Di Tangan Rusia, Drone Kamikaze Shahed-136 Mendapat Upgrade Sistem Pemandu Satelit GLONASS
|Terlepas dari kontroversinya, nama Shahed-136 (Geran-2) kini menempati trending topik di jagad drone kamikaze (louitering munition), pasalnya drone produksi Shahed Aviation Industries, Iran, menjadi nama drone kamikaze yang paling banyak disebut dan diberitakan, lantaran Shahed-136 secara masif digunakan Rusia untuk melakukan serangan ke berbagai wilayah di Ukraina.
Baca juga: Ukraina Luncurkan “ePPO” – Aplikasi Ponsel untuk Warga Berburu Rudal dan Drone Kamikaze
Soal akurasi dan daya hancur, nampaknya akan menjadi materi debat kusir antara dua kubu. Lain dari itu, ribuan drone kamikaze bermesin propeller ini dipercaya masih akan diluncurkan dalam jumlah besar oleh Rusia. Bahkan, ada kabar bahwa Rusia telah meningkatkan kemampuan Shahed-136 agar lebih letal dan akurasinya lebih presisi.
Dikutip dari eurasiantimes.com (19/10/2022), Rusia diduga telah meningkatkan sistem pemandu pada drone kamikaze Shahed-136. Oleksandr Kovalenko, seorang pengamat militer dari Ukraina mengungkapkan, bahwa drone Rusia yang diproduksi di Iran itu yang tadinya menggunakan sistem pemandu inersia dan telah digantikan oleh unit kendali berbasis GLONASS, sistem navigasi satelit Rusia.
Kovalenko menyebut Shahed-136 telah dimodifikasi oleh para insinyur Rusia. Dia menggarisbawahi bahwa Moskow kini telah memasang modul kontrol GLONASS sebagai pengganti sistem navigasi inersia, yang selama ini menjadi standar pada Shahed-136.
Sistem Navigasi Inersia atau Inertial Navigation System (INS) adalah sistem navigasi yang mengadopsi sensor komputer, sensor gerak (akselerometer) dan sensor rotasi (giroskop) untuk terus menghitung melalui perhitungan posisi mati, orientasi, dan kecepatan (arah dan kecepatan gerakan) tanpa perlu referensi eksternal.
Sementara GLONASS (Globalnaya Navigatsionnaya Sputnikovaya Sistema), adalah sistem navigasi satelit dari Rusia, yang sejenis dengan GPS (Global Positioning System) dari AS, yang keduanya dapat diaplikasikan untuk kebutuhan sipil dan militer, baik di domestik dan global.
Instalasi konsol GLONASS secara signifikan telah meningkatkan jangkauan efektif Shahed-136. Meski telah dilengkapi unit kendali berbasis GLONASS, namun Kovalenko menambahkan bahwa peningkatan kemampuan tersebut tidak memungkinkan kendali realtime atau kemampuan manuver pada drone.
Shahed-136 tidak memiliki kamera video atau sensor lain pada permukaan bodi. Maka kuat dugaan, bahwa satu-satunya sumber navigasi yang digunakan adalah satelit. Dengan kata lain, Shahed-136 hanya menggunakan koordinatnya dari sistem navigasi satelit seperti GLONASS untuk memandu dirinya ke sasaran yang tidak bergerak.
Iran dikenakan sanksi dan tampaknya tidak memiliki akses ke komponen Barat dengan GPS militer tradisional. Bila pun menggunakan sensor GPS, itu berasal dari GPS sipil standar yang dapat diperoleh dari AliExpress.
Pemasangan konsol GLONASS pada Shahed-136 kabarnya membawa pengaruh pada ukuran hulu ledak yang berkurang karena instalasi unit pemandu baru.
Baca juga: Sebuah Anomali, Jet Tempur MiG-29 Ukraina Jatuh Akibat Drone Kamikaze Shahed-136
Namun, ada pula yang menyebut dengan menggunakan sistem navigasi Rusia memiliki keunggulan dibandingkan menggunakan GPS, termasuk kemampuan untuk menggunakan sinyal GLONASS kelas militer yang dienkripsi, yang mungkin lebih akurat daripada sinyal GPS open-source.
Sejauh ini, Pemerintah Iran membantah mengirimkan drone ke Rusia untuk digunakan di Ukraina. Moskow, di sisi lain, juga membantah membeli drone Iran. (Gilang Perdana)
perang saat ini lebih banyak memakai drone drone murah meriah untuk menghantam sasaran strategis macam pabrik pembangkit listr ik cukup pakai mesin 2 tak drone melesat menhajar sasaran, terbang rendah mencari celah radar, untuk drone darat lebih ngeri lagi dore mobil yang di jejali bannyak peledak mendekati mbt danranpur lawan tauntau kabooom, bahkan sekarang ada drone motor atau bike drone ngebut dijalan menembaki infatri lawan yang sedang nyantai ngopi.
Sebetulnya pembelian Drone dari Iran ini adalah blunder serius yg dilakukan oleh Putin. Pembelian ini pada awalnya ditujukan untuk menekan dan melumpuhkan kekuatan pasukan Ukraina khususnya untuk menghentikan kemampuan counter offensive yg telah dilakukan oleh Ukraina 2 bulan belakangan.
Hanya saja ternyata keefektifan secara taktis dan strategis drone shahed ini tidaklah sekuat HIMARS yg bahkan mampu memukul mundur Rusia hampir di semua front dan Ukraina mampu merebut titik-titik wilayah strategis sekaligus melumpuhkan kemampuan logistik dan pertahanan udara Rusia secara luas di wilayah yg diperebutkan. Walopun ada pemberitaan tentang S-300 yg mampu menembak jatuh pespur Ukraina,itu tetap tidak bisa menunjukkan kalo Rusia telah benar-benar menguasai ruang udara dg kemampuan anti access/area Denial yg telah menjadi doktrin militer Rusia lewat jaringan pertahanan berlapisnya. Rusia sudah menghabiskan USD 18 juta untuk serangan drone Iran tsb, itu artinya Rusia sudah menggunakan kurang lebih 900 drone bila pembelian tiap drone seharga USD 20 rb per unit. Perkiraan ane Rusia membeli 3000 sampai 5000 unit, lebih dari itu Iran takkan mampu membuat dalam jumlah banyak karena tekanan sanksi yang diberikan barat walopun mesin pistonnya bisa beli dari China tapi beberapa sparepart seperti chip harus membeli dari selundupan.
Ternyata gak perlu mas iskandar plus yg turun tangan, cukup kirim si sahid yg murah udah bikin ukrain termehek mehek, mana listrik byarpet lagih😁