Dari Pembom B-52, AS Sukses Uji Coba Peluncuran Rudal Hipersonik AGM-183A ARRW
|Meski kalah start dalam pengembangan rudal udara ke permukaan hipersonik dari Rusia, ada kabar bahwa Amerika Serikat telah mencapai fase terbaru pada jenis alutsista mutakhir ini. Setelah melangsungkan tahapan test flight pada pertengahan 2020, masih menggunakan wahana peluncur pembom strategis B-52H Stratofortres, pada 14 Mei lalu dilangsungkan uji coba perdana peluncuran rudal hipersonik AGM-183A ARRW (Air-launched Rapid Response Weapon).
Baca juga: Sedang Test Flight, Prototipe Rudal Hipersonik Trump Terlepas dari Pembom Strategis B-52
Dikutip dari airforcemag.com, uji coba peluncuran AGM-183A ARRW disebut merupakan momentum besar bagi AU AS, pasalnya sebelumnya sudah dilakukan tiga kali uji coba peluncuran yang berakhir dengan kegagalan. Di lepas pantai California Selatan, AGM-183A ARRW berhasil terpisah dari sayap B-52H Stratofortress, kemudian booster-nya menyala dan terbakar untuk durasi yang diharapkan dan rudal dapat terbang dengan kecepatan hipersonik—setidaknya hingga kecepatan di atas Mach 5.
Sebagai pelaksana uji coba adalah 419th Flight Test Squadron dan Global Power Bomber Combined Test Force dari Lanud Edwards California. “Tim penguji memastikan kami melaksanakan tes ini dengan sempurna,” kata Letnan Kolonel Michael Jungquist, komandan 419th Flight Test Squadron, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada media.
Keberhasilan peluncuran AGM-183A ARRW tercapai setelah lebih dari satu tahun mengalami kemunduran untuk program tersebut. Rudal itu gagal dalam tiga tes penerbangan dengan pendorong pada tahun 2021. Pada 9 Juni 2020, ARRW yang dibawa B-52 dilaporkan mengalami insiden, dimana rudal hipersonik yang ‘digendongnya,’ terlepas dari cantelan (hardpoint) secara tak sengaja.
Sebagai alutsista strategis masa depan, biaya yang digelontorkan untuk pengembangan ARRW jelas tidak murah. Pada periode 2021 – 2022, proyek yang dikembangkan DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency) untuk program Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC) telah menghabiskan dana US$300 juta. Sementara untuk program pengmbangan lanjutan di tahun 2023, sudah ada permintaan dana sebesar US$114,98 untuk melanjutkan tahapan uji coba.
Baca juga: Rusia Tuntaskan Fase Uji Terbang Rudal Hipersonik Tsirkon
AGM-183A ARRW (Arrow) proyeknya digarap oleh Lockheed Martin. Rudal ini menggunakan sistem boost-glide, di mana rudal didorong ke kecepatan hipersonik oleh roket yang dipasang sebelum meluncur menuju target. Rudal yang oleh mantan Presiden AS Donald Trump disebut sebagai “Super Duper Missile” ini dapat melesat hingga Mach 5 dan menjangkau sasaran sejauh 1.600 km. Selain diluncurkan dari pembom B-52, AGM-183A ARRW dapat diluncurkan dari pembom B-1B dan jet tempur F-15 Eagle. (Gilang Perdana)
@pangkat
Setuju banget.
Pengembangan rudal hipersonik US sekarang tidak lagi buat CBG killer atau nuclear missile seperti Cina & Rusia. Platform seperti Khinzal menggunakan modifikasi rudal balistik sudah diuji coba 20 tahun lalu
Program hypersonic glide vehicle US awalnya malah ditujukan buat pengganti SR71 Blackbird
Dan seperti @ayam dari 1990an lho pengembangan dan uji coba dilaksanakan. Disuspensi sekian lama karena faktor guidance. Makanya sensor, telemetri & AI yang pernah ditulis bung @ayam di komentar artikel lainnya jadi fokus US
Makanya cukup heran dengan komentar sana sini hanya karena melihat kegagalan tes 2 kali langsung ambil kesimpulan tanpa pikir panjang lebar program rudal hipersonik US ketinggalan
Rudal dengan teknologi sama sekali baru tantangan jelas lebih besar. Sudah tradisi US memilih langkah sulit dan mahal demi memastikan mereka tetap terdepan
Kalau mau mencari sumber valid tentang program hypersonic missile Amriki kunjungi thrdrive warzone bahkan tentang sejarah juga ada. Dari akhir 1990an baik Pentagon, DARPA & NASA sudah membangun banyak program dari (cmiiw) X37, X41, X42 & X47 serta project Aurora serta hypersonic glide vehicle w/t Pershing based. Mengapa akhirnya hiatus dsb semuanya cukup lengkap
@agato
Khinzal itu hypersonic glide vehicle berbasiskan Iskandr. AARW itu rudal species baru mengkombinasikan scramjet seperti Zircon dgn hypersonic glide vehicle seperti Khinzal. Tantangan membangun rudal yang tidak ada sebelumnya jelas lebih besar dibandingkan yang cuma modifikasi doang.
