Bukti Kemandirian, PT Len Industri Pasok Tactical Data Link untuk TNI AL dan TNI AU
|
Koordinasi antar matra baik darat, laut, maupun udara beserta seluruh komponen tempurnya menjadi kunci kesuksesan sebuah misi. Namun, kompleksitas berbagai jenis alat utama sistem senjata (alutsista) yang digunakan, serta situasi taktis yang senantiasa bisa berubah dapat memperumit koordinasi dan mempersulit untuk mendapatkan situasi tempur atau situasional awareness yang terkini dan valid.
Di sinilah peran sebuah sistem Tactical Data Link (TDL) mendukung keefektifan operasional dengan mendistribusikan informasi melalui gelombang radio maupun kabel data yang dilengkapi dengan standar keamanan data tertentu.
Direktur Utama PT Len Industri Bobby Rasyidin dalam siaran pers yang diterima Indomiliter.com (18/3/2022) menjelaskan, “Dengan semangat kemandirian teknologi pertahanan, Len berhasil mengembangkan Communication Tactical Data Link System (CTDLS) yang telah digunakan baik dalam latihan gabungan maupun operasi militer di Indonesia. CTDLS ini kami namakan CTDLS Link ID di matra udara, lalu NCS Link ID di matra laut.”

Pengembangan CTDLS Link ID dilatar belakangi adanya kebutuhan pengawasan dan pengamanan yang dapat menjangkau seluruh wilayah Republik Indonesia oleh TNI AU. Oleh karenanya diperlukan interoperabilitas antar alutsista TNI AU dalam pelaksanaan operasi gabungan yang melibatkan berbagai alutsista.
“CTDLS Link ID memiliki fungsi mendistribusikan data taktis informasi tempur, menciptakan gambaran situasi tempur yang sama dan menyeluruh antar unit, dan meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dan koordinasi sehingga operasi militer bisa lebih efektif dengan tingkat keberhasilan yang tinggi,” jelas Bobby.

Sejak 2015, CTDLS buatan Len sudah digunakan di pesawat patroli maritim, pusat komando dan pengendali (Puskodal) TNI AU, serta beberapa unit Kapal KCR TNI AL. CTDLS Link ID memiliki persentase Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai lebih dari 50 persen.
Keberhasilan tersebut menjadikan Len sebagai perusahaan dalam negeri yang berpengalaman dan sangat siap untuk membangun serta mengimplementasikan konsep sistem alutsista terintegrasi C5ISR (Command, Control, Communication, Computer, Cyber, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance) sesuai doktrin dan kebutuhan pertahanan TNI di Indonesia.
Mendukung Doktrin Peperangan Modern NCW dan Kedaulatan Komunikasi Data Taktis
Perbedaan utama antara doktrin peperangan modern Network Centric Warfare (NCW) dibandingkan doktrin lawas Platform Centric Warfare adalah terhubungnya semua platform/unsur dalam sebuah jaringan komunikasi data, sehingga pertukaran data taktis dapat dilakukan untuk menciptakan situational awareness yang lebih luas, cepat dan akurat. Sehingga peran Len di sini adalah sebagai integrator sistem semua matra.
“Implementasi sistem komunikasi data taktis atau Tactical Data Link (TDL) memegang peranan penting dalam konsep NCW. Sudah seharusnya sebuah negara memiliki sistem komunikasi data taktis sendiri yang berdaulat,” ujarnya.
Kebaruan teknologi dalam sistem CTDLS Link ID hasil pengembangan Len yakni adanya standar protokol komunikasi data taktis nasional yang baru, yaitu Link ID. Selain itu juga desain sistem komunikasinya sesuai dengan kebutuhan doktrin TNI dan kemudahan konfigurasi sesuai dengan keberagaman alutsista yang dimiliki TNI.
Pengembangan CTDLS Link ID dimulai dengan melakukan riset teknologi meliputi desain sistem, desain software, desain hardware, dan pendefinisian konsep. Setelahnya dilanjutkan dengan implementasi sistem. CTDLS Link ID mampu mengintegrasikan berbagai jenis populasi alutsista indonesia yang beragam baik itu alutsista buatan dalam negeri maupun alutsista yang berasal dari Blok Barat dan Blok Timur.
Potensi jenis alutsista yang dapat diinterkoneksikan menggunakan CTDLS Link ID maupun NCS Link ID antara lain :
• TNI AU: Pesawat angkut, helikopter, drone, sistem senjata hanud, pesawat tempur dan radar GCI
• TNI AL: Frigate, Korvet, Kapal Cepat Rudal, Kapal Patroli, Kapal Patroli Cepat
• TNI AD: Tank Tempur Utama, Tank Tempur Ringan, Kendaraan Tempur Lapis Baja, Kendaraan Angkut Personel, Kendaraan Komando Taktis.
Link Kartika tak disentuh samasekali
TNI AD strong!!
