BRP Conrado Yap (Filipina): Korvet ‘Second’ dengan Bekal Senjata Maksimal
|Melihat percepatan pembangunan armada laut Filipina saat ini, seolah mengingatkan pada pembangunan postur kekuatan TNI AL di dekade 80/90-an, dimana guna mendapatkam proyeksi armada laut yang relatif memadai, murah dengan proses cepat, maka akuisisi kapal perang bekas pakai menjadi pilihan yang paling mujarab. Seperti baru-baru ini AL Filipina resmi menerima kedatangan BRP Conrado Yap, yang tak lain adalah eks korvet AL Korea Selatan (ROKS Chungju).
Baca juga: Jose Rizal Class – Frigat Multirole Semi Stealth Kebanggaan AL Filipina
Meski tidak ada yang terlalu istimewa dari korvet produksi Korea Tacoma Shipyard ini, namun tak bisa dipungkiri bahwa ada kesan tersendiri dari korvet yang berjaya di dekade 80-an ini.
Meski status bekas pakai, BRP Conrado Yap adalah korvet yang mengandalkan tenaga dari Combined diesel or gas (CODOG), ini artinya ada mesin turbin gas dan mesin diesel di kapal perang berbobot 1.220 ton ini. Mesin turbin gas-nya mengandalkan 1 × General Electric LM2500 PB yang menghasilkan tenaga 27.820 shp (20.700 kW). Sementara mesin dieselnya berupa 2 × MTU 12V956 TB82 dengan totan tenaga yang dihasilkan 6,260 shp (4.670 kW). Mirip dengan korvet Parchim Class milik TNI AL, desain korvet BRP Conrado Yap awalnya dirancang untuk misi anti kapal selam.
Dengan mengadopsi CODOG, BRP Conrado Yap dapat melesat dengan kecepatan maksimum 32 knots. Dalam kondisi bahan bakar penuh, korvet dapat berlayar sejauh 7.400 km pada kecepatan jelajah 15 knots. Sementara untuk endurance adalah 20 hari tanpa harus bekal ulang.
Bekal utama untuk mengeliminasi monster bawah laut addalah Raytheon AN/SQS-58 hull mounted passive/active sonar, dan untuk peran penghancuran kapal selam andalan korvet ini adalah 2 x Mk. 32 triple torpedo launchers yang meluncurkan torpedo ringan 324 mm. Tidak itu saja, ada bom laut dalam 12 × Mk.9 Depth Charge Racks. Lain dari itu, Korea Selatan nampak ingin menonjolkan kemampuan fire power pada senjata permukaan. Seperti dapat dilihat pada bagian haluan terdapat meriam reksi cepat OTO Melara 76 mm dan kanon laras ganda Otobreda 40mm L/70 twin naval guns.
Nah ada yang tak lazim, kedua paket senjata di haluan tersebut ternyata juga diadopsi dalam konfigurasi yang sama di bagian buritan, jadilah ada kanon kembar untuk OTO Melara 76 mn dan Otobreda 40mm L/70 twin naval. Konfigurasi tersebut menjadikan postur kekuatan kapal perang ini merata pada bagian depan dan belakang. Sementara untuk perlindungan terhadap ancaman serangan udara, Filipina telah menyiapkan dudukan untuk peluncur Simbad untuk rudal MANPADS Mistral.
Selain pemasangan peluncur Mistral Simbad, Filipina juga memasangkan crane untuk proses loading dan unloading RHIB (Rigid Hull Inflatable Boat), dimana ada dua unit RHIB yang disiapkan pada lambung kapal.
Saat dioperasikan AL Korea Selatan, korvet ini masuk dalam Pohang-class corvette. Generasi awal kapal perang ini dilengkapi empat peluncur rudal anti kapal Harpoon, meski seiring uzurnya penggunaan kapal perang ini, menjadikan opsi Harpoon dihapus di Pohang Class. Uniknya, Pohang Class tergolong korvet laris, total ada 24 unit korvet ini yang berhasil dibuat, dimana 18 unit saat ini masih beroperasi, bukan hanya oleh Korea Selatan dan Filipina, Pohang Class juga digunakan oleh Vietnam, Mesir dan Peru.
