Update Drone KamikazeKlik di Atas

Destroyer HMAS Sydney (Hobart Class) Australia Jadi Kapal Perang Pertama di Indo Pasifik yang Dipasangi Rudal NSM

Setelah gencar melakukan penawaran, termasuk ke Indonesia, akhirnya Kongsberg Defence & Aerospace telah ‘menetapkan’ Angkatan Laut Australia (Royal Australian Navy/RAN) sebagai first cutomer rudal anti kapal Naval Strike Missile (NSM) di kawasan Indo Pasifik. Meski telah ditawarkan ke Indonesia untuk dipasang pada KCR (Kapal Cepat Rudal) KRI Golok 688, dan Malaysia untuk korvet Kedah class, tetapi sejauh ini keduanya belum berujung pada kontrak efektif.

Baca juga: Rudal Anti Kapal NSM (Naval Strike Missile), Bakal Dipasang di KCR Stealth Trimaran KRI Golok 688

Dikutip dari akun X Ben Felton @Benfdef, diposting foto yang memperlihatkan peluncur rudal anti kapal NSM terpasang pada kapal perusak (destroyer) HMAS Sydney D42 (Hobart class). Sebelumnya AL Australia memang berencana untuk mengadopsi rudal NSM pada kapal perusak Hobart class yang jumlahnya ada tiga unit. NSM digadang untuk menggantikan rudal anti kapal saat ini, RGM-84 Harpoon.

Ada yang menyebut bahwa tampilan peluncur NSM pada foto yang diposting baru dalam tahap uji di HMAS Sydney. Konfigurasi rudal NSM yang nantinya akan dipasang pada Hobart class adalah delapan peluncur (2×4). Selain Hobart class, rencananya rudal anti kapal NSM juga akan dipasang pada sisa frigat ANZAC class.

Akselerasi pengadaan rudal anti kapal NSM oleh Australia terbilang cepat, persisnya Departemen Pertahanan Negeri Kanguru pada baru pada 5 April 2022 mendandatangani kontrak senilai $3,5 miliar untuk mempercepat akusisi beberapa alutsista strategis, yang mencakup Joint Air-to-Surface Standoff Missile Extended Range (JASSM-ER) untuk angkatan udara, Naval Strike Missile (NSM) untuk angkatan laut dan ranjau maritim untuk mengamankan pelabuhan dan jalur laut.

Sekilas tentang rudal NSM, nama aslinya dalam bahasa Norwegia adalah Nytt sjømålsmissil. Rudal ini ditenagai solid fuel rocket booster, Microturbo TRI-40 turbojet, yang mampu melesatkan rudal dengan kepatan high subsonic, sementara jarak jejakahnya mulai dar 185 – 250 km, bergantung dari profil sasaran.

Seperti halnya rudal anti kapal pada umumnya, NSM melesat pada fase terminal dengan pola sea skimming. Sebagai sistem pemandu, mengandalkan kombinasi Inertial, GPS, terrain-reference navigation, imaging infrared homing dan target database.

Tomahawk di Hobart class
Rupanya bukan hanya kehadiran rudal NSM yang akan menambah taring kapal perusak Hobart class, melainkan ada kabar bahwa rudal jelajah jarak jauh Tomahawk juga akan mulai dipasang pada Hobart class pada tahun ini. Berdasarkan Buku Putih Force 2030, disebut vertical launching system (VLS) Mark 41 akan dimodifikasi untuk mampu meluncurkan rudal jelajah Tomahawk dan rudal hanud RIM-174 Standard 6.

Hobart Class – Inilah Kecanggihan Australian Air Warfare Destroyer

Seperti dikutip Janes.com (21/8/2023), kapal perusak Hobart class Australia akan dilengkapi dengan rudal jelajah Tomahawk, menjadikan Australia satu dari tiga negara yang menggunakan rudal ini bersama AS dan Inggris. Hal tersebut diungkapkan Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, dalam keterangan media pada 21 Agustus 2023.

Akuisisi Tomahawk adalah bagian dari pengadaan senilai lebih dari Aus$1,7 miliar (US$1 miliar), yang akan melengkapi Angkatan Pertahanan Australia (ADF) dengan rudal serang jarak jauh dan senjata berpemandu presisi.

Rudal jelajah Tomahawk adalah rudal jelajah serangan darat subsonik yang diluncurkan oleh kapal selam dan kapal permukaan dengan panduan sistem navigasi inersia (INS). Rudal produksi Raytheon memiliki jangkauan sekitar 1.500 km dan mampu menyerang target statis dan dinamis.

Pemerintah Australia telah memutuskan untuk membeli lebih dari 220 rudal Tomahawk dengan nilai sekitar Aus$1,3 miliar. Selain Tomahawk, pemerintah Australia juga mengakuisisi 63 rudal Advanced Anti-Radiation Guided Missile-Exended Range (AARGM-ER) dari AS senilai Aus$431 juta. Senjata-senjata tersebut akan dioperasikan pada pesawat Growler dan Super Hornet milik Angkatan Udara Australia, dan penggunaannya pada akhirnya akan diperluas ke pesawat tempur F-35A Lightning II. (Bayu Pamungkas)

AL Australia Pesan 220 Unit Rudal Jelajah Tomahawk Senilai US$895 Juta

2 Comments