Bukan Empat, Indonesia Akan Terima Enam Unit Drone Intai ScanEagle
|Kabar mengenai TNI AL akan diperkuat drone intai ScanEagle sudah berhembus sejak tahun lalu. Pada Februari 2018 disebutkan Indonesia akan menerima empat unit ScanEagle buatan Boeing Insitu. Meski begitu, ScanEagle yang nantinya akan dioperasikan Puspenerbal belum juga terlihat tiba di Indonesia, sementara AL Filipina justru telah menerima enam unit ScanEagle pada Maret 2018. Sebelumnya disebutkan ScanEagle untuk TNI AL akan tiba pada pertengahan 2018.
Baca juga: Skadron Udara 700 Puspenerbal, Dibentuk dengan Kekuatan Drone ScanEagle
Meski terkesan molor dari jadwal, dikutip dari Janes.com (3/4/2019), Indonesia nantinya akan menerima enam unit drone ScanEagle, bukan empat unit seperti yang diberitakan sebelumnya. Belum lama berselang Kementerian Pertahanan AS telah memberikan nilai kontrak pengerjaan senilai US$9 juta kepada Boeing Insitu untuk menangani pesanan ScanEagle untuk Indonesia.
Seperti halnya pesanan untuk Filipina, Malaysia dan Vietnam, ScanEagle untuk diberikan lewat program pembangunan kapasitas untuk angkatan laut Asia Tenggara yang dikenal sebagai Maritime Security Initiative (MSI). Sementara kontrak pengadaan dilakukan melalui skema Foreign Military Sales (FMS).
Masih dari sumber yang sama, dikatakan bila kontrak pembuatan drone untuk Indonesia akan tuntas pada Mei 2022. Bila hal tersebut benar, maka ScanEagle masih akan lama tiba di Indonesia. Bila nilai pengadaan enam unit ScanEagle untuk Indonesia adalah US$9 juta, maka enam unit yang sama untuk Filipina disebut-sebut mencapai US$13,2 juta. Nilai tersebut sudah mencakup harga drone berikut sensor, suku cadang dan perangkat pendukungnya.
Sesuai kebutuhan, ScanEagle akan difungsikan untuk misi kontra terorisme, intai maritim terbatas, operasi keamanan sampai mendukung tugas SAR (Search and Rescue). ScanEagle dilengkapi sensor thermal beresolusi tinggi DRS E6000. Sensor ini menyediakan resolusi 640×480 pixels dengan 25 micron pitch. ScanEagle juga dilengkapi short-wave infrared camera buatan Goodrich Sensors.
Baca juga: Qods Yasir UAV – ‘Kembaran’ ScanEagle dari Hasil Reverse Engineering
Walau bukan masuk kelas drone MALE (Medium Altitude Long Endurance), namun dengan desainnya yang unik, ScanEagle dapat mengudara sampai 22 jam 10 menit. Bahkan pada uji coba dengan bahan bakar JP5, endurance ScanEagle bisa sampai 28 jam 44 menit di udara. (Gilang Perdana)
Lha kan isis g pake drone usa.
Cuman mau nanya… Indo beli drone… Apa mungkin drone itu nanti akan ada gps? Atau alat yang memungkinkan manufactur pembuat mengetahui posisi drone tersebut?. Kalo iya, jika ada perang kemudian lawan tersebut bekerjasama dengan pembuat yang mempunyai gps tersebut berarti posisi drone sudah diketahui?
lha yang perang itu siapa ??? kalo misal mau perang ya perang aja ga usah mikir gps , buktinya di suriah pun amerika juga kesulitan mengidentifikasi isis dan lainnya padahal bos gps
Gilaa tuntasnya smpe taun 2022 lama bgt skrng aja msh 2019 blm nongol2 barangnya pdhl gk secanggih drone intai amrik yg laen… @Omadmin klo kendaraan ranpur buatan inggris kan terkenal dilengkapi pemanas air buat nyeduh teh, nah klo di tank scorpion sama apc stormer ada jg kah alatnya?? klo ada sepertinya menarik buat diulas hehe
Ada gak ya ? Inisiatif program kayak gini hibah MSI dari Russia ? Ah ngayal aja gua deh.
Gue kira alutsista buatan rusia aja yg molor, dari amerika juga ternyata yg cuma buat drone lebih lama dari buat pespur.
Berbeda dong Rusia bayar saja dapat molor, yang ini gratisan mau cepat…
Prioritasnya diturunin kaleee…
Karena diduni tidak ada sesuatu yang instan
Toll betoolll… pdhl ini drone tugasnya cma ngeliat kebawah doang gk smpe hrs nembak rudal ukurannya jg kecil tpi bsa smpe lama gtu
Sudah dibayar nggak…wkwkwkk…LoL
Kalau belum dibayar, hanya teken kontrak doang mana mau perusahaan mau ngirim…wkwkwkwk…LoL
Bkn masalah bayar blm bayarnya tpi emg proses akuisisi senjata dari amrik emg sering lama krn bnyk ini itu dan hrs dpt persetujuan dari kongress segala macem.. apache ad misalnya pesen 8 biji taun 2013 baru dateng 5 taun kemudian (2018)
Kalau apache itu antri bung
banyak sekali pesanan
Ya jelas dong harus ada ijin dari perlamen dan sebagainya
tak usah jauh jauh, PINDAD aja jual ANOA ke luar negeri harus ada ijin dari DPR, PRESIDEN dan DEPHAN, malah tambah ribet
Kalau pingen cepet beli aja Ketoprak atau Terang Bulan…WKWKWKWK LOL LOL