Baca juga: Frigat Hamilton Class Cutter Filipina Dilengkapi Radar Saab Sea Giraffe AMB
Kembali ke BRP Conrado Yap, korvet ini diluncurkan pada Mei 1987 dan masuk masa purna tugas pada 27 Desember 2016. Dan etelah lama mangkrak di pelabuhan, baru pada 5 Agustus 2019 kapal ini resmi berpindah tangan ke AL Filipina dengan identifikasi nomer lambung PS-39. Pada 18 Agustus 2019, BRP Conrado Yap diwartakan telah sandar di Pelabuhan Manila. (Gilang Perdana)
Spesifikasi BRP Conrado Yap:
– Displacement: 1,220 tons
– Length: 88 meter
– Beam: 3 meter
– Draft: 0,88 meter
– Crew: 118
– Sensors and processing systems: X-band & S-band navigational radars/ Raytheon AN/SPS-64(V)5B surface search radar/ Signaal (Thales Nederland) WM-28 Fire Control System/ Signaal (Thales Nederland) LIOD optronic director dan Raytheon AN/SQS-58 hull mounted passive/active sonar
– Electronic warfare & decoys: 2 × Loral Hycor Mk.34 Rapid Blooming Offboard Countermeasures (RBOC) Chaff and Decoy Launching System
Buat apa pakai Smart-L lagi?
Sekarang sudah ada NS-200, radar surveillance AESA dengan jangkauan 400 km!
Cocok untuk fregat idaman dengan kemampuan air defense dan jarak tempuh 9000 nautical mile atau lebih.
Kalau untuk korvet baru dengan jangkauan 4000 – 5000 nautical mile, saya pilih radar NS-100 radar S band dengan jangkauan 280 km.
Untuk fregat baru dengan VLS 32 cell mk. 41 itu bisa untuk tampung 8 nsm2, 12 asroc dan 48 essm. Jika ditambah 2 searam berisi 11 misil dan 2 milenium gun, serta 1 naval gun 127 mm, itu sudah lompatan besar bagi kita.
Itu aja dicoba 2 biji frigate dulu untuk 3 tahun masa pembangunan kapal dan 1 tahun sea trial.
3 tahun + 1 tahun = 4 tahun
2045 – 2019 = 26 tahun
(26 tahun / 4 tahun) x 2 kapal = 6,5 x 2 = 13 kapal.
Nanti kalo ada duit bisa ditingkatkan asrocnya dihapus diganti torpedo tube, tempat untuk asroc bisa digantikan oleh sm2 atau sm3.
Lah ngitung2 lagi entar kayak di defence.pk 😂😂😂😂, seru lho bacanya hihihi
Mabok nih. Hehe
Pada hakekatnya tidak ada batas negara. Yang ada hanyalah batas kekuatan.
Kalo Indonesia ingin besar, maka harus punya kekuatan ekspansi.
Kalo Indonesia lemah . . , Indonesia akan menjadi bagian dari malaysia atau singapura bahkan cina.
Bangsa besar adalah bangsa yg berfikir ekspansionis seperti AS, Inggris atau bangsa eropa, atau china saat ini.
Paham nasionalisme sebenarnya adalah paham yang baru.
Pada hakekatnya tidak ada batas wilayah, yang ada adalah batas kekuatan.
Untuk membangun kekuatan membutuh uang ……….. lalu uangnya dari mana ?
tinggal ngutang kok repot, banyak yang siap ngasih pinjeman kok.. masalah bayar mah urusan entar..
Banyak benar kanon nya,serasa lihat kapal perang dunia 2
Sekilas dari bentuknya kayak nonton korver Grisha/Parchim versi Korsel…
Seandainya peralatan tempur bekas boleh dibeli (dalam jumlah terbatas) khusus untuk riset dan pengembangan (alias modifikasi) PT DI, Pindad atau PAL dengan kerjasama perguruan tinggi dan Litbang TNI, percepatan peningkatan kemampuan pertahanan akan lebih signifikan.
Tidak efisien hitungannya kalo beli bekas hanya buat riset bung, umurnya pun terbatas dan biaya perawatan tinggi. Yg lebih cepat dan efisien beli baru banyak disertai TOT.
apa yang mau dirawat…wong mau dijadikan tikus lap(kelinci percobaan)…ini satu contoh belum direvolusi mindset nya(donkey black)…😱😭😰😓💉💉💉💉
Bagus kalau beli baru buat riset, tapi apa tidak masalah dengan produsen peralatan tempur, terutama dari Barat, kalau barangnya di-reverse engineering?
