Dengan Komandan dari Kowal, Skadron 700 Puspenerbal Perlihatkan Drone Intai ScanEagle
|Sejak dikukuhkan lewat peresmian Skadron Udara 700 pada 21 Juni 2021, kemunculan drone intai ScanEagle masih terbilang jarang, sosoknya hanya terlihat sekilas saat seremoni dalam tayangan YouTube JJM TV. Namun, akun Instagram Puspenerbal pada 1 November 2021, memperlihatkan dengan lebih jelas ScanEagle berikut sistem peluncurnya.
Baca juga: Drone Intai ScanEagle Resmi Jadi Kekuatan Skadron Udara 700 Puspenerbal
Dari laman Instagram Puspenerbal, disebut bahwa Skadron Udara 700 dikomandani oleh seorang pilot wanita (Kowal), yakni Letkol Laut (P/W) Eni Ambarsari. Letkol Eni Ambarsari mengatakan secara umum Pesawat tanpa awak ScanEagle di siapkan untuk melaksanakan misi pengintaian udara untuk memburu target musuh secara senyap dan tepat. “ScanEagle juga untuk menjaga keamanan perbatasan serta siap membantu dalam operasi kemanusian diantaranya SAR, bencana alam, perlindungan aset negara dan kebakaran hutan,” ujar Letkol Eni.
ScanEagle tidak memiliki roda pendarat, alhasil drone ini diluncurkan lewat catapult pneumatic yang mampu melesatkan drone dengan kecepatan 25 meter per detik. Karena tak punya roda, maka ScanEagle didaratkan dengan cara khusus, bukan dengan jaring atau parasut, melainkan menggunakan metode kabel penangkap (SkyHook) yang dikembangkan Insitu.
Walau bukan masuk kelas drone MALE (Medium Altitude Long Endurance), namun dengan desainnya yang unik, ScanEagle dapat mengudara sampai 22 jam 10 menit. Bahkan pada uji coba dengan bahan bakar JP5, endurance ScanEagle bisa sampai 28 jam 44 menit di udara.
Struktur drone ini terdiri dari lima modul replaceable, yakni bagian hidung, badan pesawat (fuselage), avionik, sayap dan sistem propulsi. Sementara lebar bentang sayap keseluruhan (dengan winglet) mencapai 3,1 meter.
Sebagai mata indra kekuatan laut, ScanEagle dilengkapi sensor thermal beresolusi tinggi DRS E6000. Sensor ini menyediakan resolusi 640×480 pixels dengan 25 micron pitch. ScanEagle juga dilengkapi short-wave infrared camera buatan Goodrich Sensors. Untuk misi memburu sniper, ScanEagle milik AU AS dipasangi sniper gun fire detection and location system. Pengujian terus berlanjut, yang terbaru ScanEagle malah digarap Boeing untuk instalasi NanoSAR synthetic aperture radar (SAR).
ScanEagle diawaki oleh kru pada Ground Control Station. Sistem kontrol dan navigasi ScanEagle menggunakan GPS waypoint dan autonomous object tracking and autonomous in-flight route mapping. Untuk transmisi data, ScanEagle disokong datalink UHF 900MHz dan downlink S-band 2.4GHz untuk transmisi video. (Gilang Perdana)
Bismillah ijin menyampaikan usulan ke admin kenapa tidak dikembangkan informasi militer melalui media tv swasta dijadikan program acara tv baik di MNC group dan sebagainya.bodan di media tv yang selalu ditampilkan adalah acara kriminalitaskenapa tidak dengan informasi dunia militer disampaikan di media tv?. ConTOh Misalnya program acara TNI masuk desa ,prajurit TNI berhasil panen raya padii bisa jadi TNI dapat mengakuisisi rudal tzircon dapat disampaikan Jadi mengurangi ANgkA kriminalitas kita ganti acara dengan dunia militer.
Bismillah semoga tidak hanya drone yang dimiliki oleh Puspenerbal tetapi skadron jet tempur seperti tersedianya skadron tempur mig 31 yang mampu intercept , kemampuan latih tempurnya diperkuat dengan sekolah skadron latih tempur dengan yak.152 dan yak.130.
Drone ini untuk komunikasi dengan kru daratnya pakai satelit berarti ya? Disambungkan ke satelit Palapa atau masih nebeng dengan satelit AS ? Secara kan drone-nya hibah dari AS
Pakai sensor VGA? Ukuran lumayan besar kalau lihat pixel pitch, lebih tahan panas atau tidak dibanding versi sipil?