealth dari jarak 150 km ini mampu melacak 100 sasaran secara simultan. Sementara 40V6M dengan menara monopole dipersiapkan untuk mengendus sasaran yang terbang rendah.

Baca juga: F-16 Turki Tantang Kemampuan Sistem Radar Hanud S-400, AS dan Rusia Dibuat H2C!

Para analis militer menduga uji deteksi radar S-400 dilakukan Turki lebih untuk memastikan bahwa radar S-400 dapat berfungsi dengan baik, seperti untuk melihat apakah jet tempur Turki yang buatan barat dapat dibedakan sebagai kawan atau lawan (Identification Friend or Foe). Taring hanud S-400 belakangan makin garang, setelah pada 28 April lalu, Rusia berhasil menguji coba peluncuran rudal hipersonik 40N6E untuk mencegat sasaran udara dari jarak 400 km. (Haryo Adjie)

116 Comments