Boeing YAL-1 Airborne Laser – Varian Boeing 747 yang Mampu Menghancurkan Rudal Balistik

Tak ada yang meragukan reputasi besar “Queen of The Skies” Boeing 747 series, di segmen kemiliteran misalnya, Boeing 747 telah diadaptasi sebagai pesawat komando kendali nuklir sampai yang adiguna, sebagai platform Air Force One di beberapa negara. Selain itu, Boeing 747 ternyata pernah dirancang sebagai varian penembakan senjata laser.

Baca juga: Boeing E-4B “Doomsday Plane” – Sertai Kunjungan Jim Mattis di Indonesia

Jauh dari hiruk pikuk berita pengembakan senjata laser yang digadang oleh Cina, pada 18 Juli 2002, telah terbang perdana YAL-1 Airborne Laser. Inilah varian Boeing 747-200 yang dirancang khusus untuk uji coba penembakan senjata laser – airborne laser testbed. Persisnya YAL-1 Airborne Laser mengusung senjata laser megawatt dengan teknologi chemical oxygen iodine laser (COIL) yang dipasang pada Boeing 747-200 yang telah dimodifikasi.

Gagasan pengujian airborne laser adalah untuk menghancurkan rudal balistik taktis saat dalam fase boost. Departemen Pertahan AS secara resmi memberi label prototipe ini sebagai YAL-1 pada tahun 2004. Meski terbang perdana pada tahun 2002, namun baru pada tahun 2007 dilakukan uji penembakan laser berdaya rendah pada sasaran di udara. Pengujian berlanjut, pada Januari 2010, dilakukan uji penembakan dengan laser berdaya tinggi, dan akhirnya dua tahun kemudian, senjata laser di moncong Boeing 747 itu berhasil menghancurkan sasaran berupa dua rudal uji.

(foto-foto: istimewa)

Program airborne laser sejatinya sudah diprakarsai oleh Angkatan Udara AS pada tahun 1996 dengan pemberian kontrak kepada Boeing ABL ( Airborne Laser Laborator). Pada tahun 2001, program tersebut dilanjutkan menjadi program akuisisi. Sementara program pengebanga siste dilakukan oleh Boeing Defense, Space & Security, dimana termasuk menyediakan pesawat, tim manajemen, dan proses integrasi sistem. Nama besar seperti Northrop Grumman dilibatkan untuk memasok COIL dan Lockheed Martin sebagai pemasuk turret di hidung dan fire control system.

Inti dari sistem senjata laser ini adalah COIL yang terdiri dari enam modul yang saling berhubungan dan masing-masing sebesar SUV. Setiap modul memiliki berat sekitar 3.000 kg. Saat ditembakkan, laser menggunakan energi yang cukup besar selama lima detik, bila dikomparasi, energi yang dikeluarkan senjata laser ini cukup untuk memberi daya pada rumah tangga di AS selama lebih dari satu jam.

Sistem senjata laser ini menggunakan sensor inframerah untuk deteksi rudal awal. Setelah deteksi awal, tiga laser pelacak berdaya rendah menghitung arah rudal, kecepatan, titik bidik, dan turbulensi udara. Turbulensi udara membelokkan dan mendistorsi laser. Optik adaptif ABL menggunakan pengukuran turbulensi untuk mengkompensasi kesalahan atmosfer. Laser utama, yang terletak di menara di hidung pesawat, dapat ditembakkan selama 3 hingga 5 detik, menyebabkan rudal pecah saat terbang di dekat area peluncuran.

Senjara laser ini tidak dirancang untuk mencegat rudal balistik di fase terminal atau fase penerbangan turun. Dengan demikian, senjata laser ini harus berada dalam jarak beberapa ratus kilometer dari titik peluncuran rudal. Semua proses ini terjadi dalam waktu sekitar 8 sampai 12 detik.

Guna memuluskan program ini, pada tahun 2001, Boeing 747-200 eks Air India diakuisisi oleh AU AS dan diangkut dengan truk tanpa sayapnya dari Bandara Mojave ke Pangkalan Angkatan Udara Edwards, di mana badan pesawat dimasukkan ke dalam gedung System Integration Laboratory (SIL) di Edwards Birk Flight Test Center, yang akan digunakan untuk memeriksa dan menguji berbagai komponen.

SIL dibangun terutama untuk menguji COIL pada simulasi ketinggian operasional, dan selama fase program tersebut, laser dioperasikan lebih dari 50 kali. Tes ini sepenuhnya memenuhi syarat sistem sehingga dapat diintegrasikan ke dalam pesawat yang sebenarnya. Setelah pengujian selesai, laboratorium dibongkar, dan pesawat 747-200 dipindahkan.

Boeing menyelesaikan modifikasi awal YAL-1 pada tahun 2002, yang puncaknya pada penerbangan pertamanya pada 18 Juli 2002, dari fasilitas Boeing Wichita, Kansas. Pengujian darat COIL menghasilkan penembakan yang sukses pada tahun 2004. YAL-1 ditugaskan ke 417th Flight Test Squadron Airborne Laser Combined Test Force di Lanud Edwards.

(USAF)

Sayangnya, pendanaan untuk program Airborne Laser dipangkas pada tahun 2010 dan program tersebut resmi dibatalkan pada bulan Desember 2011. Selain biaya operasional yang super jumbo, Pentagon menganggap COIL kesulitan untuk mendeteksi sasaran yang terbang rendah, ditambah senjata laser dengan kelas megawatt dipadang kurang ampuh bila digunakan untuk menyasar sasaran di permukaan.

Baca juga: Sadis! AC-130J Ghostrider Bakal Dilengkapi Senjata Laser dengan Kekuatan 60 Kilowatt

Boeing YAL-1 Airborne Laser melakukan penerbangan terakhirnya pada 14 Februari 2012, yaitu ke Pangkalan Angkatan Udara Davis–Monthan di Tucson, Arizona, untuk disimpan di “Boneyard.”. Resminya YAL-1 akhirnya resmi ‘dihapus’ pada September 2014 setelah semua bagian yang dapat digunakan diambil. (Gilang Perdana)

2 Comments