Qods Yasir UAV: ‘Kembaran’ ScanEagle dari Hasil Reverse Engineering
|Sejak tahu 2005, AL Amerika Serikat (US Navy) kerap mengandalkan drone/UAV (Unmanned Aerial Vehicle) ScanEagle untuk tugas intai maritim. Karena dipandang ampuh dan mudah dalam deployment, drone buatan Boeing Insitu ini juga laris digunakan oleh negara-negara yang dekat dengan AS. Sebagai pengguna terbesar di luar AS adalah Australia, Inggris, dan Jepang. Indonesia pun dijadwalkan akan mendapat 4 unit ScanEagle sebagai bagian dari hibah dalam program pembangunan kapasitas angkatan laut Asia Tenggara yang dikenal sebagai Maritime Security Initiative (MSI).
Baca juga: Skadron Udara 700 Puspenerbal, Dibentuk dengan Kekuatan Drone ScanEagle
Singkat cerita, ScanEagle dengan kemampuan long endurance ini tak ‘sembarangan’ di pasarkan oleh AS. Namun, ada cerita menarik tentang ScanEagle, bahwa Iran sebagai salah satu rival terberat AS di Timur Tengah, ternyata mempunyai ‘kembaran’ ScanEagle. Bisa disebut kembaran, lantaran drone yang disebut sebagai Qods Yasir (Sayed-2) rancangan Qods Aviation Industry Company, dibangun dari hasil reverse engineering atas ScanEagle yang asli.
Dikutip dari Wikipedia.org, pada 4 Desember 2012, sebuah ScanEagle dilaporkan berhasil ‘ditangkap’ otoritas pertahanan Iran setelah disebut-sebut melakukan pelanggaran udara di wilayah Teluk Persia. Namun pihak AS sebaliknya menyebutkan tidak ada satu pun drone ScanEagle-nya yang hilang di Teluk. Kemudian berkembang update, bahwa ScanEagle yang ditangkap Iran bukan milik AS, dan pada 17 Desember 2012, Pemerintah Iran menyebut telah mendapatkan 3 unit ScanEagle.
Iran pun tak tinggal diam mendapatkan barang tangkapan ini, rekayasa ulang dan produksi missal pun digelar. Dalam hitungan bulan, pada September 2012, Iran telah merilis ke media sosok kembaran ScanEagle yang disebut sebagai “Yasir.”
Dari tampilan bagian depan dan fuselage, Yasir mirip ScanEagle, hanya saja ada perbedaan mendasar pada bagian ekor, dimana Yasir menggunakan sayap vertical terbaik (V-tail) dan twin-boom empennage. Jenis mesin Yasir belum dapat diididentifikasi, selain mesin menggunakan dua bilang baling-baling. Payload-nya serupa dengan ScanEagle, pada bagian muka dijejali perangkat elektro optik. Beberapa sumber menyebut Yasir dipersiapkan sebagai drone kamikaze, lantaran drone ini dipersiapkan membawa bahan peledak.
Baca juga: Uvision Hero 30 – Drone Khusus untuk Misi “Kamikaze”
Qods Yasir punya panjang 1,19 meter, lebar bentang sayap 3,05 meter, serta bobot 18 kg. Sebagai perbandingan, ScanEagle punya panjang 1,71 meter, lebar bentang sayap 3,11 meter, bobot kosong 18 kg, serta bobot maksium saat take-off 22 kg. Qods Yasir mampu melesat dengan kecepatan jelajah 120 km per jam, endurance di rentang 8 – 20 jam, dan ketinggian terbang maksimum 4.60 meter.
Walau banyak analis menyebut Yasir punya performance jauh di bawah ScanEagle, perlu dicatat bahwa Yasir sudah kerap dilibatkan Iran sebagai wahana intai di Lebanon, Irak, dan Suriah. (Gilang Perdana)
reverse engin mah kagak, salah info itu.
wong drone granat-2 punyak rusiyah aja jatuh di ukraina, setelah diteliti ternyata komponennya buatan amrik, sisanya kelacak buatan jerman.
jadi bukan reverse enjin, wong org cinak aja bisa buat hp sendiri, modul2 nya bisa beli di pusat hardware di cinak, diwawancarai sama stasiun tv asing, distributor asal cinak tinggal nyomot modulnya apa, layarnya apa, casingnya apa gampang kan tinggal rakit lalu jadi 😂😂😂😂😂😂😂
apalagi buat drone, klo sudah ada contohnya tinggal jiplak, lihat modulnya apa lalu tinggal samain, 😂😂😂😂😂😂😂
Kl bs buat drone siluman yg jarak serang 5000km d lengkapi rudal nuklir kcl
Seharusnya Indonesia melakukan reverse engineering juga. Tergantung kemauan dan dana.
Saya juga sering ikut tim reverse engineering berbagai peralatan.
Lha kok gak mulai bikin rin….komen doang 🙆
balik lagi om woof ?
si ruskye kemana ?
ILmu apa sajasih yang harus dikuasai dalam hal pembuatan dan pengembangan drone, dan juga mengapa indonesia masih sangat sulit dalam mendesain drone yang “SANGAR” dari bentuk fisiknya, mungkin admin dan kawan2 bisa memberikan penjelasannya…
Yang sulit itu di controller dan relay controller terutama SDM dan dana pengembangan. Kalau itu sudah di kuasai penuh cn235 juga bisa di buat versi UAV nya seperti pesawat Piaggio Avanti yg di buat versi UAV.