Dengan Dalih untuk Combat Evaluation, AU Malaysia Akuisisi 2 Unit JF-17 Thunder
|Meski tak jadi hadir di ajang Langkawi International Maritime & Aerospace Exhibition (LIMA) 2019, namun ada kabar mengejutkan, bahwa AU Malaysia (RMAF) justru telah mengakuisisi jet tempur ‘peranakan’ Cina – Pakistan, JF-17 Thunder. Yang dibeli memang tidak dalam jumlah besar, yaitu hanya dua unit untuk kebutuhan uji kinerja dan combat evaluation. Dengan bergabungnya Malaysia sebagai pengguna JF-17, maka Negeri Jiran ini menjadi negara pengguna jet single engine ketiga di luar Cina dan Pakistan.
Sebelumnya JF-17 sudah mendapatkan order dari Nigeria dan Myanmar. Seperti dikutip dari militarywatchmagazine.com (31/3), yang dipesan AU Malaysia adalah JF-17 Block 2 dan rencananya akan dikirim ke Malaysia pada pertengahan tahun 2020. Bila nanti dari hasil uji dan operasional test JF-17 memenuhi standar yang diinginkan, maka besar kemungkinan AU Malaysia akan melanjutkan pesanan selanjutnya dalam jumlah yang lebih besar.
Melihat dari segmen JF-17, beberapa analis menyebut pengadaan ini berbeda dari program pengadaan Fighter Lead-in Trainer (FLIT). Namun ada juga yang menyebut langkah ini diambil untuk menyiasati cekak-nya anggaran pertahanan Malaysia. Debut JF-17 Thunder belum lama ini mencuat setelah disebut-sebut terlibat dalam aksi dogfight di atas langit Kashmir. Jet tempur ini diklaim Pakistan telah menembak jatuh MiG-21 Bison AU India dengan rudal udara ke udara jarak dekat.
Model pengadaan dengan dalih evaluasi awal bukan yang pertama dilakukan, Kementerian Pertahanan Singapura telah memutuskan mengakuisisi 4 unit jet tempur stealth F-35 Lightning II untuk keperluan evaluasi, sebelum nantinya diputuskan membeli 8 unit lagi untuk membentuk formasi satu skadron penuh.
JF-17 Thunder adalah produksi Pakistan Aeronautical Complex (PAC), yang tak lain merupakan varian lain dari FC-1 Xiaolong, produksi Chengdu Aircraft Industries Corporation (CAC). Oleh CAC, filosofi pesawat tempur ini dirancang sebagai low cost fighter dengan desain airframe semi monocoque yang simpel dengan biaya produksi murah, namun tak meninggalkan kapabilitas tempur maksimal dengan persenjataan canggih. Bahkan untuk memaksimalkan jarak jangkau, Cina dan Pakistan telah menyiapkan air refueling probe untuk misi pengisian bahan bakar di udara.
Baca juga: Jadi Korban di Langit Kashmir, Inilah Sosok MiG-21 Bison yang Legendaris
Untuk sistem persenjataan, JF-17 Thunder ibarat mennggunakan dual operating sytsem, dimana JF-17 menggunakan interkoneksi standar NATO Mil-STD 1760 databus. Dengan digital interface yang disesuaikan oleh pabrikan, negara pengguna jet tempur ini dapat memasangkan jenis senjata asal Barat dan Timur, sepanjang user mampu membeli persenjataan yang dimaksud. (Bayu Pamungkas)
Hai admin,
Tiga hari yang lalu ada peluncuran LCU ADRI-LI di PT DRU unit Lamongan, tolong diulas ya.
Trus hari ini ada lagi berita kalo Garuda Indonesia mau beli drone BZK-005 sebanyak 3 unit, tolong diulas ya.
Lumayanlah daripada Pilot Nganggur
udeh lisensi rudal n radar aja yg banyak…
keunggulan secara airframe masih kalah dengan F16 type blok 52i .. tapi bila f16 cuman dibekali sidewinder kuno jarak pendek dan senjata mesin tidak akan bisa bertempur melawan jf17 dengan persenjataan baru rudal2 baru fan avionik baru .. Senjata dan rudal dari pesawat f16 kita yg harus ditingkatkan , minimal seperti skuadron sukhoi kita yg bersenjata rudal yg lengkap .. percuma 34 f16 tanpa senjata memadai
Lho? Bukannya tahun lalu kayaknya ada berita kalo Indonesia udah beli AMRAAM ya?
Mas Blue,
Si Sarden kurang gaul nggak baca berita.
Senat USA menyetujui menjual AMRAAM ke Indonesia… tentu sebagai bagian dari pengadaan F-16 block 5i, dan tentu saja pembelian NASSAM, bayangkan kalau tidak ada rudalnya…
Saya sih yakin USA mau menjual ini karena Indonesia sudah mendapatkan versi Russia yang digunakan oleh keluarga Sukhoi sehingga mereka harus mengimbangi jika ingin menempatkan Indonesia sebagai mitra… Seperti halnya penjualan Apache setelah Indonesia membeli Mi-35…
Keputusan yg cerdas dari malaysia
Toh cepat atau lambat pasti masuk era gen 5, jadi untuk saat ini ya mending f-16v dulu daripada galau om” pejabat mikir sanksi usa sekalian rayu tuh om sam buat mulusin ifx lumayan dpt gen 4,5 alias downgrade dri punya korsel. Untuk gen 5, dp aja dulu su-57e dgn alasan combat evaluation ntar klo dtang 1-2 biji.
mending danax bwt beli lisensi rudal R-27 for sukhoi & IFX, lisensi mesin jet ukroboron for sukhoi & IFX dan lisensi radar kholchuga
IFX itu berupa kerjasama, mirip seperti CN235 dulu, bila batch-1 selesai, maka kita jalan sendiri-sendiri, perjanjian-perjanjian modal-madul seperti radar, mesin, sensor lain dibuat sendiri-sendiri untuk korea dan untuk Indonesia
Masih berharap su57. tidak bakalan dibeli. pasca sanksi perdagangan komponen militer tahun 2014 oleh USA harga alutsista Rusia melesat tajam. Su57 diestimasi naik harga menjadi usd 220-230 juta. harga segitu bisa dapat 2 F35. kemahalan! India saja mundur. Turki ditawarkan saja menolak. Rusia cuma berani bikin 32 unit saja untuk AU Rusia
Pendapat pribadi sih kalo indonesia jadi akuisisi su-35 nanggung banget + mbulet, mending tunggu su-57e tahun 2020. Dana sekarang untuk su-35 dipakai dp buat su-57e jadi 2020 tinggal ambil tuh su-57e lumayanlah dapat gen 5 walaupun belum full stealth sperti f-22. Matengin dulu tuh komoditas apa yang emang berkualitas buat dibarter su-57e. Kalau terdesak kebutuhan waktu buat isi skadron yg ditinggal f-5 untuk sementara beli aja f-16v toh bisa jadi 2020 caatsa uda gak laku. Untuk IFX ya urusan lain lagi wkwkwk
pemerintah imbal dagang dulu duitx nanti tp rusia keberatan inginx duit dulu soal imbal dagang belakangan krn bolak balik akhirx d tunda negoisasix stlh pilpres itulah permasalahan hahahaha jd tunggu tgl 31 des 2019 SU-35
sepanjang user malay mampu membeli persenjataan yang dimaksud, indonesia cukup NASAM 2, THAAD & Aster 30 krn operasionalx murah tinggal d lock shoot more kills