Bila Jadi Beli Airbus A400M Atlas, Indonesia Inginkan Otonomi yang Lebih Luas Atas Produksi CN-235
Terkait dengan negosiasi rencana pengadaan pesawat angkut berat Airbus A400M Atlas, Indonesia menginginkan porsi otonomi yang lebih besar atas produksi CN-235, yakni sebagai bagian dari offset yang diminta oleh Indonesia dari Airbus.
Baca juga: Geser Indonesia, Kazakhstan Jadi Negara Kesembilan Pengguna Airbus A400M Atlas
Dikutip dari Janes.com (25/10/2021), disebutkan pejabat Kementerian Pertahanan Indonesia telah memasukkan tawaran ini sebagai kondisi offset jika Jakarta memutuskan untuk membeli pesawat multiperan A400M untuk kebutuhan TNI AU. Kilas balik tentang rencana akuisisi A400M, lewat negosiasi yang intens sudah berujung pada LoI (Letter of Intens).
Pada ke tahun 2017, LoI alias surat pernyataan minat terhadap A400M Atlas ditandatangani Pelita Air yang mewakili konsorsium BUMN Indonesia. Bahkan kabar di tahun 2018, Indonesia memantapkan bakal memesan dua unit A400M, namun sebagai pemesannya adalah BUMN PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI).
Lepas dari siapa yang akhirnya memesan A400M Atlas untuk Indonnesia, menarik perhatian adalah tentang sejarah CN-235, pasalnya pesawat kebanggaan Bangsa ini sejatinya memang rancangan bersama antara Construcciones Aeron´auticas SA – CASA (sekarang bagian dari Airbus Defense & Space) dan pabrikan Indonesia PT Dirgantara Indonesia – PTDI (d/h IPTN) pada 1980-an.
Dilansir dari KabarPenumpang.com, pada 17 Oktober 1979, PT IPTN dan CASA sepakat mendirikan perusahaan baru, Aircraft Technology (Airtech) untuk pengembangan CN-235. Empat tahun setelahnya, prototipe pertama bernama ‘Elena’ yang dikembangkan oleh CASA pun berhasil terbang perdana pada 11 November 1983. Adapun prototipe kedua bernama ‘Tetuko’ yang diproduksi PT DI juga berhasil terbang perdana pada Desember 1983. Tiga tahun berselang, produksi serial dimulai pada 1986 untuk versi 10 dan 100.
Dikutip dari laman resmi PT DI, setelah penerbangan perdana dua prototipe pesawat dengan kemampuan Short Take-Off and Landing (STOL), ramp door untuk memudahkan keluar-masuk barang, dan diklaim punya karakteristik biaya perawatan rendah, ini masing-masing perusahaan membuat versinya sendiri.
PT DI mengembangkan versi yang disempurnakan, seperti versi 110 dan 220, sedangkan Airbus Defense & Space dengan versi 200 dan 300-nya. Hingga saat ini, lebih dari 300 unit CN-235 telah diproduksi dalam banyak versi dengan dua mesin General Electric CT7-9C terbaru (masing-masing memiliki 1.750 SHP).
Khusus untuk versi -200, CN-235 diproduksi dalam tiga varian; sipil, militer, dan special mission. CN-235-220 dapat mengangkut beban maksimal hingga 4.700 kg ataupun dengan jumlah penumpang sebanyak 36 orang.
Pesawat Angkut Militer CN-235-220 yang diproduksi PT DI adalah versi sipil yang telah mengalami berbagai peningkatan dalam desain, aplikasi teknologi, dan metode manufaktur untuk memenuhi standar operasional militer dengan berbagai medan menengah hingga berat.
Adapun CN-235-220 special mission merupakan pesawat yang diklaim tangguh untuk melakukan berbagai misi khusus seperti Search and Rescue (SAR), pengawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), pencegahan dan pengontrolan pencemaran laut, pengawasan dan keamanan laut, Anti-Surface Warfare (ASuW), dan Anti-Submarine Warfare (ASW).
Baca juga: Ternyata! Amerika Serikat Gunakan CN-235 Sebagai Pesawat Intai Mata-mata
Dalam kolaborasi untuk tujuan ekspor, PT DI memproduksi outer wings, horizontal stabilizers, vertical fins and doors untuk Airbus Defense & Space; sementara Airbus Defense & Space menghasilkan disassembled noses, disassembled cockpit, and center wings untuk PT DI. Bisa dikatakan, produksi atas CN-235 oleh PT DI akan selalu ‘terkait’ dengan ‘porsi’ yang dimiliki oleh Airbus, dan sepertinya ini yang ingin dikurangi, sehingga porsi produksi atas CN-235 lebih banyak dapat dinikmati oleh Indonesia. (Bayu Pamungkas)
Dilapak sebelah sudah lama dibahas 😅
Bung admin gak bahas Bobcat Plan?? Itu rancangan pengadaan alutsista “hasil pemikiran Bung TN” yg diterbitkan oleh TNI AU loh. @Bung TN, anda luar biasa.
Semoga AIRBUS bikin LONG VERSION nya A-400 kayak herkey.
A-400 sangaat mahal saya ra tidak perlu2 amat
Bismillah semoga saja A400 atlas dapat dirakit didalam negeri atas lisensi Airbus,dan ditambah pengembangan pesawat yang ada,bisa dimungkinkan juga n.250 dihidupkan kembali dalam kancah industri dirgantara Indonesia,jangan patah semangat untuk mengembangkan pesawat yang lainnya.semoga Alloh SWT memberikan rahmat buat kita semuanya, aaammmiiiinnn