CTDLS Link ID platformnya apa nih. F16 MLU sudah terpasang Link 16. TNI AL masih pakai LENLink berbasiskan Link Y generasi lawas
Atau menggandeng Yunani. Kalau kejadian pakai Spectre Link rasa lokal bakal seperti Singapore & Brasil
Alhamdulillah TDL TNI AU & AL ada kejelasan
Menariknya ada momen kunjungan Menhan Prabowo ke Yunani & Prancis justru basis Link ID LEN pakai platform apa. Dari Prancis atau Yunani. Semoga Yunani yang dipilih karena ada Ishellas perusahaan konsorsium Yunani & Israel yang juga membikin SCYTALIS untuk TNI. Apalagi platform alutsista TNI lumayan gado-gado
Hohoho
Barang haram yang dihalalkan. Via Yunani
Mantap!!
Mengikuti jejak Singapura, India & Brasil. Sama-sama mengedepankan vendor lokal bedanya mereka langsung ke sumbernya sedangkan kita pakai jalur negara lain
Dari 2015 TNI sudah melirik Spectrelink buat TDL TNI AU & AL. Awalnya mengincar Lygarion tetapi proposal & presentasi Ishellas tahun 2017 ternyata lebih menggoda
Mantap PT Len 👍👍
Thnx @admin memunculkan artikel ini
Artinya ada arah jelas pengembangan NCW buat TNI AU & AL. Rasanya gemes banget justru yang melek pentingnya NCW justru TNI AD
Tapi menariknya pengembangan CTDLS Link ID tak seheboh misalnya Link Kartika atau LENLink dimana beberapa pihak mengungkapkan beberapa basis platform dari hardware & software yang dipakai. Tapi untuk CTDLS Link ID lumayan tertutup. Bau-baunya mengadopsi platform TDL Israel seperti yang dipakai India nih dan demi menghindari protes & polemik di kemudian hari
@ayam
Pakai barang zionis ya!!
Para kaum nasionalis overproud ditunggu komentarnya nich
Ada yang mau saya tanyakan om. Apakah di custom total seperti Link Kartika atau custom terbatas seperti LENLink?
Diam diam, TNI secara bertahap serius mengimplementasikan konsep ncw, apalagi ini diproduksi dan dikerjakan industri pertahanan dalam negeri, bravo
Tinggal satelit militer dan meminang beberapa unit Airborne Early Warning & Control (AEWC) karena sejauh ini, Indonesia, dalam hal ini TNI AU baru memiliki pesawat pengintai udara Boeing 737-200. Pesawat itu, memiliki kemampuan SLAMMR, Infra Red Detection System, Search Radar, dan seluruh sistem navigasi serta komunikasi, sementara itu, TNI AL memiliki CN-235 MPA yang dilengkapi sistem navigasi, komunikasi, dan misi. Pada Desember 2009, TNI AL membeli 3 unit CN-235 MPA.
Kemungkinan sebelum kedatangan atau telatnya berbarengan dengan kedatangan Rafale atau F-15ID serta FREEM, ArrowHead-140 dan Scorpone akan didukung juga satelit militer.
TNI AU : Pesawat angkut, helikopter, drone, sistem senjata hanud, pesawat tempur dan radar GCI
TNI AL : Frigate, Korvet, Kapal Cepat Rudal, Kapal Patroli, Kapal Patroli Cepat
TNI AD : Tank Tempur Utama, Tank Tempur Ringan, Kendaraan Tempur Lapis Baja, Kendaraan Angkut Personel, Kendaraan Komando Taktis.
Setelah memperkenalkan Radar Ground Controlled Interception (GCI) yang merupakan bagian dari konsorsium produksi Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan yang melibatkan PT. Len Industri (Persero), LAPI ITB, Radar Telekomunikasi Indonesia dan Infoglobal Teknologi Semesta.
Radar ini juga merupakan bagian dari program command, control, communication, computer, intelligence, surveillance and reconnaissance (C4ISR). Radar ini dilengkapi command and control.
Saat beroperasi, pengontrol radar GCI dapat memberikan panduan dan pengawalan bagi pesawat tempur dalam rangka pencegahan maupun pencegatan.
Radar GCI memiliki peran penting dalam membangun Network Centric War (NCW).
Slow but sure on the right track, alusista kita kedepan akan lebih baik dan lebih terorganisir dengan system NCW tersebut.
@dista
Disini tak ada yang mempermasalahkan barang zionis. Kita lumayan tertinggal dalam NCW di kawasan ASEAN
Saat ini cuma 2 negara untuk urusan membangun TDL & NDL berani kasih akses besar untuk negara dunia ketiga dari source code, software development kit hingga kebebasan kustomisasi yaitu Swedia & Israel
PT. LEN tak ada kerjasama dengan Saab tapi memiliki kerjasama dengan Thales, Leonardo & Ishellas. Thales Link Y patut dicoret karena tak memberikan akses penuh seperti TIDLS & SpectreLink. Leonardo lebih condong ke Link 16 yang sangat tertutup dalam hal akses
Pemerintah menginginkan program CTDLS Link ID seperti Link Kartika TNI AD dgn mengedepankan vendor lokal baik software dan hardware
Status CTDLS Link ID saat ini masih versi Alpha
bikin komunikasi aman sudah, bikin radar sudah, bikin komunikasi data sudah, berarti sudah saatnya PT. LEN bikin jammer untuk peperangan elektronik, kalo berhasil bikin alat penjejeak target atau pengendali