Soal TOT gue gak yakin mereka benar-benar mau ngasih semua teknologinya, terutama teknologi kunci. Baling banter paling cuman dikasih teori, selanjutnya disuruh mikir sendiri.
Si mister ngasal komen.
Emang barang bekas apa yg dijadikan alat penelitian dan percobaan mas donkeyyy….hehehehe? Fi6 block 52i itukah.atau Tank Leopard? Heheheheeh
Kita beli bekas pada era presiden Suharto karena anggaran kita tidak mencukupi. Pada era pak SBY, kita beli bekas utk mengejar target MEF. Bukan karena utk diteliti. Komen tambal asal.
Tuh liat si Ayam Jago malah senyum2 baca komen ente…..hehehe
Sebelum dengan Damen dan DSME PT. PAL dibantu ITS sudah melakukan kerjasama desain kapal perang dengan Lurssen dan Navantia. Ketika tender pengganti Samadikun class yang dimenangkan Sigma 9113 justru Navantia difavoritkan sebagai kandidat terkuat karena sudah duluan bekerjasama dengan PT. PAL dan ITS, tapi yang terjadi Damen menyalip di saat-saat terakhir
Hmmmmm….boleh juga tuh pemikiran anda. Barang secound untuk objek penelutian dan latihan ( pembuatan ) .
SETUJU…….
Mirip TNI AL dekade 70-80an bnyak mendatangkan alutsista bekas. Spt fregat kelas Ahmad Yani, tp dg upgrade yg memadai mampu jd flagship TNI AL dan memiliki cukup deteren di kawasan dg kelengkapan rudal anti kapal Harpoon. Tp yg benar2 gres pun ada spt korvet kelas Fatahillah dan light fregat Ki Hajar Dewantara. Dan KCR kelas Mandau yg sama pabriknya dg korvet Philippine, Tacoma Shipyard.
Kurang setuju sih jikalau beli barang bekas dijadikan bahan untuk diteliti, meskipun memang murah tapi teknologinya rata2 sudah tertinggal
Tapi apa daya jika dana berkata lain maka barang bekas memang jadi pilihan murah untuk di teliti
@no name…kan bisa kita kembangkan kedepannya…lagian teori dasar dan tehnologi dasarnya harus benar benar paham agar lebih mudah menyerap ilmu yang lebih tinggi dan muktahir…sperti mata pelajaran saja lah…!!!
ayam jago@…kan bukan cuma desain nya saja yang kita bisa pelajari….karna satu sista terdiri dari banyak sista pendukungnya atau komponen lainya…kira kira mana yang mampu kita serap dan pelajari…walau saya ragu dengan dukungan sumber daya terbatas yang kita miliki….contoh cina….bila tidak didukung sumber daya luar biasa besarnya mana mungkin bisa maju dengan kecepatan seperti itu….bahkan negara sekelas amerika saja butuh ratusan tahun untuk membangun industri dan tehnologi strategisnya….!!!
Memang tidak cuma desain doang makanya ada kerjasama lain dengan dsme dan damen.
Dari dsme belajar manajemen dan proses produksi kapal secara modern
Dari damen belajar tentang pembangunan konsep dan konstruksi kapal secara modular
Tidak perlu karena PT. PAL kini sudah punya desain sendiri
Bung ayam jago ada bocoran tentang spesifikasi teknis&armament iver nantinya gak? Kabarnya udah sign agreement kok odense sama litbang AL buat tahap perancangan desain apakah bakel sepanjang 150 M? Soalnya kabar yang seliweran di medsos kayak begitu
Dari segi armament terutama kita kalah jumlah vls karena lebih mengutamakan endurance. Rencana lama 32 cells mk41 vls (ESSM + asroc + nsm block 2) ditambah ciws (2 searam + 2 millenium). Untuk radar apar + smart l. Apakah akan ada perubahan spek saya tidak tahu.
Permasalahan perubahan spek lebih kepada pengurangan rencana anggaran. Rencana anggaran awal di kisaran usd 750-780 juta sekarang turun jadi usd 690-720 juta. Ini juga berlaku buat program lain seperti program kapal selam batch 3 dengan aip. Imbasnya Rosoboronexport merasa sangat keberatan dengan hal tersebut memilih mundur dan menarik semua proposal di medio 2018 dari grigorovich, gepard 3.9, Tiger/streguschy serta 636.2 & 636.6