Amriki tahun 2000an sudah memodifikasi Pershing jadi hypersonic glide vehicle dan uji coba beberapa kali. Tidak dilanjutkan lebih jauh karena permasalahan akurasi. Salah satu sisi buruk dari penerapan hypersonic loft glide trajectory adalah berkurangnya akurasi secara signifikan. Pengembangan hypersonic missile Amriki S4:hiatus karena permasalahan tersebut.
Avangard & DF17 saja dikabarkan meleset puluhan kilometer
Telat? Hahaha proyek penelitian hipersonik mereka sejak dekade akhir 50an. Hanya saja As tidak mengejar utk pengembangan rudal anti kapal karena doktrin perang mereka. Sekedar info ICBM itu sudah hipersonik. Dengungan rudal anti kapal hipersonik awalnya adalah flexing propaganda karena belum dan ketidakmampuan China dan Rusia mengejar ketinggalan pengoperasian grup2 kapal induk sebagai proyeksi kekuatan global. Mbok literasi ditingkatkan.
@wk
ARRW ini rudal baru lain dgn Cino & Ruskies yang modifikasi SRBM, IRBM atau ICBM
Amriki demen ambil langkah sulit dgn biaya gede. Tujuan pembangunan hypersonic missile bukan lagi sekedar strategic nuclear missile tapi kini ke arah tactical missile terutama SEAD mission. Ambisi Amriki yaitu hypersonic missile bobot kurang dari 800 kg bisa terpasang di internal weapon bay F35
S500 dll jadi korban empuk hypersonic missile seperti itu
Beda banget Bung Jago, Pada dasarnya Khinzal itu cuman roket balistik biasa jarak pendek yg diangkut pake pesawat, itulah kenapa bodinya tetap besar dan hanya sedikit yg bisa membawanya karena rodal balistik biasa membutuhkan bahan bakar dalam jumlah yg besar untuk menjangkau sasaran yg jauh dg cepat. AGM-183A ARRW yg lebih menekankan pada mesin scramjet yg membuatnya bisa menjangkau sasaran dari jarak yg jauh walopun hanya memiliki bahan bakar yg lebih sedikit. Otomatis AGM-183 lebih mudah dibawa oleh berbagai macam platform. Bahkan mungkin bisa saja dibawa oleh UAV HALE/MALE macam Predator atau Global Hawk. USA bisa menciptakan serangan balasan yg sangat cepat buat Rusia di Eropa dan menciptakan kemampuan AA/AD bagi China di Selat Taiwan, LCS dan Laut China Timur tanpa takut ancaman rudal ASBM China.
@Dion : Tidak semudah itu mas bro…
Struktur rangka pada pespur Sukhoi MKI India telah dilakukan modifikasi sebelum bisa diterapkan Brahmos versi udara.
Selain itu, rudal Brahmos untuk versi udara juga belum diproduksi dalam jumlah banyak oleh India.
Brahmos versi udara lebih ringan, lebih pendek dan lebih kecil dari versi darat.
Untuk negara super power seperti Amerika terbilang telat untuk uruan rudal hipersonik.
Rusia lalu China sudah lebih maju
Sedangkan Indonesia masih mutar muter di roket 🤣🤣🤣
Kita harus mengakusisi BRAHMOS AIR LAUNCH buat Sukhoi biar DUO sama Rafale AIR LAUNCH EXCOCET…
Konsep sama seperti Khinzal yaitu air launched hypersonic glide vehicle. Tapi beda pengaplikasian. Khinzal dari modifikasi hypersonic SRBM Iskandar sedangkan ARRW konsep baru dengan bobot 1/3 Khinzal tapi range & speed sama (2000 km & Mach 10). Apalagi dengan rencana jangka panjang bisa dipakai di F35. Challenge di ARRW jelas lebih gede dibandingkan program Khinzal
Justru patut dilihat kedepan pengembangan Khinzal nantinya terutama menyangkut masalah akurasi. Pengembangan sensor bisa 10 kali lipatnya dari pengembangan rudal doang apalagi dengan hujan sanksi yang menimpa Ruskies imbas invasi ke Ukraina