Bukan Cuma Rafale, India Kerahkan Perdana Rudal Hanud S-400 Saat Hadapi Serangan Balik Pakistan
|Selain pengerahan perdana jet tempur Rafale dalam Operasi Sindoor, Angkatan Udara India juga untuk pertama kalinya mengerahkan sistem rudal hanud (pertahanan udara) buatan Rusia, S-400 Triumf dalam menghalau serangan balik jet tempur Pakistan. Pada malam 7 Mei 2025, pertahanan udara India menghadapi ujian saat Pakistan meluncurkan rentetan serangan drone dan rudal yang menargetkan instalasi militer di India utara dan barat.
Sebagai informasi, di tangan India, sistem hanud S-400 diberi label sebagai “Sudarshan” dan dioperasikan oleh Angkatan Udara India (IAF).
Angkatan Udara India, yang mengerahkan sistem hanud S-400 mencegat dan menetralkan ancaman yang masuk, menandai penggunaan tempur pertama sistem tersebut di tangan India. Peristiwa tersebut, yang dilaporkan oleh sumber pertahanan India ke media lokal, tidak hanya menyoroti peran sistem dalam menjaga aset strategis tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang implikasi strategis dan ekonominya dalam peperangan modern.
S-400 Triumf, yang dikenal NATO sebagai SA-21 Growler, adalah sistem rudal permukaan-ke-udara bergerak yang dikembangkan oleh perusahaan Almaz-Antey Rusia. Dirancang untuk melawan berbagai ancaman udara, sistem ini dapat menyerang target pada jarak hingga 400 kilometer dan ketinggian 30 kilometer.
Komponen inti sistem ini meliputi radar multifungsi untuk peringatan dini, pusat komando dan kendali, dan peluncur bergerak yang dilengkapi dengan berbagai jenis rudal. Versi India menggunakan campuran pencegat, seperti 40N6E jarak jauh, yang mampu menyerang target pada jarak 400 kilometer, dan 48N6E3 jarak menengah, yang dioptimalkan untuk jarak hingga 250 kilometer.
The Indian Air Force deployed its S-400 air defence systems on Wednesday night and foiled an aerial attack by Pakistan in retaliation for Operation Sindoor, sources said today.
Read in detail: https://t.co/s7i9RqI5cL | @Manjeetnegilive #S400 #DefenseSystem #OperationSindoor… pic.twitter.com/5CktaNo972
— IndiaToday (@IndiaToday) May 8, 2025
Rudal jarak pendek 9M96E2 memberikan presisi terhadap target lincah seperti pesawat nirawak dan rudal jelajah. Radar array bertahap sistem ini dapat melacak hingga 300 target secara bersamaan, menjadikannya alat yang tangguh terhadap skenario multi-ancaman yang kompleks.
Tidak seperti sistem rudal hanud Akash yang buatan India, yang berfokus pada pertahanan jarak menengah, atau Barak-8 yang dirancang Israel khusus untuk perlindungan laut dan pesisir, maka S-400 menawarkan jangkauan dan fleksibilitas yang berada di atasnya, memposisikannya sebagai landasan jaringan pertahanan udara berlapis India.
Perjalanan India untuk memperoleh S-400 dimulai pada tahun 2015, didorong oleh meningkatnya ancaman dari Pakistan dan Cina. Pada bulan Oktober 2018, selama pertemuan puncak antara Perdana Menteri Narendra Modi dan Presiden Rusia Vladimir Putin, India menandatangani kontrak senilai US$5,43 miliar untuk lima batalyon S-400, meskipun ada peringatan dari Amerika Serikat tentang potensi sanksi berdasarkan Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA).
Batalyon pertama tiba pada bulan Desember 2021, dengan penempatan di Punjab dan Rajasthan untuk melawan ancaman dari Pakistan dan di sepanjang perbatasan timur untuk menghadapi ancaman dari Cina. Pada tahun 2023, tiga skuadron beroperasi, dengan dua skuadron terakhir diharapkan pada tahun 2026.
Untuk Pertama Kali, India Sukses Uji Coba Sistem Hanud Rudal S-400 “Sudarshan”
Setiap batalyon memiliki Mobile Command Center, beberapa jenis radar, dan delapan kendaraan peluncur. Dengan demikian, total India akan memiliki 5 Mobile Command Center, hingga 10 radar, dan 40 peluncur (8×5 = 40). Setiap peluncur dapat meluncurkan 4 rudal sekaligus, maka total S-400 India dapat menembakkan 160 (40×4) rudal sekaligus.
Kemampuan India untuk mengurangi tekanan AS dan mengamankan keringanan sanksi melalui saluran diplomatik, mencerminkan tindakan penyeimbangan strategisnya antara kemitraan Barat dan Rusia.
Tidak seperti Cina, India menjadi anggota MTCR (Missile Technology Control Regime), yang artinya India bisa mendapatkan rudal hanud S-400 dari semua tipe dan jarak, hingga 400 km dari Rusia. Dengan demikian, dari segi jumlah rudal yang dapat diluncurkan dalam satu waktu dan jarak jangkau rudal yang 400 km, India jelas diunggulkan. (Gilang Perdana)
Sama-sama Pengguna Sistem Hanud S-400 dari Rusia, Inilah Beda Antara Milik Cina dan India
Dan yang pasti system AD Pak dg HQ-9B dari China tidak berfungsi dg semestinya!
buktinya daerah Khasmir-Pak rontok dihajar rudal” India
india pakistan mungkin tipis tipis kalau perang nuklir, tapi setidaknya bisa agak berbeda dengan rusia ukraina yang salah satu pihak kayak kebelet banget pengen bisa adu jamur jamur itu ya
Rafale BUSTER 🦂9 Mei 2025 pukul 11.52
Rontoknya Rafale tak terhindarkan, sebab kedua negara memiliki pesawat AEWEK…….emang mereka jagoan AEWEK dikawasan Asia Selatan ☝️
Sebagai pespur gen 4,5 yg non siluman maka dia mengandalkan kemampuan nap on the earth dalam menembus/mengelabui pantauan radar Pakistan….dan baru “pop up” saat saya sudah mendekati sasaran utk melepas smart weapons/bomb.
Tapi dg kepemilikan pesawat AEWEK oleh kedua negara, maka skill nap on the earth ini jadi mandul karena bisa terdeteksi oleh pesawat AEWEK Pakistan yg segera MENGORKESTRASI perlawanan THD rombongan pespur penyusup milik India sekaloligus memberi koordinat akurat, kemana harus melepas rudal BVRAM ☝️
Jadi dalam kondisi seperti ini memang jatuhnya pesawat Rafale tak terhindarkan……sekaligus memberi penegasan urgensi utk memiliki pespur gen 5 yg benar-benar SILUMAN 👻👍💪
BalasHapus
Balasan
Rafale BUSTER 🦂9 Mei 2025 pukul 11.54
AEWEK dan datalink adalah 2 faktor utama yg tidak ikut bertempur secara fisik tapi menentukan jalannya pertempuran 💪💪💪