Boeing dan AL AS Sukses Kendalikan Tiga Drone dari Tablet di Jet Tempur F/A-18 Super Hornet Blok III
|Melajutkan kesuksesan pada akhir 2019, di mana dua unit Boeing EA-18G Growler meluncur di udara tanpa kendali pilot dalam uji coba di pangkalan Patuxent River, Maryland, kini Angkatan Laut AS dan Boeing mengabarkan telah menyelesaikan serangkaian flight test dalam pengujian manned-unmanned teaming (MUM-T), yang mana F/A-18F Super Hornet Blok III berhasil melakukan kendali atas tiga unit drone.
Baca juga: Ikuti Jejak QF-16 Zombie Viper, Boeing Sukses Uji Terbang EA-18G Growler Tanpa Awak
Pihak Boeing merilis bahwa insinyurnya telah menghubungkan prosesor tambahan di Super Hornet Block III, yang dikenal sebagai Distributed Targeting Processor – Networked (DTP-N), dengan konsol tablet dari pihak ketiga (Tactical Control Tablet) untuk bekerja sama dengan drone. Boeing mengembangkan perangkat lunak baru untuk DTP-N khusus untuk menjalankan tablet pihak ketiga dan mengirimkan perintah kendali pada drone. Kabarnya, pengembangan perangkat lunak, koneksi tablet ke pesawat tempur dan semua tes penerbangan selesai dalam waktu kurang dari enam bulan.
“F/A-18 Super Hornet Block III menjalankan jaminan perangkat kerasnya – yang dipasang hari ini – yang siap menerima perangkat lunak masa depan. Super Hornet akan mengintegrasikan sistem dan perangkat lunak pihak ketiga dengan modifikasi minimal,” ujar Ben LeGrand, Boeing director of Mission Systems.
Dalam program MUM-T, Boeing bermitra dengan F/A-18 & EA-18G Program Office (PMA-265), Skuadron Uji dan Evaluasi Udara (VX) 23 dan 31, Divisi Senjata Pusat Perang Udara Angkatan Laut di China Lake, California, dan yang ketiga adalah vendor yang berperan pada saat uji coba.
Selama penerbangan uji, pilot F/A-18 memasukkan perintah ke dalam perangkat tablet, yang diproses dan ditransmisikan melalui perangkat keras yang ada di jet tempur Super Hornet Blok III. Sementara itu drone menjalankan semua perintah yang diberikan oleh pilot F/A-18, periode pengujian MUM-T berlangsung selama dua minggu.
Baca juga: Inggris Batalkan Proyek UCAV dan Loyal Wingman Mosquito
“Sebagai bagian dari jaringan komando dan kendali, tim drone yang melakukan misi ISR (Intelligence, surveillance and reconnaissance) yang dipimpin oleh Super Hornet terbaru, dilengkapi dengan fusi data yang diaktifkan jaringan dan kemampuan canggih dan memberikan keuntungan informasi yang signifikan kepada para penerbang tempur di medan operasi yang sesunguhnya,” kata Scott Dickson, Boeing director for Multi-Domain Integration. (Gilang Perdana)
Mantap jiwa ! Hajar bleh ! Alhamdulillah…Kitapun akan segera miliki F-18 Super Hornet Blok III, selain F-15 EX dalam daftar khayali arsenal kita. Juga pengembangan drone intai Wulung, yg akan menjadi loyal wingman bagi jet-jet capung Tucano. Sementara Black Eagle (Indigenous Combat Drone alias Drone Tempur Nusantara), tengah dalam persiapan penjajakan uji terbang, yang dilanjutkan dengan uji tembak menggunakan misil Petir. Komitmen Yang Mulia dan Sang Jenderal, sangat teruji dalam pengembangan alutsista ini. Terbukti dengan penggelontoran dana besar-besaran yang diambil dari international monetary loan, maupun dari 11.000 T yang ada di kantong. Panen alutsista kita baik produksi lokal dan luar negeri dalam 5-10 tahun ke depan, tentunya akan membuat sistem hankam kita menjadi cerah ceria, membahana aman sentausa, Sabang Merauke sampai ruang angkasa. Kurrraaa ! Laksanakan ! Bravo !
Negara lain sudah maju2 dalam penggunaan dan teknologi drone, kita malah ingin merubah (BRIN) dari drone Kombatan untuk keperluan militer ingin dirubah menjadi drone sipil biasa..wadauuu..gmn ini nasib drone Elang hitam..jangan hanya hanya sebatas pada prototipe saja